Apakah Basmalah Merupakan Ayat dalam Surat Al-Fatihah?

0504Oleh: Asy Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin

Dalam permasalahan ini, para ulama berbeda pendapat. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa basmalah termasuk ayat dalam surat Al-Fatihah, harus dibaca jahr (dengan mengeraskan –pen.) dalam shalat dan berpendapat tidak sah shalat tanpa membaca basmalah, sebab masih termasuk dalam surat Al-Fatihah. Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa basmalah tidak termasuk dalam surat Al-Fatihah. Namun ayat ini berdiri sendiri dalam Al-Quran. Inilah pendapat yang benar. Pendapat ini berdasarkan nash maupun rangkaian ayat dalam surat ini.

Adapun dasar di dalam nash, telah diriwayatkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Aku telah membagi shalat (surat Al Fatihah) menjadi dua bagian, separuh untuk-Ku dan separuh untuk hamba-Ku. Apabila ia membaca, ‘Alhamdulillahirabbil ‘alamiin.’ Maka Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah memuji-Ku.’ Apabila ia membaca, ‘Ar-Rahmanir rahiim’. Maka Allah menjawab, ‘Hamba-Ku telah menyanjung-Ku’. Apabila ia membaca, ‘Maliki yaumiddiin’. Maka Allah menjawab, ‘Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku’. Apabila ia membaca, ‘Iyyakana’budu waiyyaka nasta’iin’. Maka Allah menjawab, ‘Ini adalah di antara aku dan hambaku’. Apabila ia membaca, ‘Ihdinas shirathal mustaqim’, maka Allah berfirman, ‘Ini untuk hamba-Ku, akan Aku kabulkan apa yang ia minta.’ “(HR. Muslim)

Ini semacam penegasan bahwa basmalah bukan termasuk dalam surat Al-Fatihah. Dalam kitab Ash-Shahih diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku pernah shalat malam bermakmum di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman radhiyallahu ‘anhum. Mereka semua membuka shalat dengan membaca, “Alhamdu lillaahi rabbil ‘alamin” dan tidak membaca; “Bismillaahirrahmaanirrahiim” di awal bacaan maupun di akhirnya. (Muttafaqun ‘Alaihi).

Maksudnya mereka tidak mengeraskan bacaannya. Membedakan antara basmalah dengan hamdalah dalam hal dikeraskan dan tidaknya menunjukkan bahwa basmalah tidak termasuk dalam surat Al-Fatihah.

Adapun dari sisi bentuk dan maknanya, maka Al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat dengan kesepakatan para ulama. Apabila engkau ingin membagi ketujuh ayat dalam surat tersebut, engkau akan menemukan pertengahannya adalah firman Allah ta’ala,

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Ini adalah ayat yang disebut oleh Allah, “Aku membagi shalat antara diri-Ku dan hamba-Ku dua bagian”.

Karena (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) adalah ayat yang pertama, (الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) ayat yang kedua, (مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ). Ketiga ayat ini merupakan hak Allah ta’ala. (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ) adalah ayat keempat, yaitu sebagai pertengahannya dari dua bagian: bagian yang merupakan hak Allah dan bagian yang merupakan hak hamba. (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ) ini bagi hamba, begitu pula (صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ) bagi hamba, dan juga (غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ).

Maka ketiga ayat bagi Allah adalah ketiga ayat yang pertama, dan ketiga ayat bagi hamba adalah ketiga ayat yang terakhir, dan satu ayat di antara hamba dan Rabbnya adalah ayat keempat yang ada di tengah.

Kemudian dari sisi bentuk dari sisi lafazh apabila kita katakan bahwa basmalah merupakan ayat dari surat Al-Fatihah, maka ayat yang ketujuh akan menjadi panjang seukuran dua ayat. Dan telah diketahui bahwa pada asalnya ukuran ayat yang berdekatan itu hampir saling mendekati ukuran panjang pendeknya.

Dan yang benar dan tidak diragukan lagi bahwa basmalah tidaklah termasuk Al-Fatihah sebagaimana basmalah bukanlah merupakan bagian dari surat-surat yang lain.

(Diterjemahkan oleh Abu Umar Al Bankawy, dari Tafsir Juz’amma karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, terbitan Darul Kutub Ilmiyyah, Beirut, Lebanon)

42 Tanggapan

  1. Assalamu’alaikum,
    Yang mulia Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menyimpulkan:”Dan yang benar dan tidak diragukan lagi bahwa basmalah tidaklah termasuk Al-Fatihah sebagaimana basmalah bukanlah merupakan bagian dari surat-surat yang lain”.

    Kesimpulan itu bertentangan dengan Sabda Rasulullah saw:”Ayat bismillah itu bagian semua Surah Al Qur’an” (HR Bukhari & Dar-ru-Quthni) “Bila Surah baru diwahyukan, biasanya dimulai dengan bismillah, dan tanpa bismillah, Rasulullah saw tidak mengetahui bahwa Surah baru telah dimulai” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra dalam Sunan Abu Daud).

    Walaupun yang mulia Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menyatakan dalam tafsirnya:”Adapun dari sisi bentuk dan maknanya, maka Al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat dengan kesepakatan para ulama.”, tetapi dengan kesimpulannya itu secara matematis jumlah ayat dalam Surah Al Fatihah akan menjadi enam karena berkurang satu ayat yaitu “basmallah” yang dianggap Syaikh “tidak termasuk Al- Fatihah”. Hal ini tentu saja bertentangan dengan Al Qur’an:”Dan, sesungguhnya telah Kami berikan kepada engkau tujuh (ayat)* yang selalu diulang-ulang, dan Al Qur’an yang agung.” (QS Al Hijr 88).

    *Menurut para ahli terkemuka seperti Umar bin Khattab ra, Ali bin Abu Thalib ra, Ibnu Abbas ra dan Ibnu Mas’ud ra, kata-kata itu menunjuk kepada Surah pembukaan Al Qur’an, yakni Al Fatihah, sebab Surah itu diulang-ulang dan dibaca dalam tiap-tiap raka’at shalat. Menurut riwayat, Rasulullah saw pernah bersabda bahwa “Assab’almatsani” adalah Surah pembukaan Al Qur’an (HR Bukhari), Surah itu disebut juga “Induk Qur’an” (Ummul Qur’an) dan “Surah pembuka Al Qur’an”, ialah Al Fatihah.

    Dengan demikian, Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim adalah ayat pertama tiap-tiap Surah Al Qur’an, kecuali Al Bara’ah (At-Taubah) yang sebenarnya bukan Surah yang berdiri sendiri, melainkan lanjutan Surah Al Anfal. Uraian ini adalah kutipan dari sebagian Tafsir Surah Al Fatihah yang dibuat oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (Imam Mahdi & Masih Mau’ud) as pendiri Jemaat Islam Ahmadiyah.
    Semoga bermanfaat bagi muslimin Indonesia. Wassalam.

  2. Apapun kesimpulannya Apakah basmalah termasuk bagian semua surah atau tidak, tidak membuat kita menjadi orang yang sesat. Sedangkan mengakui ada lagi Nabi sesudah Nabi Muhammad sudah merupakan Jalan yang sesat

  3. Kelompok pertama, mereka mengatakan Basmalah merupakan bagian dari surat Al Fatihah dan semua surat lainnya, kecuali surat Al Bara’ah (At Taubah). Inilah pendapat Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu Az Zubeir, Abu Hurairah dan Ali. Di kalangan tabi’in: Atha, Thawus, Mak-hul, Said bin Jubeir, Az Zuhri, dan ini juga pendapat Ibnul Mubarak, Asy Syafi’i,[1] Ahmad bin Hambal dalam satu riwayat darinya, Ishaq bin Rahawaih, dan Abdul Qasim bin Salam – Rahimahumullah.

    Mereka beralasan dengan riwayat dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, katanya:

    كان النبي صلى الله عليه وسلم لا يعرف فصل السورة حتى تنزل عليه {بسم اللّه الرحمن الرحيم}

    “Dahulu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidaklah mengetahui batasan/pembagian surat , sampai turunlah kepadanya: Bismillahirrahmanirrahim.” (HR.Abu Daud No. 788, Al Baihaqi dalam As Sunannya No. 2206. Imam Ibnu Katsir mangatakan sanadnya shahih. Lihat Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 1/116. Dar Thayyibah Lin Nasyr wat Tauzi’. Syaikh Al Albani juga menyatakan shahih dalam Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 788)

    Dari sinilah kita bisa melihat bahwa Basmalah adalah bagian dari setiap surat –selain memang sebagai pembatas- kecuali pada surat Al Bara’ah. Masalah kenapa surat Al Bara’ah tidak menggunakan Basmalah, Insya Allah akan dibahas pada kesempatan lain.

    Kelompok ini juga berdalil dengan riwayat Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

    الحمد لله رب العالمين سبع آيات: بسم الله الرحمن الرحيم إحداهن، وهي السبع المثاني والقرآن العظيم، وهي أم الكتاب

    “Al Hamdulillahi Rabbil ‘alamin (maksudnya: surat Al Fatihah) ada tujuh ayat: Bismillahirrahmanirrahim adalah salah satunya. Dia adalah tujuh ayat yang diulang-ulang, Al Quran yang agung, dan dia sebagai Ummul Kitab.”

    Hadits ini juga diriwayatkan juga oleh Ad Daruquthni dari Abu Hurairah secara marfu’ , dan Beliau mengatakan: semuanya tsiqat (terpercaya). (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 1/103)

    Hadits ini sangat jelas menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memasukkan Basmalah sebagai bagian dari surat Al Fatihah. Maka, ini menjadi pendapat yang sangat kuat.

    Kelompok kedua, mereka mengatakan bahwa Basmalah BUKAN bagian dari Al Fatihah dan bukan pula surat lainnya. Inilah pendapat dari Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan para sahabatnya.

    Mereka beralasan bahwa hadits di atas hanya menyebutkan fungsi. Basmalah sebagai pembeda dan pemisah surat , bukan menyebutkan bahwa Basmalah adalah bagian dari setiap surat .

    Alasan lainnya adalah, dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, katanya: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Aku membagi Ash Shalah (yakni surat Al Fatihah) menjadi dua bagian, dan untuk hambaKu sesuai apa yang dia inginkan.” Ketika hamba berkata Al Hamdulillahi Rabbil ‘Alamin, maka Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: hamadani ‘abdiy – hambaKu telah memujiKu. Ketika hamba itu membaca Ar Rahmanirrahim, maka Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: atsna ‘alayya ‘abdiy – hambaKu telah memujiKu. …. Dst. (HR. Muslim No. 395, At Tirmidzi No. 4027, Abu Daud No. 821, Ibnu Majah No. 3784, Ibnu Hibban No. 1784)

    Hadits ini menunjukkan bahwa tidak dibaca Basmalah ketika membaca surat Al Fatihah. Ini menunjukkan bahwa Basmalah bukan bagian darinya.

    Hal ini juga diperkuat dari kisah Ubai bin Ka’ab Radhiallahu ‘Anhu. Beliau ditanya oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

    كيف تقرأ إذا افتتحت الصلاة؟ قال: فقرأت عليه: { الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ }

    “Bagaimanakah bacaanmu jika memulai shalat? Ubai menjawab: Aku membaca: Al Hamdulillahi Rabbil ‘Alamin.”

    Al Hafizh Ibnu Katsir Rahimahullah mengomentari hadits ini:

    “Abu Said di sini bukanlah Abu Said bin Al Mu’alli sebagaimana yang diyakini oleh Ibnul ‘Atsir dalam Al Jami’ Al Ushul, dan orang-orang yang mengikutinya. Sebab, Ibnul Mu’alli adalah seorang sahabat Anshar dan yang ini adalah seorang tabi’in dari Khuza’ah, oleh karena itu hadits ini adalah muttashil shahih (bersambung lagi shahih). Hadits ini secara zhahir munqathi’ (terputus), jika Abu Said ini tidaklah mendengarkannya dari Ubai bin Ka’ab, namun jika dia mendengarkannya dari Ubai maka ini sesuai syarat Muslim. Wallahu A’lam. “ (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 1/104)

    Riwayat ini menunjukkan bahwa Basmalah tidaklah dibaca ketika membaca surat Al Fatihah dan ini menjadi dalil bahwa dia bukan bagian darinya.

    Kelompok ketiga, kelompok ini mengatakan Basmalah merupakan ayat tersendiri dan terpisah dari semua surat , dia bukan bagian darinya. Inilah pendapat Daud Azh Zhahiri, diceritakan juga dari Imam Ahmad bin Hambal. Dan, Abu Bakar Ar Razi menceritakan dari Abul Hasan Al Karkhi dan keduanya merupakan pembesar madzhab Abu Hanifah. Perbedaan dengan kelompok kedua adalah kelompok ini menyebut Basmalah sebagai ayat yang tersendiri.

    Demikian. Jika kita perhatikan maka pendapat kelompok pertama lebih kuat dan jelas argumennya. Wallahu A’lam

    Lalu, apa kaitannya pembahasan ini dengan pertanyaan ‘membaca basmalah di keraskan atau dipelankan?’ Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan:

    “ Ada pun yang terkait dengan menjaharkan Basmalah, maka perinciannya adalah sebagai berikut: bagi yang berpendapat bahwa Basmalah BUKAN bagian dari surat Al Fatihah maka mereka tidak menjaharkan, begitu juga menurut pihak yang mengatakan Basmalah adalah termasuk bagian ayat awal darinya. Ada pun bagi kelompok yang mengatakan bahwa Basmalah adalah termasuk bagian dari surat-surat di bagian awalnya. Maka mereka berbeda pendapat dalam hal ini.

    Imam Asy Syafi’i Rahimahullah berpendapat bahwa Basmalah DIJAHARKAN, juga pada surat lainnya. Inilah pendapat banyak golongan dari sahabat tabi’in, para imam kaum muslimin, baik salaf dan khalaf. Dari kalangan sahabat yang menjaharkan adalah Abu Hurairah, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, dan Muawiyah. Ibnu Abdil Bar dan Al Baihaqi menceritakan bahwa ini juga dilakukan Umar dan Ali. Sedangkan Al Khathib menukil dari khalifah yang empat yakni Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Tapi riwayat ini gharib (asing/menyendiri). Dari kalangan tabi’in adalah Said bin Jubeir, Ikrimah, Abu Qilabah, Az Zuhri, Ali bin Al Husein dan anaknya Muhammad, Said bin Al Musayyib, Atha, Thawus, Mujahid, Salim, Muhammad bin Ka’ab Al Qurzhi, Abu Bakar bin Amru bin Hazm, Abu Wail, Ibnu Sirin, Muhammad bin Al Munkadir, Ali bin Abdullah bin Abbas dan anaknya Muhammad, Nafi’, Zaid bin Aslam, Umar bin Abdul Aziz, Al Azraq bin Qais, Habib bin Abi Tsabit, Abu Sya’ tsa’, Makhul, dan Abdullah bin Ma’qil bin Muqarrin.

    Imam Al Baihaqi menambahkan: Abdullah bin Shafwan dan Muhammad bin Al Hanafiyah. Sementara Imam Ibnu Abdil Bar menambahkan: Amru bin Dinar. (Tafsir Al Quran Al Azhim, 1/117)

    Demikianlah, sangat banyak para sahabat, tabi’in dan imam kaum muslimin yang berpendapat dikeraskannya membaca Basmalah ketika shalat. Dalil-dalil mereka adalah:

    – Imam An Nasa’i dalam Sunannya, Imam Ibnu Khuzaimah dan Imam Ibnu Hibban dalam Shahihnya masing-masing, Imam Al Hakim dalam Al Mustadraknya; dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu bahwa beliau shalat dan dia mengeraskan membaca Basmalah, lalu setelah shalat selesai, dia berkata: “Sesungguhnya saya menyerupakan untuk kalian shalatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” (Hadits ini dishahihkan oleh Ad Daruquthni, Al Khathib, Al Baihaqi, dan lainnya)

    – Imam Al Hakim meriwayatkan dalam Al Mustadraknya, dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengeraskan membaca Bismillahirrahmanirrahim. (Katanya: hadits ini shahih)

    – Imam Al Bukhari dalam Shahihnya, meriwayatkan bahwa Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu ditanya tentang bacaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dia menjawab: “Adalah bacaan Beliau itu diberikan jarak yang panjang, kemudian dia membaca Bismillahirrahmanirrahim, dengan memanjangkan Bismillah, memanjangkan Ar Rahman dan memanjangkan Ar Rahim. (juga diriwayatkan oleh At Tirmidzi No. 2451, Ibnu Majah No. 4215)

    – Imam Ahmad dalam Musnadnya dan Imam Abu Daud dalam Sunannya, Imam Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya, dan Imam Al Hakim dalam Al Mustadaraknya, meriwayatkan: dari Ummu Salamah, dia berkata: “Bahwa Shalatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membaca dengan diputus-putus; Bismillahirrahmanirrahim. Al Hamdulillahirabbil ‘alamin. Ar Rahmanirrahim. Malikiyaumiddin.” (Imam Ad Daruquthni mengatakan: isnad hadits ini shahih)

    – Imam Asy Syafi’i dalam Musnadnya dan Imam Al Hakim dalam Al Mustadraknya meriwayatkan dari Anas Radhiallahu ‘Anhu; bahwa Muawiyah Radhiallahu ‘Anhu shalat di Madinah dan dia tidak membaca Basmalah (mengecilkan suara), lalu orang Muhajirin yang hadir mengingkarinya, maka ketika dia shalat untuk kedua kalinya, maka dia membaca bismillah.”

    – Imam Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya menuebutkan dari Nu’aim bin Al Majmar katanya: Aku Shalat dibelakang Abu Hurairah, dia membaca Bismillahirrahmanirrahim kemudian membaca Ummul Kitab, hingga sampai Wa Ladhdhaallin, dia menjawab: Amin, dan manusia menjawab: Amin.” (HR. Ibnu Khuzaimah No. 499, Berkata Syaikh Al Abani: Al A’zhami berkata: sanadnya shahih seandainya Ibnu Abi Hilal tidak tercampur (hapalannya).)

    Demikianlah diantara dalil yang ada bagi kalangan yang mengatakan bahwa membaca Basmalah adalah dikeraskan. Imam Ibnu Katsir Rahimahullah nampaknya memilih pendapat ini dengan menyebutnya sebagai: “hujjah yang mencukupi dan memuaskan.” (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 1/118)

    Kelompok yang lain mengatakan bahwa membaca Basmalah TIDAK DIJAHARKAN. Berkata Imam Ibnu Katsir Rahimahullah:

    وذهب آخرون إلى أنه لا يجهر بالبسملة في الصلاة، وهذا هو الثابت عن الخلفاء الأربعة وعبد الله بن مغفل، وطوائف من سلف التابعين والخلف، وهو مذهب أبي حنيفة، والثوري، وأحمد بن حنبل.

    “Pendapat kelompok yang lainnya adalah bahwa tidaklah mengeraskan Basmalah dalam shalat. Dan, ini telah pasti (tsabit) dari khalifah yang empat dan Abdullah bin Mughaffal, dan banyak kelompok dari pendahulu tabi’in dan khalaf. Ini juga pendapat Abu Hanifah Ats Tsauri, dan Ahmad bin Hambal.” (Ibid)

    Kelompok ini berdalil sebagai berikut:

    – Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Abu Bakar, Umar, dan Utsman memulai bacaan dalam shalatnya dengan Alhamdulillahirabbil ‘alamin. (HR. Abu Daud No. 782. Syaikh Al Albani menyatakan shahih. Lihat Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 782)

    – Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, katanya: “Saya telah shalat dibelakang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman, dan tak satu pun dari mereka yang mengeraskan bacaan Basmalah.” (HR. An Nasa’i No. 907, Syaikh Al Albani menyatakan shahih. Lihat Shahih wa Dhaif Sunan An Nasa’i No. 907. Juga Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya No. 495)

    – Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, katanya: “Adalah shalatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Abu Bakar, Umar, dan Utsman, mereka memulainya dengan membaca: Al Hamdulillahirrabbil ‘alamin.” (HR. At Tirmidzi No. 246, katanya: hasan shahih. Syaikh Al Albani menyatakan shahih dalam Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 246)

    – Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memulai shalat dengan bertakbir lalu membaca: Alhamdulillahirabbil ‘Alamin.” (HR. Abu Daud No. 783, Syaikh Al Albani menyatakan shahih. Lihat Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 783)

    Demikianlah dalil-dalil bagi kelompok yang menyatakan bahwa membaca Basmalah tidak dikeraskan.

    Sementara Imam Malik berpendapat bahwa dalam shalat TIDAKLAH MEMBACA SAMA SEKALI bacaan Basmalah, baik keras (jahran) atau pelan (sirran). Beliau beralasan bahwa hadits-hadits di atas bukan menunjukkan sirr (pélan), tetapi memang Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak membaca Basmalah. Alasan lainnya adalah:

    – Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidaklah membaca Bismillahirrahmanirrahim, baik di awal dan di akhirnya. Yang seperti ini juga diriwayatkan dalam berbagai kitab Sunan dari Abdullah bin Mughaffal Radhiallahu ‘Anhu.

    Tetapi, pendapat Imam Malik ini dianggap lemah, sebab dalam hadits-hadits di atas jelas sekali disebutkan kalimat: tak satu pun dari mereka yang mengeraskan bacaan Basmalah, artinya Basmalah tetaplah dibaca tetapi tidak keras. Ada pun hadits yang menyebutkan bahwa Nabi tidak membaca Basmalah, mesti ditakwil dan dikompromi dengan hadits lain, yakni Beliau bukanlah tidak membaca tetapi membacanya, hanya saja suaranya pelan seakan bagi pendengar tidak membacanya. Wallahu A’lam

    Nah, dengan demikian ada dua pendapat yang kuat dan sama-sama ditopang oleh dalil-dalil yang shahih, yakni pendapat Pertama. membaca Basmalah secara keras. Pendapat kedua, membacanya secara pelan.

    Kedua kelompok ini berdalil dengan hujjah yang sama-sama shahih, dan satu sama lain tidaklah dianggap merevisi (nasakh) yang lainnya, atau dianggap riwayat dhaif. Maka, pandangan yang paling seimbang adalah: Bahwa BENAR Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah mengeraskan Basmalah sebagaimana yang diriwayatkan secara shahih oleh sahabat yang melihat dan mendengarnya seperti Ibnu Abbas, Abu Hurairah, dan Ummu Salamah, dan BENAR pula bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah memelankan Basmalah sebagaimana yang diriwayatkan secara shahih pula dari sahabat yang melihat dan mendengarnya seperti Anas bin Malik dan ‘Aisyah.

    Inilah metode yang ditempuh oleh para ulama muhaqqiq (peneliti) seperti ‘Alim Rabbani Al ‘Allamah Ibnu Qayyim Al Jauziyah Rahimahullah. Beliau berkata:

    وبهذا الطريق علمنا أنه لم يكن هديُه الجهرَ بالبسملة كلَّ يوم وليلةٍ خَمسَ مرات دائماً مستمراً ثم يُضَيِّعُ أكثر الأمة ذلك، ويخفى عليها، وهذا مِن أمحلِ المحال بل لو كان ذلك واقعاً، لكان نقلُه كنقل عدد الصلوات، وعدد الركعات، والجهر والإِخفات، وعدد السجدات، ومواضع الأركان وترتيبها، واللّه الموفق.

    والإِنصاف الذي يرتضيه العالم المنصف، أنه صلى الله عليه وسلم جهر، وأسر، وقنت، وترك، وكان إسرارُه أكثَر من جهره، وتركه القنوتَ أكثر من فعله

    “Dengan metode ini kita bisa mengetahui bahwa bukanlah petunjuk Rasulullah mengeraskan Basmalah setiap hari dan malam sebanyak lima kali dan dilakukan terus menerus, kemudian hal itu lenyap dalam pandangan kebanyakan manusia dan tersembunyi dari mereka. Dan, Ini adalah hal yang mustahil, justru jika hal itu memang benar terjadi, niscaya penukilan dalam hal ini akan sama dengan penukilan tentang jumlah shalat, jumlah rakaat, shalat jahr dan ikhfat (dipelankan), jumlah sujud, tempat rukun dan tertibnya. Wallahul Muwaffiq

    Pendapat yang bijak yang dibenarkan oleh para ulama penyusun kitab-kitab adalah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah membaca secara keras dan pelan, pernah berqunut dan pernah meninggalkannya. Hanya saja memelankannya lebih banyak dibanding mengeraskannya, dan meninggalkan qunut lebih banyak dibanding melakukannya.” (Imam Ibnul Qayyim, Zaadul Ma’ad, 1/272. Cet. 3. 1986M-1406H.Muasasah Ar Risalah. Beirut – Libanon)

    Demikian pembahasan ini. Dari sini semoga kita bisa lebih arif dalam menyikapi bacaan Basmalah ini. Membacanya, baik dikeraskan atau tidak, bukanlah bab permasalahan salah atau benar, sunah atau bid’ah. tetapi, keduanya benar, hanya saja nabi lebih sering tidak mengeraskannya Maka, tidak dibenarkan satu sama lain saling menyerang dan menyalahkan, apalagi sampai taraf menuduh sebagai pelaku bid’ah. Padahal duanya merupakan perilaku nabi, sahabat tabi’in, dan imam kaum muslimin. Maka, jika kita berada di masjid yang biasa mengeraskan bacaan Basmalah, maka alangkah baik jika kita mengikutinya -jika diminta menjadi imam- untuk menjaga persatuan hati dan menghilangkan kebencian. Begitu pula ditempat sebaliknya. Inilah perilaku ulama rabbani yang mendalam ilmunya yang sudah sepatutnya kita meneladaninya. Semoga bermanfaat.

    Wallahu A’lam

    Sumber: http://abuhudzaifi.multiply.com/journal/item/176

  4. Assalamu’alaikum,
    Menurut saya, menempatkan Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim sebagai ayat pertama setiap Surah Al Qur’an kecuali At-Taubah, hanya membuktikan bahwa:
    (1) Jemaat Ahmadiyah lebih ta’at kepada Allah Ta’ala (Surah Al Hijr 88) daripada organisasi Islam lain.
    (2) Jemaat Ahmadiyah lebih ta’at kepada Nabi Muhammad Rasulullah saw (HR Bukhari, Dar-ru-Quthni & Abu Daud).
    (3) Jemaat Ahmadiyah adalah Islam sejati.
    (4) Karena Jemaat Ahmadiyah lebih ta’at kepada Allah Ta’ala & Rasulullah saw, maka pendirinya pun dianugerahi Nikmat-Allah yang diisyaratkan dalam QS An-Nisa 70.
    (5) Jemaat Ahmadiyah tidak memiliki hobby memberikan stigma “SESAT” kepada organisasi lain karena hanya Allah Ta’ala Yang Maha Tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya (QS An-Nahl 126, Al An’Aam 118, An-Najm 31 & Al Qalam 8)
    Wassalam,

  5. Assalamu’alaikum,
    Menurut saya, menempatkan Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim sebagai ayat pertama setiap Surah Al Qur’an kecuali At-Taubah, hanya membuktikan bahwa:
    (1) Jemaat Ahmadiyah lebih ta’at kepada Allah Ta’ala (Surah Al Hijr 88) daripada organisasi Islam lain.

    Pernyataan Anda bertentangan dengan hadits yang Anda tulis sendiri:

    Ayat bismillah itu bagian semua Surah Al Qur’an” (HR Bukhari & Dar-ru-Quthni)

    Malah Jadi bingung, Bilang A tetapi jawabannya B??????

    <2) Jemaat Ahmadiyah lebih ta’at kepada Nabi Muhammad Rasulullah saw (HR Bukhari, Dar-ru-Quthni & Abu Daud).

    Kenyataannya tidak karena apa yang Anda tulis :
    Ayat bismillah itu bagian semua Surah Al Qur’an” (HR Bukhari & Dar-ru-Quthni)

    bertentangan dengan apa yang Anda tulis:

    Menurut saya, menempatkan Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim sebagai ayat pertama setiap Surah Al Qur’an kecuali At-Taubah,

    Berbeda Khan??????

    (3) Jemaat Ahmadiyah adalah Islam sejati.

    Islam sejati koq menyimpang dari Al-Qur’an???
    Pertanyaan dari kawan-kawan tentang Pendakwaan Ghulam Ahmad di Al-Qur’an saja dengan membuktikannya saja tidak mampu. Anda terlalu banyak berkhayal. Mana pembuktiannya?

    (4) Karena Jemaat Ahmadiyah lebih ta’at kepada Allah Ta’ala & Rasulullah saw, maka pendirinya pun dianugerahi Nikmat-Allah yang diisyaratkan dalam QS An-Nisa 70.

    Nyatanya terbukti tidak tuch karena tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai Nabi terakhir.

    (5) Jemaat Ahmadiyah tidak memiliki hobby memberikan stigma “SESAT” kepada organisasi lain karena hanya Allah Ta’ala Yang Maha Tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya (QS An-Nahl 126, Al An’Aam 118, An-Najm 31 & Al Qalam 8)
    Wassalam,

    Malah lebih parah dengan mengkafirkan Umat Islam selain Ahmadiyah. Buka saja buku “Bukan Sekedar Hitam Putih” Karya M.A Suryawan kalu tidak percaya.

    Wassalam,

  6. Assalamu’alaikum,
    Maksud saya begini:
    (1) Jemaat Ahmadiyah lebih menta’ati Allah Ta’ala dalam hal menentukan jumlah ayat dalam Surah Al Fatihah sesuai nama lain Surah tersebut yang diberikan Allah Ta’ala dalam QS Al Hijr 88 (As-sab’al matsani) yang di dalamnya termasuk “Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim” sebagai ayat pertama/nomor satu.
    (2) Jemaat Ahmadiyah lebih menta’ati Rasulullah saw dalam hal menempatkan “Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim” sebagai ayat pertama/nomor satu dari tiap-tiap Surah dalam Al Qur’an sesuai perintah Rasulullah saw (HR Bukhari, Dar-ru-Quthni, Abu Daud).
    (3) Jemaat Ahmadiyah adalah Islam Sejati, bukan di luar Islam, sesat dan menyesatkan sebagaimana fatwa MUI dlsb, karena Rukun Islam (termasuk syahadat) – nya dan Rukun Iman-nya sama dengan agama Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Rasulullah saw.
    (4) Pendiri Jemaat Ahmadiyah adalah umat Islam yang sangat mencintai dan menta’ati Allah Ta’ala dan Nabi Muhammad saw sehingga Allah Ta’ala menganugerahkan nikmat-Nya kepada beliau sebagai nabi tabi’/umati yang melaksanakan syari’at Nabi Muhammad saw yaitu Islam. Allah Ta’ala juga mengutus beliau kepada umat manusia sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau’ud as yang membuat umat Islam, bukannya bergembira, malah hingar-bingar mengajukan bantahan/sanggahan/protes (QS Al Jumu’ah 4 & Az Zukhruf 58). Tetapi bantahan/sanggahan/protes itu justru sebagai kebenaran beliau sebagai nabi/rasul karena manusia kalau diberi nikmat-Allah, bukannya bersyukur, malah memperolok-olokan nabi/rasul tersebut (Yaasin 31 & Az Zukhruf 8).
    (5) Jemaat Ahmadiyah tidak memiliki hobby memberi stigma “SESAT” kepada umat Islam lainnya karena keta’atan kepada Allah Ta’ala (QS Al An-Aam 118, An-Nahl 126, An-Najm 31 & Al Qalam 8). Saya tidak melihat yang Netral tuduhkan dalam buku MA Suryawan. Malahan, Netral yang menulis “….mengakui ada lagi Nabi sesudah Nabi Muhammad sudah merupakan Jalan yang sesat”. Saya tidak melihat ayat Al Qur’an tentang itu. Bagaimana tentang pendapat NU yang sama dengan pendapat Jemaat Ahmadiyah? Apakah hak NU berpendapat demikian, sedangkan Ahmadiyah tetap SESAT kalau berpendapat demikian? Apakah Netral sudah mendapat mandat dari Allah Ta’ala untuk menyatakan SESAT kepada Jemaat Ahmadiyah? Wassalam.

  7. Assalamu’alaikum,
    Maksud saya begini:
    (1) Jemaat Ahmadiyah lebih menta’ati Allah Ta’ala dalam hal menentukan jumlah ayat dalam Surah Al Fatihah sesuai nama lain Surah tersebut yang diberikan Allah Ta’ala dalam QS Al Hijr 88 (As-sab’al matsani) yang di dalamnya termasuk “Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim” sebagai ayat pertama/nomor satu.
    2) Jemaat Ahmadiyah lebih menta’ati Rasulullah saw dalam hal menempatkan “Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim” sebagai ayat pertama/nomor satu dari tiap-tiap Surah dalam Al Qur’an sesuai perintah Rasulullah saw (HR Bukhari, Dar-ru-Quthni, Abu Daud).

    Wa Alaikum Salam
    Nyatanya tidak, Surat At-taubah tidak dimulai dengan Bismillah. Sedangkan non Ahmadi pun tidak memasukkan basmalah sebagai ayat yang pertama pun juga didukung.

    (3) Jemaat Ahmadiyah adalah Islam Sejati, bukan di luar Islam, sesat dan menyesatkan sebagaimana fatwa MUI dlsb, karena Rukun Islam (termasuk syahadat) – nya dan Rukun Iman-nya sama dengan agama Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Rasulullah saw.

    Islam sejati apanya, nyatanya ingkar kepada Kepada Allah dan Rasulullah dengan tidak mengakuai Rasulullah sbg Nabi terkahir. Dan beriman kepada Orang yang pendakwaannya tidak didukung oleh Al-Qur’an. Sampai sekarang koq berkelit untuk memberikan dalilnya pak? hanya menulis khayalan-khayalan belaka.

    (4) Pendiri Jemaat Ahmadiyah adalah umat Islam yang sangat mencintai dan menta’ati Allah Ta’ala dan Nabi Muhammad saw sehingga Allah Ta’ala menganugerahkan nikmat-Nya kepada beliau sebagai nabi tabi’/umati yang melaksanakan syari’at Nabi Muhammad saw yaitu Islam. Allah Ta’ala juga mengutus beliau kepada umat manusia sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau’ud as yang membuat umat Islam, bukannya bergembira, malah hingar-bingar mengajukan bantahan/sanggahan/protes (QS Al Jumu’ah 4 & Az Zukhruf 58). Tetapi bantahan/sanggahan/protes itu justru sebagai kebenaran beliau sebagai nabi/rasul karena manusia kalau diberi nikmat-Allah, bukannya bersyukur, malah memperolok-olokan nabi/rasul tersebut (Yaasin 31 & Az Zukhruf 8).

    Masih saja membawa ayat-ayat yang sudah basi yang sudah dibantah non ahmadi lain. Masih berapa hari saja berdiskusi sudah lupa gitu. Nyatanya ayat-ayat yg kamu jadikan dalil tidak mengena sama sekali.

    (5) Jemaat Ahmadiyah tidak memiliki hobby memberi stigma “SESAT” kepada umat Islam lainnya karena keta’atan kepada Allah Ta’ala (QS Al An-Aam 118, An-Nahl 126, An-Najm 31 & Al Qalam 8). Saya tidak melihat yang Netral tuduhkan dalam buku MA Suryawan. Malahan, Netral yang menulis “….mengakui ada lagi Nabi sesudah Nabi Muhammad sudah merupakan Jalan yang sesat”. Saya tidak melihat ayat Al Qur’an tentang itu. Bagaimana tentang pendapat NU yang sama dengan pendapat Jemaat Ahmadiyah? Apakah hak NU berpendapat demikian, sedangkan Ahmadiyah tetap SESAT kalau berpendapat demikian? Apakah Netral sudah mendapat mandat dari Allah Ta’ala untuk menyatakan SESAT kepada Jemaat Ahmadiyah? Wassalam.

    Saya mengatakan Sesat khan sudah ada pegangannya yaitu Al-Qur’an dan Pendakwaan Ghulam Ahmad sudah bertentangan dgn Al-Qur’an. Nah Anda sendiri sampai detik ini saja belum bisa membenarkan pendakwaan ghulam Ahmad tsb. Justru bermain-main dengan khayalan belaka. Lagipula Ahmadiyah memberi STIGMA Kafir kepada uma Islam lainnya….lebih parah dari sesat pak.
    Ini ada bukti Ahmadiyah memberikan STIGMA SESAT kepada umat islam. Ini buku ditulis khalifah Anda sendiri Bashiruddin Mahmu Ahmad dalam buku “Da’watul Amir” hal.204, mengutip syair dari ghulam Ahmad:

    Terdapat pula suatu kaum sesat lagi kotor

    Ngakunya Ahmadiyah tidak memberikan STIGMA sesat nyatanya memberi STIGMA sesat. Belajarlah dalam berdiskusi untuk tidak berbohong dan tidak menyembunyikan apa saja yang diucapkan Ahmadiyah.

    Saya tidak melihat yang Netral tuduhkan dalam buku MA Suryawan

    Silahkan Anda periksa kembali kalau tidak percaya

  8. Assalamu’alaikum,
    Sesungguhnya dengan pernyataan Netral:”Apapun kesimpulannya Apakah basmalah termasuk bagian semua surah atau tidak, tidak membuat kita menjadi orang yang sesat.” Saya sudah memahami bahwa kesimpulan Asy Syaikh sudah keliru, sehingga saya menyimpulkan 5 point.
    Sisanya out of context, so I close this discussion.
    Wassalam.

  9. Assalamu’alaikum,
    Sesungguhnya dengan pernyataan Netral:”Apapun kesimpulannya Apakah basmalah termasuk bagian semua surah atau tidak, tidak membuat kita menjadi orang yang sesat.”

    Betul

    Saya sudah memahami bahwa kesimpulan Asy Syaikh sudah keliru, sehingga saya menyimpulkan 5 point.
    Sisanya out of context, so I close this discussion.
    Wassalam.

    5 point yang Anda berikan tidak terbukti sama sekali bahwa Al-fatihah adalah ayat yang pertama di tiap-tiap surat. Hadits yang Anda berikan tidak menyebut sama sekali basmalah adalah ayat yang pertama di tiap-tiap surat. Sedangkan non ahmadi lain menunjukkan hadits-hadits yg membuktikan Basmalah bukanlah ayat yg pertama pada tiap-tiap surah. Buktinya suda h bisa Anda lihat sendiri.

  10. Assalamu’alaikum,

    Tulisan Netral pada 19 Agustus 2010:
    Wa Alaikum Salam
    Nyatanya tidak, Surat At-taubah tidak dimulai dengan Bismillah. Sedangkan non Ahmadi pun tidak memasukkan basmalah sebagai ayat yang pertama pun juga didukung.

    Sudah terjawab dalam tulisan saya sebelumnya pada 18 Agustus 2010:
    Dengan demikian, Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim adalah ayat pertama tiap-tiap Surah Al Qur’an, kecuali Al Bara’ah (At-Taubah) yang sebenarnya bukan Surah yang berdiri sendiri, melainkan lanjutan Surah Al Anfal.

    Kesimpulan saya yang 5 point sudah mutlak terbukti, walaupun saya tidak membutuhkan pengakuan Netral. Sisanya out of the context. So the discussion on this issue is automatically closed. Wassalam.

  11. Assalamu’alaikum,

    Tulisan Netral pada 19 Agustus 2010:
    Wa Alaikum Salam
    Nyatanya tidak, Surat At-taubah tidak dimulai dengan Bismillah. Sedangkan non Ahmadi pun tidak memasukkan basmalah sebagai ayat yang pertama pun juga didukung.

    Sudah terjawab dalam tulisan saya sebelumnya pada

    18 Agustus 2010:
    Dengan demikian, Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim adalah ayat pertama tiap-tiap Surah Al Qur’an, kecuali Al Bara’ah (At-Taubah) yang sebenarnya bukan Surah yang berdiri sendiri, melainkan lanjutan Surah Al Anfal.

    Kesimpulan saya yang 5 point sudah mutlak terbukti, walaupun saya tidak membutuhkan pengakuan Netral. Sisanya out of the context. So the discussion on this issue is automatically closed. Wassalam.

    Tidak ada satupun tulisan Anda menyebut Al-fatihah adalah merupakan ayat yg pertama dan hanya menyebut bagian surah saja. Sedangkan bukti di blog ini dan sumber yang saya ambil pada tanggal 19 Agustus menguatkan Alfatihah bukanlah hadits yg pertama.

  12. Assalamu’alaikum,
    Netral menulis mungkin sambil ngantuk atau mabok kali:
    “Tidak ada satupun tulisan Anda menyebut Al-fatihah adalah merupakan ayat yg pertama dan hanya menyebut bagian surah saja. Sedangkan bukti di blog ini dan sumber yang saya ambil pada tanggal 19 Agustus menguatkan Alfatihah bukanlah hadits yg pertama.”

    Saya sama sekali tidak akan menulis seperti itu. Coba baca ulang tulisan Netral yang mungkin lagi ngantuk atau mungkin lagi mabok. TUNTAS. Wassalam.

  13. “Aku telah membagi shalat (surat Al Fatihah) menjadi dua bagian, separuh untuk-Ku dan separuh untuk hamba-Ku. Apabila ia membaca, ‘Alhamdulillahirabbil ‘alamiin.’ Maka Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah memuji-Ku.’ Apabila ia membaca, ‘Ar-Rahmanir rahiim’. Maka Allah menjawab, ‘Hamba-Ku telah menyanjung-Ku’. Apabila ia membaca, ‘Maliki yaumiddiin’. Maka Allah menjawab, ‘Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku’. Apabila ia membaca, ‘Iyyakana’budu waiyyaka nasta’iin’. Maka Allah menjawab, ‘Ini adalah di antara aku dan hambaku’. Apabila ia membaca, ‘Ihdinas shirathal mustaqim’, maka Allah berfirman, ‘Ini untuk hamba-Ku, akan Aku kabulkan apa yang ia minta.’ “(HR. Muslim)

    Ini semacam penegasan bahwa basmalah bukan termasuk dalam surat Al-Fatihah. Dalam kitab Ash-Shahih diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku pernah shalat malam bermakmum di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman radhiyallahu ‘anhum. Mereka semua membuka shalat dengan membaca, “Alhamdu lillaahi rabbil ‘alamin” dan tidak membaca; “Bismillaahirrahmaanirrahiim” di awal bacaan maupun di akhirnya. (Muttafaqun ‘Alaihi).

    Ini saja sudah membuktikan…..

    Jika mengutip hadits yg kamu berikan:
    Ayat bismillah itu bagian semua Surah Al Qur’an” (HR Bukhari & Dar-ru-Quthni) “Bila Surah baru diwahyukan, biasanya dimulai dengan bismillah, dan tanpa bismillah, Rasulullah saw tidak mengetahui bahwa Surah baru telah dimulai” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra dalam Sunan Abu Daud).

    Mana ada menyebut basmalah sebagai ayat pertama? Hadits tersebut hanya menyebut basmalah bagian dari surah. Trus apa gunanya hadits tentang Al-fatihah tsb? Jika tulisan Anda dipakai basmalah di surat alfatihahpun merupakan ayat yg pertama begitu pula dalam surat At-taubah
    Anda Masih belum mengerti?

  14. Assalamu’alaikum,

    Netral menulis:
    Ini saja sudah membuktikan……… BINGUNG?
    Itu hanya membuktikan, bismillah tidak diucapkan dengan keras tetapi di dalam hati saja.

    Jika mengutip hadits yg kamu berikan:
    Ayat bismillah itu bagian semua Surah Al Qur’an” (HR Bukhari & Dar-ru-Quthni) “Bila Surah baru diwahyukan, biasanya dimulai dengan bismillah, dan tanpa bismillah, Rasulullah saw tidak mengetahui bahwa Surah baru telah dimulai” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra dalam Sunan Abu Daud).

    Mana ada menyebut basmalah sebagai ayat pertama? Hadits tersebut hanya menyebut basmalah bagian dari surah.

    …biasanya DIMULAI dengan bismillah…
    berarti ayat bismillah dihitung sebagai bagian pertama atau ayat pertama dari Surah Al Fatihah dan Surah-Surah Al Qur’an kecuali Al Bara’ah (At-Taubah) yang tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan lanjutan dari Surah Al Anfal.

    Sudah lah cep Netral, sesungguhnya saya sudah menutup diskusi tentang ini.

    Karena Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim (Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) itu merupakan ayat pembuka Khazanah Ilmu Ilahi, insya-Allah nanti akan saya tuliskan lagi selengkapnya Tafisr Basmallah berdasarkan tulisan orang yang “MUTHAKHARUN” agar bisa mengajak orang-orang ke JALAN YANG LURUS. Menyimpulkan penfasiran ayat pertama saja sudah keliru, bagaimana dengan ayat-ayat berikutnya, makin melenceng apa nggak? Tapi kalau cep Netral masih ngantuk, tidur saja dulu yah. Wassalam.

  15. tuch apa yang anda kutip belum membuktikan basmalah sebagai ayat yang pertama hanya bagian semua surah Al-Qur’an. simpel khan

  16. Netral menulis:
    Ini saja sudah membuktikan……… BINGUNG?
    Itu hanya membuktikan, bismillah tidak diucapkan dengan keras tetapi di dalam hati saja.

    Jika mengutip hadits yg kamu berikan:
    Ayat bismillah itu bagian semua Surah Al Qur’an” (HR Bukhari & Dar-ru-Quthni) “Bila Surah baru diwahyukan, biasanya dimulai dengan bismillah, dan tanpa bismillah, Rasulullah saw tidak mengetahui bahwa Surah baru telah dimulai” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra dalam Sunan Abu Daud).

    Mana ada menyebut basmalah sebagai ayat pertama? Hadits tersebut hanya menyebut basmalah bagian dari surah.

    …biasanya DIMULAI dengan bismillah…
    berarti ayat bismillah dihitung sebagai bagian pertama atau ayat pertama dari Surah Al Fatihah dan Surah-Surah Al Qur’an kecuali Al Bara’ah (At-Taubah) yang tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan lanjutan dari Surah Al Anfal.

    Sudah lah cep Netral, sesungguhnya saya sudah menutup diskusi tentang ini.

    Karena Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim (Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) itu merupakan ayat pembuka Khazanah Ilmu Ilahi, insya-Allah nanti akan saya tuliskan lagi selengkapnya Tafisr Basmallah berdasarkan tulisan orang yang “MUTHAKHARUN” agar bisa mengajak orang-orang ke JALAN YANG LURUS. Menyimpulkan penfasiran ayat pertama saja sudah keliru, bagaimana dengan ayat-ayat berikutnya, makin melenceng apa nggak? Tapi kalau cep Netral masih ngantuk, tidur saja dulu yah. Wassalam.

    Faktanya tidak disebutkan basmalah sebagai ayat pertama. Coba dech kalau Anda sholat jum’at di masjid Ahmadiyah Anda dengarkan Imam jum’at Anda membacakan Basmalah dengan lantang pada Surat Al-Fatihah dan Surat pendek pada saat Sholat Jum’at 😀
    Orang yang lurus pasti akan berdalil menggunakan Al-Qur’an sebagai dalil tertinggi dan pendakwaan ghulam Ahmad tidak terdapat dalam Al-Qur’an. Gitu aja koq repot….
    Silahkan dech dijawab dengan jujur

  17. Asalamu’alaikum,
    Netral menulis:
    “Faktanya tidak disebutkan basmalah sebagai ayat pertama. Coba dech kalau Anda sholat jum’at di masjid Ahmadiyah Anda dengarkan Imam jum’at Anda membacakan Basmalah dengan lantang pada Surat Al-Fatihah dan Surat pendek pada saat Sholat Jum’at.”

    Sinar Galih menjawab:
    Jemaat Ahmadiyah menyatakan Bismillah di dalam hati atau hanya semacam berbisik saja langsung kepada Allah Ta’ala, tidak lantang.

    Netral menulis:
    “Orang yang lurus pasti akan berdalil menggunakan Al-Qur’an sebagai dalil tertinggi dan ……………………..”

    Sinar Galih menjawab:
    Sudah lihat Al Qur’an yang diproduksi Jemaat Ahmadiyah silahkan browsing : http://www.alislam.org/quran/tafseer/?page=3&region=EN&CR=

    Setelah browsing Al Qur’an Jemaat Ahmadiyah, coba cep Netral jawab: Kecuali Surah At-Taubah (yang merupakan lanjutan Surah Al Anfal), apakah Bismillah ditulis sebagai ayat pertama atau tidak?

    Konteksnya Bismillah saja dulu yah, sisanya dilain tempat.
    PUAS, TUNTAS atau HOBBY BERBANTAH-BANTAH SAJA?

  18. Jemaat Ahmadiyah menyatakan Bismillah di dalam hati atau hanya semacam berbisik saja langsung kepada Allah Ta’ala, tidak lantang.

    kalau basmalah sebagai ayat yg pertama seharusnya disuarakan dengan lantang dong. Berarti tidak lengkap dong membacanya
    Pada prakteknya koq beda tuch 😀

    Netral menulis:
    “Orang yang lurus pasti akan berdalil menggunakan Al-Qur’an sebagai dalil tertinggi dan ……………………..”

    Sinar Galih menjawab:
    Sudah lihat Al Qur’an yang diproduksi Jemaat Ahmadiyah silahkan browsing : http://www.alislam.org/quran/tafseer/?page=3&region=EN&CR=

    Setelah browsing Al Qur’an Jemaat Ahmadiyah, coba cep Netral jawab: Kecuali Surah At-Taubah (yang merupakan lanjutan Surah Al Anfal), apakah Bismillah ditulis sebagai ayat pertama atau tidak?

    Konteksnya Bismillah saja dulu yah, sisanya dilain tempat.
    PUAS, TUNTAS atau HOBBY BERBANTAH-BANTAH SAJA?

    Saya pernah baca koq Tafsir Resmi Ahmadiyah versi bahasa Indoensia 😀
    Lucu banget Surat At-taubah dijadikan pengecualian. Seharusnya kalau hadits yang Anda kutip itu dijadikan dalil, basmalah termasuk pula dalam Surat At-taubah tapi nyatanya di tafsir Ahmadiyah di surat At-taubah, basmalah bukan ayat yg pertama 😀

  19. Konteksnya Bismillah saja dulu yah, sisanya dilain tempat.
    PUAS, TUNTAS atau HOBBY BERBANTAH-BANTAH SAJA?

    Sabaar…Sabaarr ga perlu esmosi… 😀

  20. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمـٰنِ الرَّحِيمِ
    Assalamu’alaikum,
    Yang terhormat Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam blog ini menyimpulkan:”Dan yang benar dan tidak diragukan lagi bahwa basmalah tidaklah termasuk Al-Fatihah sebagaimana basmalah bukanlah merupakan bagian dari surat-surat yang lain”.
    Kesimpulan Syaikh ini bertentangan dengan Sabda Rasulullah saw:”Ayat bismillah itu bagian semua Surah Al Qur’an” (HR Bukhari & Dar-ru-Quthni) “Bila Surah baru diwahyukan, biasanya dimulai dengan bismillah, dan tanpa bismillah, Rasulullah saw tidak mengetahui bahwa Surah baru telah dimulai” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra dalam Sunan Abu Daud). Yang lebih parah lagi adalah bahwa walaupun yang terhormat Syaikh ini menyatakan: ”Adapun dari sisi bentuk dan maknanya, Al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat dengan kesepakatan para ulama.”, tetapi Syaikh menyatakan “basmalah tidak termasuk Al- Fatihah” yang secara matematis menyisakan jumlah ayat dalam Surah Al Fatihah menjadi enam, karena berkurang satu ayat yaitu “basmallah” itu. Hal ini tentu saja bertentangan dengan Al Qur’an:”Dan, sesungguhnya telah Kami berikan kepada engkau tujuh (ayat) yang selalu diulang-ulang, dan Al Qur’an yang agung.” (QS Al Hijr 88). Memang, ada suatu kebiasaan imam-imam shalat di Masjidil Haram, Masjid Nabawi ataupun imam-imam shalat di Jemaat Ahmadiyah; yaitu tidak mengeraskan bacaan “basmallah”. Akan tetapi hal ini tidak menunjukkan bahwa “basmalah” tidak termasuk dalam Surah Al-Fatihah (karena Allah telah menegaskan dalam Surah Al Hijr 88 bahwa nama lain Surah Al Fatihah adalah As-Sab’al Matsani yang artinya tujuh ayat yang diulang-ulang) dan Surah-Surah lainnya di dalam Al Qur’an.
    Di dalam Al Qur’an terdapat satu Surah yang unik, dan memiliki dua nama, yaitu Anfal dan Taubah (Bara’ah). Sekalipun, pada anggapan umum, hanya yang pertama dari keduanya dikenal dengan nama Anfal, namun sebenarnya Surah ini meliputi keduanya – pertama yang disebut Anfal dan kedua yang disebut Taubah. Ini berarti bahwa Taubah atau Bara’ah, pada hakikatnya, bukanlah satu Surah yang mandiri, melainkan hanya bagian dari Al Anfal. Ini merupakan satu-satunya contoh dalam Al Qur’an adanya Surah yang dipecah menjadi dua bagian, sedang Surah-Surah lainnya masing-masing merupakan kesatuan utuh. Bukti bahwa Taubah itu bukan satu Surah yang terpisah tetapi bagian dari Anfal ialah, berbeda dari semua Surah lainnya, Taubah tidak dimulai dengan Bismillah yang – atas petunjuk Ilahi – diletakkan di muka setiap Surah dan menjadi bagian yang tidak terpisah dari Surah itu. Bukti lainnya ialah terdapatnya persamaan yang sangat menonjol dalam pokok pembahasan di antara keduanya sehingga merupakan satu Surah juga. Baik Anfal maupun Taubah, kedua-duanya diturunkan di Medinah; Anfal diturunkan menjelang Perang Badar pada tahun pertama atau kedua sesudah Hijrah, sedangkan Taubah atau Bara’ah, menurut Bukhari, termasuk bagian-bagian Al Qur’an yang diturunkan akhir sekali pada tahun kesembilan sesudah Hijrah.
    Karena Bismillah adalah ayat pertama dari semua Surah Al Qur’an (kecuali at-Taubah yang merupakan kelanjutan dari Surah Al Anfal) dan Al Fatihah merupakan Surah pertama dari Al Qur’an yang merupakan pembuka semua Khasanah Ilmu Ilahi yang terkandung dalam Al Qur’an, saya ingin berbagi dengan para pembaca blog ini dengan meng-upload Tafsir Surah Al Fatihah yang dibuat oleh Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad (Muslih Mau’ud, Khalifatul Masih II dan Imam Jemaat Islam Internasional Ahmadiyah) ra. Ada dua macam Tafsir Al Qur’an yang telah dibuat, yaitu Tafsir Shagir dan Tafsir Kabir, namun karena khawatir kepanjangan, saya – insya Allah – hanya akan meng-upload Tafsir Shagir Surah Al Fatihah saja. Semoga bermanfaat bagi muslimin Indonesia. Wassalam.

  21. wahhh….waahhh masih belum faham juga dengan hadits yg dikutip bahwa basmalah bagian dari surat-surat lain dan tidak menyebut basmalah merupakan ayat yang pertama dari bagian surat-surat lain. Praktek sholat Ahmadiyah saja Basmalah tidak diucapkan dengan keras. Praktek dengan teori koq beda. Gitu aja koq repot 😀
    Tanyakan saja ke Imam-Imam masjid masjidil haram dan Nabawi, Basmalah itu ayat yang pertama atau tidak di tiap-tiap surat. Silahkan lihat tafsir-tafsir orang terdahulu apakah basmalah itu ayat pertama di bagian surat. gitu aja koq repot 😀
    Memangnya Ahmadiyah orang terdahulu? 😀

  22. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمـٰنِ الرَّحِيمِ
    Assalamu’alaikum,
    Kesimpulan Syaikh ini bertentangan dengan Sabda Rasulullah saw:”Ayat bismillah itu bagian semua Surah Al Qur’an” (HR Bukhari & Dar-ru-Quthni) “Bila Surah baru diwahyukan, biasanya DIMULAI dengan bismillah, dan tanpa bismillah, Rasulullah saw tidak mengetahui bahwa Surah baru telah dimulai” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra dalam Sunan Abu Daud).

    Yang lebih parah lagi adalah bahwa walaupun yang terhormat Syaikh ini menyatakan: ”Adapun dari sisi bentuk dan maknanya, Al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat dengan kesepakatan para ulama.”, tetapi Syaikh menyatakan “basmalah tidak termasuk Al- Fatihah” yang secara matematis menyisakan jumlah ayat dalam Surah Al Fatihah menjadi enam, karena berkurang satu ayat yaitu “basmallah” itu. Hal ini tentu saja BERTENTANGAN DENGAN AL QUR’AN:”Dan, sesungguhnya telah Kami berikan kepada engkau TUJUH (ayat) yang selalu diulang-ulang, dan Al Qur’an yang agung.” (QS AL HIJR 88).

    Memang, ada suatu kebiasaan imam-imam shalat di Masjidil Haram, Masjid Nabawi ataupun imam-imam shalat di Jemaat Ahmadiyah; yaitu tidak mengeraskan bacaan “basmallah”. Akan tetapi hal ini TIDAK MENUNJUKAN BAHWA “BASMALLAH” TIDAK TERMASUK DALAM SURAH AL FATIHAH (KARENA ALLAH TELAH MENEGASKAN DALAM SURAH AL HIJR 88 BAHWA NAMA LAIN SURAH ALFATIHAH ADALAH AS-SAB’AL MATSANI YANG ARTINYA TUJUH AYAT YANG DIULANG-ULANG) DAN SURAH-SURAH LAINNYA DI DALAM AL QUR’AN.

    Wassalam.

  23. Assalamu’alaikum,
    Kesimpulan Syaikh ini bertentangan dengan Sabda Rasulullah saw:”Ayat bismillah itu bagian semua Surah Al Qur’an” (HR Bukhari & Dar-ru-Quthni) “Bila Surah baru diwahyukan, biasanya DIMULAI dengan bismillah, dan tanpa bismillah, Rasulullah saw tidak mengetahui bahwa Surah baru telah dimulai” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra dalam Sunan Abu Daud).

    Buka mata lebar2 😀 apa ada menyebut basmalah sebagai ayat yang pertama? tidak ada khan. Gitu aja koq repot.

    Yang lebih parah lagi adalah bahwa walaupun yang terhormat Syaikh ini menyatakan: ”Adapun dari sisi bentuk dan maknanya, Al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat dengan kesepakatan para ulama.”, tetapi Syaikh menyatakan “basmalah tidak termasuk Al- Fatihah” yang secara matematis menyisakan jumlah ayat dalam Surah Al Fatihah menjadi enam, karena berkurang satu ayat yaitu “basmallah” itu. Hal ini tentu saja BERTENTANGAN DENGAN AL QUR’AN:”Dan, sesungguhnya telah Kami berikan kepada engkau TUJUH (ayat) yang selalu diulang-ulang, dan Al Qur’an yang agung.” (QS AL HIJR 88).

    Memang, ada suatu kebiasaan imam-imam shalat di Masjidil Haram, Masjid Nabawi ataupun imam-imam shalat di Jemaat Ahmadiyah; yaitu tidak mengeraskan bacaan “basmallah”. Akan tetapi hal ini TIDAK MENUNJUKAN BAHWA “BASMALLAH” TIDAK TERMASUK DALAM SURAH AL FATIHAH (KARENA ALLAH TELAH MENEGASKAN DALAM SURAH AL HIJR 88 BAHWA NAMA LAIN SURAH ALFATIHAH ADALAH AS-SAB’AL MATSANI YANG ARTINYA TUJUH AYAT YANG DIULANG-ULANG) DAN SURAH-SURAH LAINNYA DI DALAM AL QUR’AN.

    Wassalam.

    Maka dari tanyakan imam2 masjid tsb basmalah itu ayat yg keberapa?
    praktek ahmadiyah saja sudah meniru non Ahmadi. Antara lisan dengan perbuatan koq beda 😀
    Saya tanya kepada Anda tafsir2 orang terdahulu menempatkan basmalah sebagai ayat yg pertama tidak? memangnya ghulam ahmad orang terdahulu? 😀

  24. سْمِ اللهِ الرَّحْمـٰنِ الرَّحِيمِ
    Assalamu’alaikum,
    Netral menulis:
    Maka dari tanyakan imam2 masjid tsb basmalah itu ayat yg keberapa?
    praktek ahmadiyah saja sudah meniru non Ahmadi. Antara lisan dengan perbuatan koq beda :
    Saya tanya kepada Anda tafsir2 orang terdahulu menempatkan basmalah sebagai ayat yg pertama tidak? memangnya ghulam ahmad orang terdahulu?

    Sinar Galih menjawab:
    Silahkan tanya sendir oleh Netral, nanti kasih tahu saya jawaban dari imam-imam masjid tersebut.
    Masalah imam shalat tidak mengeraskan Bismillah, itu mah urusan Allah Yang Maha Melihat dan Maha Mendengar.

    Allah Yang Maha Suci telah mensucikan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (Imam Mahdi, Masih Mau’ud) as sebagai Nabi/Rasul Ghairi Mustaqil wa Ghairi Tasyri’i (QS Al Waqi’ah 80) sehingga beliau as diberi mandat untuk memperbaiki kekeliruan-kekeliruan mufassirin dulu maupun sekarang dan mengembalikannya kepada ajaran Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, Nabi Muhammad (Khataman Nabiyyin) saw. Jadi, jelas Jemaat Ahmadiyah ta’at kepada Allah (QS Al Hijr 88) dan Rasulullah saw (HR Bukhari, Dar-u-Quthni & Sunan Abu Daud).

    Sementara Syaikh & Netral sudah mengubah As-Sab’al Matsani (QS Al Hijr 88) menjadi As-Sit’al Ayat dan Hadits Rasulullah (Sihah Sittah) tidak dita’ati sampai sekarang.

    Coba pikirkan! Orang-orang yang tidak ta’at kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya itu termasuk apa?
    Wassalam.

  25. Silahkan tanya sendir oleh Netral, nanti kasih tahu saya jawaban dari imam-imam masjid tersebut.
    Masalah imam shalat tidak mengeraskan Bismillah, itu mah urusan Allah Yang Maha Melihat dan Maha Mendengar.

    haa.hahaaa bilang saja kepepet. Jadi sudah ketemu Pak orang yang terdahulu dalam Tafsir mencantumkan basmalah sebagai ayat pertama? 😀

    Allah Yang Maha Suci telah mensucikan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (Imam Mahdi, Masih Mau’ud) as sebagai Nabi/Rasul Ghairi Mustaqil wa Ghairi Tasyri’i (QS Al Waqi’ah 80) sehingga beliau as diberi mandat untuk memperbaiki kekeliruan-kekeliruan mufassirin dulu maupun sekarang dan mengembalikannya kepada ajaran Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, Nabi Muhammad (Khataman Nabiyyin) saw. Jadi, jelas Jemaat Ahmadiyah ta’at kepada Allah (QS Al Hijr 88) dan Rasulullah saw (HR Bukhari, Dar-u-Quthni & Sunan Abu Daud).

    Sementara Syaikh & Netral sudah mengubah As-Sab’al Matsani (QS Al Hijr 88) menjadi As-Sit’al Ayat dan Hadits Rasulullah (Sihah Sittah) tidak dita’ati sampai sekarang.

    Haaaa..hahahha belum terbukti tuch dengan ayat tsb. Ga nyambung dengan pendakwaan MGA 😀
    Periksa dech lampiran di thread Al-Jumuah, ghulam Ahmad mendakwakan diri sebagai apa saja? koq ga nyambung dengan apa yang tulispendakwaannya? Masak sich ngakui MGA sebahai Nabi tetapi belum mengakui pendakwaan lainnya….echaaaaa dech 😀
    Susah ya membuktikan pendakwaan ghulam ahmad. Ga ketemu khan dalailnya 😀
    Maklum hanya modal GE ER doang sich 😀

    maka Kami membinasakan mereka. Dan sesungguhnya kedua kota itu benar benar terletak di jalan umum yang terang.(QS. 15:79)
    Karena tindakan mereka yang melanggar larangan Allah dan mengabaikan seruan Rasul itu, mereka ditimpa azab berupa panas terik selama tujuh hari, tanpa sedikitpun awan yang menaungi, kemudian Allah mengirim awan, lalu mereka bernaung di bawah awan itu. Tiba-tiba dari dalam awan itu memancar nyala api yang menghanguskan mereka. Dalam surah Al A’raf ayat 91, diterangkan bahwa mereka juga ditimpa gempa yang dahsyat.
    Kemudian Allah SWT menerangkan bahwa kota Sodom dan kota Aikah itu adalah dua kota yang berdekatan letaknya, sama-sama terletak di jalan yang biasa dilalui manusia, bahkan bekas peninggalan mereka masih dapat dilihat dan dipelajari, agar demikian dapat dijadikan pelajaran oleh orang-orang yang mau menggunakan pikirannya.

    Dan sesungguhnya penduduk-penduduk kota Al Hijr telah mendustakan rasul-rasul,(QS. 15:80)

    Ayat ini menerangkan bahwa penduduk kota Al Hijr telah mendustakan Rasul-rasul. Dalam ayat ini disebutkan Rasul-rasul padahal mereka hanya mendustakan seorang Rasul, yaitu Nabi Saleh as. Karena mendustakan seorang Rasul hukumnya sama dengan mendustakan seluruh Rasul-rasul Allah. Seluruh Rasul yang diutus Allah membawa agama tauhid dan asas-asas agama yang sama. Walaupun mendustakan seorang Rasul, tetapi mereka telah mendustakan ketauhidan dan azas-azas agama yang dibawa Rasul itu, yang berarti mereka telah mendustakan seluruh Rasul-rasul itu.
    Kota Al Hijr adalah tempat tinggal kaum Samud yang terletak antara Mekah dan Syam, di dekat Wadil Qura. Kepada mereka diutus Nabi Saleh menunjukkan mukjizat sebagai bukti kerasulannya. Saleh menyatakan mukjizatnya berupa unta betina yang mereka kenal sebagai bukti kerasulannya. Unta itu tidak boleh diganggu dan disakiti. Air minumnya ditentukan banyaknya secara bergantian, yaitu sehari untuk minum unta dan sehari untuk yang lain untuk meminum mereka semuanya, demikianlah seterusnya. Tetapi mereka tidak mau mengikuti ketentuan Saleh itu, bahkan mereka menyembelih unta itu.

    Ini sich azab yang mendustakan Utusan Allah sedangkan Nabi palsu seperti MGA ya ga nyambung lah menggunakan ayat ini 😀

    Coba pikirkan! Orang-orang yang tidak ta’at kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya itu termasuk apa?
    Wassalam.

    waahhh salah tuch pertanyaannya seharusnya pertanyaannya demikian:
    Coba pikirkan! Orang-orang yang tidak ta’at kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya dengan mengakui Nabi palsu itu termasuk apa? itu pertayaan yang betul 😀
    Ga usach GE ER duluan dech.

  26. سْمِ اللهِ الرَّحْمـٰنِ الرَّحِيمِ
    Assalamu’alaikum,

    Netral menulis:
    haa.hahaaa bilang saja kepepet. Jadi sudah ketemu Pak orang yang terdahulu dalam Tafsir mencantumkan basmalah sebagai ayat pertama?

    Sinar Galih merespon:
    Nah, kata-kata seperti ini yang dapat disebut dengan “Maling Teriak Maling”, padahal argumentasi saya sudah jelas berdasarkan Al Qur’an & Hadits Rasulullah saw, bukan berdasarkan orang-orang terdahulu yang diandalkan oleh Netral. Bukan kah Netral sering mengatakan bahwa Al Qur’an dan Hadits Rasulullah saw yang harus dijadikan rujukan utama. Pada saat kebenaran berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Rasulullah saw, Netral menolak-nya dan berdalih ke sana ke mari yang out of context. Ingatlah selalu firman-Allah yang menyatakan bahwa tanda orang beriman itu:”Kami dengar, kami ta’at” (QS Al Baqarah 2: 286), “Kami dengar, kami tolak”.

    Netral menulis lagi:
    Haaaa..hahahha belum terbukti tuch dengan ayat tsb. Ga nyambung dengan pendakwaan MGA 😀
    Periksa dech lampiran di thread Al-Jumuah, ghulam Ahmad mendakwakan diri sebagai apa saja? koq ga nyambung dengan apa yang tulispendakwaannya? Masak sich ngakui MGA sebahai Nabi tetapi belum mengakui pendakwaan lainnya….echaaaaa dech 😀
    Susah ya membuktikan pendakwaan ghulam ahmad. Ga ketemu khan dalailnya 😀
    Maklum hanya modal GE ER doang sich 😀

    maka Kami membinasakan mereka. Dan sesungguhnya kedua kota itu benar benar terletak di jalan umum yang terang.(QS. 15:79)
    Karena tindakan mereka yang melanggar larangan Allah dan mengabaikan seruan Rasul itu, mereka ditimpa azab berupa panas terik selama tujuh hari, tanpa sedikitpun awan yang menaungi, kemudian Allah mengirim awan, lalu mereka bernaung di bawah awan itu. Tiba-tiba dari dalam awan itu memancar nyala api yang menghanguskan mereka. Dalam surah Al A’raf ayat 91, diterangkan bahwa mereka juga ditimpa gempa yang dahsyat.
    Kemudian Allah SWT menerangkan bahwa kota Sodom dan kota Aikah itu adalah dua kota yang berdekatan letaknya, sama-sama terletak di jalan yang biasa dilalui manusia, bahkan bekas peninggalan mereka masih dapat dilihat dan dipelajari, agar demikian dapat dijadikan pelajaran oleh orang-orang yang mau menggunakan pikirannya.

    Dan sesungguhnya penduduk-penduduk kota Al Hijr telah mendustakan rasul-rasul,(QS. 15:80)

    Ayat ini menerangkan bahwa penduduk kota Al Hijr telah mendustakan Rasul-rasul. Dalam ayat ini disebutkan Rasul-rasul padahal mereka hanya mendustakan seorang Rasul, yaitu Nabi Saleh as. Karena mendustakan seorang Rasul hukumnya sama dengan mendustakan seluruh Rasul-rasul Allah. Seluruh Rasul yang diutus Allah membawa agama tauhid dan asas-asas agama yang sama. Walaupun mendustakan seorang Rasul, tetapi mereka telah mendustakan ketauhidan dan azas-azas agama yang dibawa Rasul itu, yang berarti mereka telah mendustakan seluruh Rasul-rasul itu.
    Kota Al Hijr adalah tempat tinggal kaum Samud yang terletak antara Mekah dan Syam, di dekat Wadil Qura. Kepada mereka diutus Nabi Saleh menunjukkan mukjizat sebagai bukti kerasulannya. Saleh menyatakan mukjizatnya berupa unta betina yang mereka kenal sebagai bukti kerasulannya. Unta itu tidak boleh diganggu dan disakiti. Air minumnya ditentukan banyaknya secara bergantian, yaitu sehari untuk minum unta dan sehari untuk yang lain untuk meminum mereka semuanya, demikianlah seterusnya. Tetapi mereka tidak mau mengikuti ketentuan Saleh itu, bahkan mereka menyembelih unta itu.

    Ini sich azab yang mendustakan Utusan Allah sedangkan Nabi palsu seperti MGA ya ga nyambung lah menggunakan ayat ini.

    Sinar Galih merespon:
    Ini yang disebut out-of-context. Bukankah kita sedang membicarakan ayat “Bismillah”? DEBAT KUSIR.

    Netral menulis lagi:
    waahhh salah tuch pertanyaannya seharusnya pertanyaannya demikian:
    Coba pikirkan! Orang-orang yang tidak ta’at kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya dengan mengakui Nabi palsu itu termasuk apa? itu pertayaan yang betul :
    Ga usach GE ER duluan dech

    Sinar Galih merespon:
    Malu yah untuk menjawab dengan jujur? Jujur saja bahwa Netral dan juga umat Islam yang masih sepaham dengan Syaikh adalah termasuk orang-orang yang tidak ta’at kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya dalam hal ini. Tetapi, jangan khawatir karena saya tahu hukum syari’at, saya tidak akan mengatakan kafir kepada kalian semua. Hanya, saya, ingin mengingatkan firman Allah yang artinya:”Jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah lebih banyak (Nikmat-Ku) kepadamu; dan jika kamu tidak mensyukuri, sesungguhnya azab-Ku amat keras.” Mau diazab Allah Ta’ala padahal bermula hanya dari ayat “Bismillah”.
    Wassalam.

  27. Nah, kata-kata seperti ini yang dapat disebut dengan “Maling Teriak Maling”, padahal argumentasi saya sudah jelas berdasarkan Al Qur’an & Hadits Rasulullah saw, bukan berdasarkan orang-orang terdahulu yang diandalkan oleh Netral. Bukan kah Netral sering mengatakan bahwa Al Qur’an dan Hadits Rasulullah saw yang harus dijadikan rujukan utama. Pada saat kebenaran berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Rasulullah saw, Netral menolak-nya dan berdalih ke sana ke mari yang out of context. Ingatlah selalu firman-Allah yang menyatakan bahwa tanda orang beriman itu:”Kami dengar, kami ta’at” (QS Al Baqarah 2: 286), “Kami dengar, kami tolak”.

    Apa ga salah tuch. Bukannya Anda yang “Maling teriak Maling” 😀 Bukankah saya menjadikan selalu menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan pertama dan hadits kedua. Bukankah saya menerima bahwa basmalah bagian dari surat namun sayangnya tidak disebut basmalah tidak disebutkan sebagai ayat yg pertama. Sedangkan Anda prakteknya saja meniru orang yang non ahmadi 😀 Jadi yang maling teriak maling bukannya Anda 😀

    Ini yang disebut out-of-context. Bukankah kita sedang membicarakan ayat “Bismillah”? DEBAT KUSIR.

    Keliatan Anda nulisnya lagi ngantuk…baca saja tulisan Anda Agustus 29, 2010 pada 4:13 am ttg surat Al-hijr. Anda sendiri menyodorkan ayat tsb dan saya membantahnya 😀

    Malu yah untuk menjawab dengan jujur? Jujur saja bahwa Netral dan juga umat Islam yang masih sepaham dengan Syaikh adalah termasuk orang-orang yang tidak ta’at kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya dalam hal ini. Tetapi, jangan khawatir karena saya tahu hukum syari’at, saya tidak akan mengatakan kafir kepada kalian semua. Hanya, saya, ingin mengingatkan firman Allah yang artinya:”Jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah lebih banyak (Nikmat-Ku) kepadamu; dan jika kamu tidak mensyukuri, sesungguhnya azab-Ku amat keras.” Mau diazab Allah Ta’ala padahal bermula hanya dari ayat “Bismillah”.
    Wassalam.

    Apa yang perlu malu. Saya taat kepada Allah dan Rasul, nyatanya saya mengakui basmalah bagian dari surat dan tidak memasukkan basmalh merupakan ayat pertama karena tidak ada hadits menyebut seperti itu. Justru yang malu-maluin itu orang yang ngotot basmalah adalah ayat yang pertama sedangkan cara prakteknya meniru non Ahmadi 😀
    Lebih malu lagi tuch orang yang tidak taat kepada Allah dan Rasulnya karena menyakini nabi palsu. Itulah yang pantas disebut orang yang tidak taat kepada Allah dan Rasul 😀

  28. سْمِ اللهِ الرَّحْمـٰنِ الرَّحِيمِ
    Assalamu’alaikum,
    Silahkan bandingkan kesimpulan Asy Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin”
    “Dan yang benar dan tidak diragukan lagi bahwa basmalah tidaklah termasuk Al-Fatihah sebagaimana basmalah bukanlah merupakan bagian dari surat-surat yang lain.”

    dengan

    Kesimpulan yang diamalkan oleh Jemaat Ahmadiyah berdasarkan ayat suci Al Qur’an & Hadits Rasulullah saw:
    “Surah Al Fatihah sesuai nama lain yang Allah Ta’ala berikan dalam QS Al Hijr 88 (As-sab’al matsani) yang di dalamnya termasuk “Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim” sebagai ayat pertama/nomor satu. Jemaat Ahmadiyah juga lebih menta’ati Rasulullah saw dalam hal menempatkan “Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim” sebagai ayat pertama/nomor satu dari tiap-tiap Surah (kecuali Bara’ah/Taubah yang merupakan lanjutan dari Surah Al Anfal) dalam Al Qur’an sesuai perintah Rasulullah saw (HR Bukhari, Dar-ru-Quthni, Abu Daud).

    Netral menulis:
    Apa yang perlu malu. Saya taat kepada Allah dan Rasul, nyatanya saya mengakui basmalah bagian dari surat …

    Sinar Galih merespon:
    Bagus, pengakuan yang jujur. Kalau gitu, Silahkan Netral minta Admin Blog ini untuk mengganti Tafsir Asy Asyaikh dengan yang lebih baik!

    Netral menulis:
    …dan tidak memasukkan basmalh merupakan ayat pertama karena tidak ada hadits menyebut seperti itu.

    Sinar Galih merespon:
    Bagaimana dengan “Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim” sebagai ayat pertama/nomor satu dari tiap-tiap Surah (kecuali Bara’ah/Taubah yang merupakan lanjutan dari Surah Al Anfal) dalam Al Qur’an sesuai perintah Rasulullah saw (HR Bukhari, Dar-ru-Quthni, Abu Daud)?

    Saya sengaja mementingkan ayat “Bismillah” ini dalam diskusi ketimbang yang lain, karena dengan ditempatkannya “Bismillah” pada permulaan tiap-tiap Surah mempunyai arti bahwa Al Qur’an itu khazanah ilmu Ilahi yang tidak dapat disentuh tanpa karunia khusus dari Tuhan, sebagaimana firman-Nya, “Tiada orang boleh/dapat menyentuh (kandungan) nya, kecuali mereka yang telah disucikan” (QS Al Waqi’ah 56:80). Dengan demikian, karena Allah Yang Maha Suci telah mensucikan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, maka Allah Ta’ala memberi mandat dan taufik kepada beliau as untuk menyentuh (menggali kandungan) Al Qur’an yang dimulai dari ayat “Bismillah” ini. Begitu pula dengan ayat-ayat suci dan Surah-Surah Al Qur’an-ul-Karim selanjutnya.

    Jadi, kalau di dalam hati Netral atau siapapun masih terkandung kebencian kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, maka hujjah-hujjah-nya tidak akan nyambung. Cobalah hilangkan kebencian itu dengan meminta pertolongan dan perlindungan kepada Allah dan mintalah Rahmat (kasih-sayang)-Nya, sehingga diskusi kita pun dipenuhi dengan bahasa kasih sayang, bukan bahasa hujatan atau ledekan.

    Semoga Allah Yang Maha Penolong, Maha Melindungi, Maha Pengasih dan Maha Panyayang menganugerahkan pertolongan, perlindungan dan kasih-sayang-Nya kepada Netral dan ikhwan-ikhwan muslimin dan mu’minin lainnya dalam blog ini termasuk saya yang lemah ini. Amin. Wassalam.

    Wassalam.

  29. Kesimpulan yang diamalkan oleh Jemaat Ahmadiyah berdasarkan ayat suci Al Qur’an & Hadits Rasulullah saw:
    “Surah Al Fatihah sesuai nama lain yang Allah Ta’ala berikan dalam QS Al Hijr 88 (As-sab’al matsani) yang di dalamnya termasuk “Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim” sebagai ayat pertama/nomor satu. Jemaat Ahmadiyah juga lebih menta’ati Rasulullah saw dalam hal menempatkan “Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim” sebagai ayat pertama/nomor satu dari tiap-tiap Surah (kecuali Bara’ah/Taubah yang merupakan lanjutan dari Surah Al Anfal) dalam Al Qur’an sesuai perintah Rasulullah saw (HR Bukhari, Dar-ru-Quthni, Abu Daud).

    Tidak ada tuch menyebut basmalah sebagai Ayat yang pertama 😀

    Bagus, pengakuan yang jujur. Kalau gitu, Silahkan Netral minta Admin Blog ini untuk mengganti Tafsir Asy Asyaikh dengan yang lebih baik!

    Ke GE ERan….basmalah memang bagian surat tetapi bukan sebagai ayat yang pertama. Ahmadiyah termasuk Anda saja pada saat sholat meniru non Ahmadi 😀

    Bagaimana dengan “Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim” sebagai ayat pertama/nomor satu dari tiap-tiap Surah (kecuali Bara’ah/Taubah yang merupakan lanjutan dari Surah Al Anfal) dalam Al Qur’an sesuai perintah Rasulullah saw (HR Bukhari, Dar-ru-Quthni, Abu Daud)?

    Saya sengaja mementingkan ayat “Bismillah” ini dalam diskusi ketimbang yang lain, karena dengan ditempatkannya “Bismillah” pada permulaan tiap-tiap Surah mempunyai arti bahwa Al Qur’an itu khazanah ilmu Ilahi yang tidak dapat disentuh tanpa karunia khusus dari Tuhan, sebagaimana firman-Nya, “Tiada orang boleh/dapat menyentuh (kandungan) nya, kecuali mereka yang telah disucikan” (QS Al Waqi’ah 56:80). Dengan demikian, karena Allah Yang Maha Suci telah mensucikan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, maka Allah Ta’ala memberi mandat dan taufik kepada beliau as untuk menyentuh (menggali kandungan) Al Qur’an yang dimulai dari ayat “Bismillah” ini. Begitu pula dengan ayat-ayat suci dan Surah-Surah Al Qur’an-ul-Karim selanjutnya.

    Jadi, kalau di dalam hati Netral atau siapapun masih terkandung kebencian kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, maka hujjah-hujjah-nya tidak akan nyambung. Cobalah hilangkan kebencian itu dengan meminta pertolongan dan perlindungan kepada Allah dan mintalah Rahmat (kasih-sayang)-Nya, sehingga diskusi kita pun dipenuhi dengan bahasa kasih sayang, bukan bahasa hujatan atau ledekan.

    Semoga Allah Yang Maha Penolong, Maha Melindungi, Maha Pengasih dan Maha Panyayang menganugerahkan pertolongan, perlindungan dan kasih-sayang-Nya kepada Netral dan ikhwan-ikhwan muslimin dan mu’minin lainnya dalam blog ini termasuk saya yang lemah ini. Amin. Wassalam.

    belum terbukti juga tuch hanya menyebut bagian surah dan tidak menyebut sebagai ayat yg pertama 😀

  30. سْمِ اللهِ الرَّحْمـٰنِ الرَّحِيمِ
    Assalamu’alaikum,

    Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim adalah ayat pertama tiap-tiap Surah Al Qur’an, kecuali Al Bara’ah (At-Taubah) yang sebenarnya tidak berdiri sendiri, tetapi lanjutan dari Surah Al Anfal. Ada suatu hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra bahwa bila Surah baru diwahyukan, biasanya dimulai dengan “bismillah”, dan tanpa “bismillah”, Rasulullah saw tidak mengetahui bahwa Surah baru telah dimulai” (Sunan Abu Daud). Rasulullah saw pernah bersabda bahwa, ayat “bismillah” itu bagian semua Surah Al Qur’an (HR Bukhari & Dar-ru-Quthni).

    Silahkan baca dan simpulkan, lalu bandingkan dengan kesimpulan Asy Syaikh. Wassalam.

  31. Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim adalah ayat pertama tiap-tiap Surah Al Qur’an, kecuali Al Bara’ah (At-Taubah) yang sebenarnya tidak berdiri sendiri, tetapi lanjutan dari Surah Al Anfal. Ada suatu hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra bahwa bila Surah baru diwahyukan, biasanya dimulai dengan “bismillah”, dan tanpa “bismillah”, Rasulullah saw tidak mengetahui bahwa Surah baru telah dimulai” (Sunan Abu Daud). Rasulullah saw pernah bersabda bahwa, ayat “bismillah” itu bagian semua Surah Al Qur’an (HR Bukhari & Dar-ru-Quthni).

    Silahkan baca dan simpulkan, lalu bandingkan dengan kesimpulan Asy Syaikh. Wassalam.

    Wa alaikum salam…..
    Koq haditsnya tidak ada menyebut bahwa basmalah adalah ayat pertama. Silahkan Anda periksa tafsir-tafsir orang terdahulu jika basmalh merupakan ayat pertama 😀
    wassalam

  32. سْمِ اللهِ الرَّحْمـٰنِ الرَّحِيمِ
    Assalamu’alaikum cep Andri,

    Ini satu bukti lagi orang yang kepepet seperti PAKAR DEBAT KUSIR yang menulis:
    Wa alaikum salam…..
    Koq haditsnya tidak ada menyebut bahwa basmalah adalah ayat pertama. Silahkan Anda periksa tafsir-tafsir orang terdahulu jika basmalh merupakan ayat pertama 😀
    wassalam.

    Padahal untuk kita sangat jelas Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim adalah ayat pertama tiap-tiap Surah Al Qur’an, kecuali Al Bara’ah (At-Taubah) yang sebenarnya tidak berdiri sendiri, tetapi lanjutan dari Surah Al Anfal. Ada suatu hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra bahwa bila Surah baru diwahyukan, biasanya dimulai dengan “bismillah”, dan tanpa “bismillah”, Rasulullah saw tidak mengetahui bahwa Surah baru telah dimulai” (Sunan Abu Daud). Rasulullah saw pernah bersabda bahwa, ayat “bismillah” itu bagian semua Surah Al Qur’an (HR Bukhari & Dar-ru-Quthni).

    Walaupun sudah ada perbaikan dengan tambahan “Wa’alaikumsalam” pada awalnya dan “Wassalam” pada akhirnya, tetapi karena Allah Yang Maha Suci belum mensucikan hatinya, maka dia mahrum/luput untuk bisa memahami kedua hadits itu.

    Semoga bermanfaat untuk cep Andri.
    Wassalam.

  33. Padahal untuk kita sangat jelas Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim adalah ayat pertama tiap-tiap Surah Al Qur’an, kecuali Al Bara’ah (At-Taubah) yang sebenarnya tidak berdiri sendiri, tetapi lanjutan dari Surah Al Anfal. Ada suatu hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra bahwa bila Surah baru diwahyukan, biasanya dimulai dengan “bismillah”, dan tanpa “bismillah”, Rasulullah saw tidak mengetahui bahwa Surah baru telah dimulai” (Sunan Abu Daud). Rasulullah saw pernah bersabda bahwa, ayat “bismillah” itu bagian semua Surah Al Qur’an (HR Bukhari & Dar-ru-Quthni).

    Walaupun sudah ada perbaikan dengan tambahan “Wa’alaikumsalam” pada awalnya dan “Wassalam” pada akhirnya, tetapi karena Allah Yang Maha Suci belum mensucikan hatinya, maka dia mahrum/luput untuk bisa memahami kedua hadits itu.

    Semoga bermanfaat untuk cep Andri.
    Wassalam.

    Wa alaikum salam….
    haaa….haaa tidak ada disebut dalam hadits dengan jelas Basmalah adalah ayat pertama di tiap-tiap surat. Jangan ngantuk bro 😀
    Sudah ditanyakan kepada Imam masjid madinah dan mekkah bro sehingga praktek sholat Ahmadiyah meniru imam2 tersebut? Silahkan buka tafsir2 seperti : Tafsir Khazen, Tafsir Nasafi, Tafsir Ibnu Kathir, Tafsir Shawi, Tafsir al Qasimi, Tafsir Baidhawi, Tafsir Al-Kashaf, Tafsir Thabari, Tafsir Zhilalul Quran, Tafsir Jalalein, Tafsir Lubabut Ta’wil, Tafsir Durarul Mantsur, Tafsir Bahrul Muhith, Tafsir Nisaburi,Tafsir Fakhrul Razi’, Tafsir Abi Su’ud , Tafsir Yusuf Ali, Tafsir Marmaduke Picthal, Tafsir Sakir.

    Silahkan Anda periksa tafsir2 tsb, Apakah mencantumkan basmalah sebagai ayat pertama dalam tiap-tiap surat kecuali surat At-taubah atau tidak? 😀

    Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan:

    “ Ada pun yang terkait dengan menjaharkan(tidak dikeraskan) Basmalah, maka perinciannya adalah sebagai berikut: bagi yang berpendapat bahwa Basmalah BUKAN bagian dari surat Al Fatihah maka mereka tidak menjaharkan, juga menurut pihak yang mengatakan Basmalah adalah termasuk bagian ayat awal darinya. Ada pun bagi kelompok yang mengatakan bahwa Basmalah adalah termasuk bagian dari surat-surat di bagian awalnya. Maka mereka berbeda pendapat dalam hal ini.

    Imam Asy Syafi’i Rahimahullah berpendapat bahwa Basmalah DIJAHARKAN (tidak dikeraskan), juga pada surat lainnya. Inilah pendapat banyak golongan dari sahabat tabi’in, para imam kaum muslimin, baik salaf dan khalaf. Dari kalangan sahabat yang menjaharkan adalah Abu Hurairah, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, dan Muawiyah. Ibnu Abdil Bar dan Al Baihaqi menceritakan bahwa ini juga dilakukan Umar dan Ali. Sedangkan Al Khathib menukil dari khalifah yang empat yakni Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Tapi riwayat ini gharib (asing/menyendiri). Dari kalangan tabi’in adalah Said bin Jubeir, Ikrimah, Abu Qilabah, Az Zuhri, Ali bin Al Husein dan anaknya Muhammad, Said bin Al Musayyib, Atha, Thawus, Mujahid, Salim, Muhammad bin Ka’ab Al Qurzhi, Abu Bakar bin Amru bin Hazm, Abu Wail, Ibnu Sirin, Muhammad bin Al Munkadir, Ali bin Abdullah bin Abbas dan anaknya Muhammad, Nafi’, Zaid bin Aslam, Umar bin Abdul Aziz, Al Azraq bin Qais, Habib bin Abi Tsabit, Abu Sya’ tsa’, Makhul, dan Abdullah bin Ma’qil bin Muqarrin.

    Diriwayatkan dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Ammar bin Yasin
    ان النبى صلعم كان يجهر فى المكتوبات ببسم الله الرحمن الرحيم ( أخرجه الدارقطنى)
    Artinya: Bahwa Nabi Saw, adalah menjaharkan pada shalat fardhunya dengan Bismillahirrahmaanirrahiim. (H.R. Addaruqutni).

    Nah cara praktek sholat jum’at Ahmadiyah basmalah dijaharkan meniru imam-imam masjid madinah dan makkah yang tidak mencantumkan basmalah pada ayat pertama selain surat At-taubah. Apa orang-orang yang disebut tsb tidak taat kepada Alllah dan Rasulullah SAW?

    wassalam

  34. سْمِ اللهِ الرَّحْمـٰنِ الرَّحِيمِ
    Assalamu’alaikum,
    http://www.ahmadiyya.fr/ mengucapkan:
    EID MUBARAK 1 SYAWAL 1431H
    MAAF LAHIR BATIN
    Wassalam.

  35. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمـٰنِ الرَّحِيمِ
    اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
    Penulisan nomor ayat Al-Quran berdasarkan Hadits Nabi Besar Al-Mushthafa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam riwayat sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, yang menunjukkan bahwa setiap basmalah pada tiap awal surat adalah ayat pertama surat itu.
    كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَعْرِفُ فَصْلَ السُّوْرَةِ حَتَّى يَنْزِلَ عَلَيْهِ بِسْمِ اللهِ الرَّحمْـاـنِ الرَّحِيْمِ
    “Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak mengetahui pemisahan antara surat itu sehingga bismillaahir-rachmaanir-rachiim turun kepadanya.” (HR Abu Daud, “Kitab Shalat”; dan Al-Hakim dalam “Al-Mustadrak”)
    Inna rasuulalloohi shollolloohu ‘alaihi wa sallam kaana laa ya’rifu fashlas suurati hattaa yanzilu ‘alaihi bismillaahir rohmaanir rohiim. (Abu Daud kitabush sholaati baab man jahru bibismillaah)
    ‘An Anasin rodhiyalloohu ‘anhu qoola qoola Rasuululloohi shollolloohu ‘alaihi wa sallama unzilat ‘alayya suuratan aanifan faqoro-a bismillaahir rohmaanir rohiim innaa a’thoinaakal kautsar. Terjemah: Dari Anas r.a. berkata Rasulullah s.a.w. bersabda: “Baru saja turun sebuah surah padaku maka beliau membaca bismillaahir rohmaanir rohiim inna a’thoinaakal kautsar.” (Muslim bab hujjah man qoolal basmalatu aayatun min awwali kulli suuroh)
    Qoolaa Rasuuululloohi shollolloohu ‘alaihi wa sallam, ‘idzaa qoro-tum al-hamdu lillaahi faqrouu bismillaahir rohmaanir rohiim innahaa ummul qur-aani wa ummul kitaabi was sab’ul matsaani wa bismillaahir rohmaanir rohiimi ihdaa ayyihaa.terjemahannya: Bersabda Rasulullah s.a.w. “Bila engkau membaca alhamdu lillaah (maksudnya al-Faatihah) maka hendaknya engkau baca bismillaahir rohmaanir rohiim karena sesungguhnya ia/surah al-Fatihah adalah ummul qur-aan/induk al-Quraan dan ummul kitaab/induk al-Kitab dan sab’ul matsani/tujuh ayat yg diulang-ulang dan bismillaahir rohmaanir rohiim adalah satu ayat dalam ayat-ayatnya. (Daru Quthnii jilid 1 bab Wujuubu qirooah bismillaahir rohmaanir rohiim fish sholaati) Imam Bukhari meriwayatkannya dalam kitab ‘Tarikh’nya (marfu’ dan mauquf) seperti disebutkan dalam Fathul Bayaan jilid awwal.
    Al-Faatihah sebagai ummul Quran diperintahkan kpd kita agar membaca basmallah terlebih dahulu. Tatkala hal ini disebut oleh Rasulullah saw dengan sambil menyebut ummul quran dan ummul kitab otomatis bismillaahir rohmaanir rohiim adalah ayat pertama semua surah terkecuali surat at -Taubah yg ada riwayat menyebutkan tanpa basmallah.
    Abu bakr ar-Raazi, ulama Hanafi dalam kitab Ahkamu Quraan juz awwal menulis ‘wa lammaa tsabata annahaa laisat min awaailis suwari kaanat aayatan fii maudhi’ihaa ‘ala wajhil fadhli bainas suuratain.
    Jemaat Ahmadiyah China sudah ada: http://www.islam.cn/Chinese.htm

    جَزَاكُمُاللهِ اَحْسَنُ الْجَزَ
    وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ

Tinggalkan Balasan ke Sinar Galih Batalkan balasan