Tafsir Az Zukhruf 57-59

Oleh: WR



وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ

Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamnaan tiba-tiba kaummu bersorak karenanya. (QS.43:57)


Penjelasan:
Ayat ini menerangkan sikap orang-orang musyrik Mekah dalam mencari-cari alasan untuk mengingkari Nabi Muhammad saw, yang mengajak mereka agar menyembah Allah saja, tidak menyembah yang lain selain Dia. Yang mencari-cari alasan dan menetapkan Isa sebagai perumpamaan itu ialah Ibnu Zaba’ra. Maksud ayat ini sebagai berikut: Tatkala Ibnu Zaba’ra At Tamimi menjadikan suatu perumpamaan yang dianggapnya menakjubkan dengan menjadikan Isa sebagai perumpamaan untuk membantah Rasulullah, ia menyatakan: “Bukankah orang-orang Nasrani mengakui Isa sebagai putera Allah, karena itu mereka menyembahnya, sedangkan engkau hai Muhammad menyatakan bahwa Isa itu hanyalah seorang Nabi dan Rasul saja, serta seorang hamba Allah yang saleh? Jadi demikian halnya, tentulah Isa as, walaupun ia seorang Nabi, Rasul, dan orang yang saleh bersama orang Nasrani akan masuk ke dalam neraka nantinya. Karena kamu hai Muhammad menyatakan bahwa penyembah-penyembah berhala beserta yang disembahnya akan dibakar api neraka nanti, itu sebabnya kami rela dimasukkan ke dalam neraka bersama Isa as”. Mendengar perumpamaan Ibnu Zaba’ra itu orang-orang Quraisy yang mendengarnya tertawa terbahak-bahak karena mereka bergembira dan menganggap perumpamaan itu akan mematahkan hujah Rasulullah saw yang dikemukakan kepada mereka.
Mengenai ayat ini diriwayatkan oleh Muhammad bin Ishak di dalam kitabnya yang bernama “Sirah” bahwasanya Rasulullah saw pada suatu hari duduk di mesjid bersama Walid bin Mugirah, maka datanglah Nadar bin Haris dan duduk bersama mereka beberapa orang dan pemuka-pemuka orang Quraisy. maka Rasulullah saw membaca ayat yang artina: “Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah makanan neraka jahanam, kamu pasti masuk ke dalamnya”. Kemudian Rasulullah saw berdiri. Dan datanglah Ibnu Zaba’ra dan duduk. Maka berkatalah kepada Walid bin Mugirah, “Demi Allah, sesungguhnya Muhammad mengatakan bahwa kita dan sembahan-sembahan yang kita sembah sebagai tuhan adalah makanan neraka jahanam”. Maka berkata Ibnu Zaba’ra: “Demi Allah aku memperoleh bantahannya, tanyakanlah olehmu kepada Muhammad, “Apakah semua yang disembah selain Allah beserta penyembah masuk neraka? maka kita menyembah malaikat, orang Yahudi menyembah Uzair, dan orang Nasrani menyembah Al Masih Ibnu Maryam”. maka tercenganglah Walid dan orang-orang yang bersamanya di tempat itu karena perkataan Abdullah bin Zaba’ra, dan mereka menganggap bahwa Ibnu Zaba’ra, telah berhasil membantah dan mematahkan dalil Rasulullah. Maka disampaikanlah yang demikian kepada Rasulullah, beliau menjawab: “Barang siapa yang suka disembah selain Allah, maka dia beserta orang yang menyembahnya, hanya menyembah setan dan orang yang menyuruh mereka menyembahnya. Maka Allah menurunkan ayat yang artinya “Sesungguhnya orang-orang yang telah ada ketetapan yang baik dari Kami untuk mereka maka mereka itu dijauhkan dari neraka”. Hal ini berarti bahwa Isa dan ‘Uzair termasuk yang dimaksud oleh ayat ini; sedang mengenai Isa as turunlah ayat ini.


Asbaabun Nuzul:
Imam Ahmad mengetengahkan sebuah hadis dengan sanad yang sahih, demikian pula Imam Thabrani mengetengahkan hadis ini juga, kedua-duanya mengetengahkan hadis ini melalui Ibnu Abbas r.a. bahwasanya Rasulullah saw. berkata kepada orang-orang Quraisy, “Sesungguhnya tidak ada suatu kebaikan pun di dalam menyembah seseorang selain Allah swt.” Orang-orang Quraisy itu menjawab, “Bukankah kamu menduga, bahwasanya Isa adalah seorang nabi dan hamba yang saleh, tetapi ia disembah sebagai tuhan selain Allah.” Maka Allah menurunkan firman-Nya, “Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan…” (Q.S. Az Zukhruf, 57).


وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلا جَدَلا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ

Dan mereka berkata: “Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)? Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.(QS.43:58)


Penjelasan:
Selanjutnya orang-orang musyrik itu mengatakan kepada Nabi saw: “Hai Muhammad, manakah yang lebih baik menurut pendapatmu, dewa-dewa yang kami sembah ataukah Isa yang kamu anggap Nabi dan Rasul, sedangkan orang-orang Nasrani menyembahnya? Jika Isa yang lebih baik menurut pendapatmu tentulah ia akan dimasukkan ke dalam neraka bersama orang-orang yang memujanya. Jika demikian, biarlah kami masuk ke dalam neraka, bersama-sama sembahan kami dan Isa yang disembah orang Nasrani itu”.
Karena janji Allah SWT menyatakan bahwa orang-orang musyrik Mekah itu telah kehabisan dalil untuk membantah kebenaran yang dikemukakan Muhammad saw karena itu mereka mencoba-coba dengan asal membantah saja. Mereka tidak lagi mengemukakan dalil untuk mempertahankan kebenaran menurut keyakinan mereka, tetapi mereka hanya mencoba-coba berdebat untuk mempertahankan kebatilan yang mereka lakukan. Karena itu, firman Allah SWT menyatakan bahwa mereka dan sembahan yang mereka sembah selain Allah akan menjadi makanan neraka Jahanam. Perkataan ini ditujukan kepada berhala dan patung-patung yang mereka sembah, tidak termasuk di dalamnya ‘Uzair, Isa dan malaikat.


Asbaabun Nuzul:
Ayat 57 dan 58 di atas menceritakan kembali kejadian sewaktu Rasulullah membacakan di hadapan orang Quraisy Surat Al-Anbiya ayat 98 yang artinya Sesungguhnya kamu dan yang kamu sembah selain Allah adalah kayu bakar Jahannam. Maka seorang Quraisy bernama Abdullah bin Az Zab’ari menanyakan kepada Rasulullah s.a.w. tentang keadaan Isa yang disembah orang Nasrani apakah beliau juga menjadi kayu bakar neraka Jahannam seperti halnya sembahan-sembahan mereka. Rasulullah terdiam dan merekapun mentertawakannya; lalu mereka menanyakan lagi mengenai mana yang lebih baik antara sembahan-sembahan mereka dengan Isa a.s. Pertanyaan-pertanyan mereka ini hanyalah mencari perbantahan saja, bukanlah mencari kebenaran. Jalan pikiran mereka itu adalah kesalahan yang besar. Isa a.s. bahwa beliau disembah dan tidak pula rela dijadikan sembahan.


 

إِنْ هُوَ إِلا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ

Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israel.(QS.43:59)


Penjelasan:
Dalam ayat ini Allah SWT menekankan lagi tentang Isa as. Dinyatakan bahwa Isa adalah seorang hamba Allah yang telah diangkat menjadi Nabi dan Rasul yang diutus Allah kepada Bani Israel. Ia telah ditempatkan pada kedudukan yang tinggi di sisi Nya, dijadikan Nya sebagai tanda kekuasaan dan kebesaran Nya, ia diciptakan tanpa bapak dan merupakan penyimpangan dari proses kejadian manusia sebagaimana yang ditetapkan Nya. Kepada Isa telah diberikan beberapa mukjizat, namun semuanya itu tidak dapat dijadikan alasan menjadikan sebagai sembahan di samping Allah. Ia tidak dapat disucikan sebagaimana menyucikan Allah karena ia hanyalah seorang Nabi dan Rasul Nya.

Ada anggapan dari Ahmadiyah qadiani bahwa Ayat Az Zukhruf itu 57 ini menjelaskan kedatangan Matsil Isa atau manusia seperti Isa dan yang bersorak-sorak karena kedatangan Matsil Isa tersebut adalah kaum muslimin. Menurut anggapan kami pendapat Ahmadiyah ini merupakan pendapat yang salah yang bisa kami jelaskan sebagai berikut:

Pertama:
Ayat ini berbunyi demikian:


وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ


Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan tiba-tiba kaummu bersorak karenanya.(QS.Az Zukhruf 43:57)

Dalam ayat tersebut disebutkan ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلا yaitu Ibnu Maryam Matsalan dan bukan ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلا (Matsalan/Matsil Isa) sesuai kepercayaan Ahmadiyah Qadiani . Inilah salah satu bentuk kedustaan yang dilakukan oleh Ahmadiyah untuk membenarkan keyakinannya. Sehingga ayat ini tidak bisa diartikan, “Dan tatkala perumpamaan dijadikan putra maryam tiba-tiba kaummu bersorak karenanya”.

Kedua:
Bagi kalangan ahmadiyah dalam Surat Az Zukhruf 57 tersebut bisa ditujukan kepada kaum quraisy dan bisa pula ditujukan kepada kaum muslim. Ini kesalahan yang kesekian kalinya dari pihak ahmadiyah dalam menterjemahkan sebuah ayat. Dalam ayat tersebut terdapat kata “Kaummu”. Kata “Kaummu” ini menunjukkan hanya satu kaum dan bukan lebih dari satu kaum. “Kaummu” adalah Tunggal dan bukan Jamak yaitu “Kaum-Kaumu”. Jadi ayat ini tidak bisa ditujukan kepada kaum muslimin umat Islam sekarang ini.

Ketiga:
Jika bin maryam yang dimaksud menurut Ahmadiyah qadiani dalam Surat Az-Zukhruf 57 adalah Manusia seperti Isa/Matsil Isa, bagaimana mungkin Suku Quraisy bersorak-sorak kepada seseorang yang belum datang dan memperbandingkannya dengan berhala-berhala mereka. Mustahil yang bersorak adalah kaum muslim karena ayat tersebut menyebut kata “KAUMMU”(Tunggal) dan bukan “KAUM-KAUMMU”(Jamak).

Keempat:


وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ

Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan tiba-tiba kaummu bersorak karenanya.(QS.Az Zukhruf 43:57)

Melihat bunyi ayat diatas bahwa Isa ini dijadikan perumpaan dengan apa tidak begitu jelas atau masih samar. Contoh: “Si Fulan dijadikan perumpamaan”? Apakah kita bisa tahu Si Fulan diperumpamakan sebagai apa? Tentu bagi orang yang berakal akan mengatakan “tidak tahu” karena perumpaannya belum disebutkan. Maka dari itu kita baru bisa mengetahui perumpamaan Surat Az-Zukhruf 57 tsb pada ayat berikutnya yaitu Surat Az-Zukhruf 58 yang berbunyi:

وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلا جَدَلا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ

Dan mereka berkata: “Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)? Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.(QS.Az Zukhruf 43:58)
Dalam ayat ini demikian jelas bahwa tertulis “Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?” . Dari ayat ini kita bisa mengetahui bahwa Putra Maryam pada ayat sebelumnya (QS.Az Zukhruf 43:58) diperumpamakan sebagai tuhan dan diperbandingkan dengan berhala-berhala kaum tersebut. Jadi mustahil kaum muslimin bersorak “MANAKAH YANG LEBIH BAIK TUHAN-TUHAN KAMI ATAU DIA(ISA)” karena kaum muslimin tidak pernah mempunyai tuhan lebih dari satu dan tidak pernah menganggap Isa sebagai tuhan.

Kelima:
Jika Ahmadiyah bersikeras Ayat ini ditujukan kaum muslimin maka mau tidak mau Ghulam Ahmad diperumpamakan sebagai tuhan dan bukan nabi karena ayat ini menyebut “Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?”.

Demikian penjelasan yang cukup jelas dari kami sehingga bisa mengungkap apa yang dimaksud dari Surat Az-zukhruf 57-58. Semoga penjelasan ini bisa pula mengungkap pendustaan-pendustaan makna Al-Qur’an yang dilakukan oleh ahmadiyah qadiani. Mereka berusaha mencari cara untuk membenarkan pendakwaan Ghulam Ahmad tanpa memikirkan dosa yang diterima dgn mendustakan arti ayat-ayat Allah dan mementingkan hawa nafsu mereka semata.




LAMPIRAN1:

Ini Sebuah Bukti dari Ahmadiyah bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai  Nabi Terakhir. Sumber ini diambil  dari Buku Ahmadiyah.

Sumber:

“Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, hal.204

 


LAMPIRAN 2

BUKU-BUKU AHmADIYAH

Sumber: “Jawaban Seruan Kepada Ahmadiyah”, Rukhdiyat Ayyubi Ahmad

Sumber: “Da’watul Amir, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, hal 152

 

 

 

Sumber: “MENGHAPUS SUATU KESALAHPAHAMAN (Ek Ghalati Ka Izala)” Oleh: Mirza Ghulam Ahmad Alih bahasa: M. A. Suryawan.

Sumber: http://islamic.us.to

Sumber: “Khabar Suka”, Mahmud Achmad cheema, Hal 18

 

47 Tanggapan

  1. Assalamu’alaikum,
    Seandainya Saudara-Saudara ingin melihat Tafsir Al Qur’an Surah Az-Zukhruf 57~59, silahkan kunjungi website ini:
    http://www.alislam.org/quran/tafseer/?page=2373&region=E1&CR=
    Wassalam,

  2. Betul-betul lucu penafsiran ahmadiyah yang semau gue. Nabi Isa yang dijadikan perumpamaan dibalik menjadi orang lain yang dijadikan perumpamaan. Itupun pihak ahmadiyah tentang ketika berdiskusi tidak mau melanjutkan ke ayat berikutnya bahwa Isa dijadikan perumpamaan sebagai tuhan. Mana ada dalam ayat tersebut dijelaskan :
    1. Orang lain dijadikan perumpamaan
    2. Jika orang lain yang dijadikan perumpamaan, perumpamaannya dijelaskan di ayat berikutnya, yang berarti Orang lain tersebut dijadikan perumpamaan sebagai tuhan. Naudzubillahi min dzalik.

    Cobalah Anda berpikir dengan otak Anda sendiri dan tidak terbelenggu pemikiran dari doktrin-doktrin ahmadiyah yang sesat. Dari blog muhammadinsan ini saja sesatnya ahmadiyah sudah dikupas dengan jelas sesatnya Ahmadiyah.

  3. Tafsir ahmadiyah berbahasa indonesia bisa Anda lihat di
    http://z8.invisionfree.com/islamic/index.php?showtopic=64

    Tafsir Az zukhruf 57-59 pun pernah dikupas di http://islamic.us.to dan hasilnya dalil dari ahmadi terpatahkan dan ahmadi yang berdebat tersebut lama2 tidak muncul lagi dengan membawa malu 😀

    Silahkan Bpk.Sinar Galih menyimak dan dipelajari diskusi-diskusi ahmadiyah di http://z8.invisionfree.com/islamic/index.php?showforum=7

  4. Assalamu’alaikum Sdr. Imam,
    Terima kasih atas komentar Sdr., namun sebelum kita lanjutkan diskusi ini, ada beberapa hal yang harus disepakati bersama sebagai saran saya agar kita dapat memahami Jemaat Ahmadiyah dengan baik:
    (1) Dalam penulisan ayat suci Al Qur’an Jemaat Ahmadiyah menganut faham bahwa “Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim” adalah ayat pertama tiap-tiap Surah Al Qur’an kecuali At-Taubah yang merupakan Surah lanjutan dari Al Anfal karena Rasulullah saw bersabda: “Ayat bismillah itu bagian dari semua Surah Al Qur’an” (HR Bukhari & Darr-u-Quthni). Jadi kalau dalam diskusi, Sdr. Imam menulis Az-Zukhruf 57, maka saya akan menulis Az-Zukhruf 58 dst.

    (2) Allah Ta’ala mengajarkan kepada kita:”Panggilah kepada jalan Tuhan engkau dengan hikmah dan nasihat yang baik, dan bertukar-pikiranlah dengan mereka dengan cara yang sebaik-baiknya. Sesungguhnya Tuhan engkau Dia lebih mengetahui siapa yang telah sesat dari jalan-Nya; dan Dia Maha Mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (QS An-Nahl 126). Dengan menyimak firman Allah tersebut saya berharap MUI dan umat Islam lainnya bisa bersikap sebagai Hamba Allah yang Ibad-ur-Rahman (QS Al Furqan 64) dan tidak lagi merasa sebagai dan/atau setara dgn Maalikiyaumiddin (Pemilik Hari Pembalasan / Agama Islam) dan tidak lagi menyatakan Ahmadiyah itu diluar Islam, Sesat & Menyesatkan karena semua itu adalah Milik Allah Al Maalik.

    (3) Untuk memahami Surah Az-Zukhruf 58, kita harus faham bahwa Jemaat Ahmadiyah meyakini Nabi Isa as sudah wafat satu dan lain hal karena Allah Ta’ala berfirman:”Dan, Muhammad tiada lain kecuali seorang rasul, sungguh telah berlalu (meninggal dunia) rasul-rasul sebelumnya…” (QS Ali Imran 145) yang diperkuat oleh sabda Rasulullah saw:”Jika Musa as dan Isa as hidup, mereka harus mengikuti aku” (Alyawaaqit Waljawaahir, Abdul Wahab Sya’rani, Alharamain, Singapore bab 32 hal 22). Jemaat Ahmadiyah juga meyakini bahwa Allah Ta’ala akan mengirimkan kembali Nabi Isa as, tetapi bukan Nabi Isa as Bani Israil melainkan Matsil/Perumpamaan Ibnu Maryam sebagai Nabi Allah dari antara umat Rasulullah saw (Az Zukhruf 58). Hal ini diperkuat sabda Rasulullah saw dalam hadits yang panjang diriwayatkan oleh Nawwas bin Sam’an, tapi saya kutip yang pendek-nya saja:”(i) ..nanti Nabi Allah Isa dan sahabat-sahabatnya akan terkepung…”; (ii) nanti Nabi Allah Isa dan sahabat-sahabatnya akan memanjatkan doa kepada Allah…”; (iii) “kemudian turunlah Nabi Allah Isa dan sahabat-sahabatnya..”; (iv)”…maka berdoalah Nabi Allah Isa dan sahabat-sahabatnya..” (Muslim & Misykat hal 474).

    Dengan demikian, maka Az-Zukhruf 58 mengindikasikan tigal hal: (a) tentang Ke-Esa-an Allah Ta’ala yang membantah Nabi Isa as sebagai Tuhan, (b) tentang kedatangan Ibnu Maryam sebagai Perumpamaan/Matsala, dan (c) tentang kaummu (kaum Nabi Muhammad saw / Quraisy) yang tiba-tiba bersorak/ribut protes karenanya.

    Memang benar faktanya kita lihat, ketika pendiri Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as hadir dan mendakwakan sebagai Al Masih Ibnu Maryam yang dijanjikan kedatangannya oleh Baginda Nabi Besar Muhammad Rasulullah saw, para ulama se Dunia (termasuk Rabithah Alam Al Islamy, ulama-ulama OKI, Pakistan dan MUI) ribut memprotesnya, kemudian mengeluarkan fatwa bahwa Ahmadiyah di luar Islam, Sesat dan Menyesatkan. Akibatnya para pengikutnya yang tergabung dalam Jemaat Islam Ahmadiyah dihujat, dianiaya bahkan dibunuh (Peristiwa Lahore 28 Mei 2010), dan masjid-masjidnya diserang, dibakar dan dihancurkan hingga sekarang terus berlanjut. Namun, berkat Rahmat dan Karunia Allah Ta’ala, Jemaat Islam Ahmadiyah terus maju dan berkembang pesat serta dinamis hingga tersebar ke 195 negara dengan jumlah anggota sekitar ratusan juta orang. Hal ini membuktikan bahwa Allah Ta’ala menempati janji-Nya:”Aku dan rasul-rasul-Ku pasti akan menang, Sesungguhnya, Allah itu Maha Kuat, Maha Perkasa” (QS Al Mujadalah 22).

    Semoga Allah meridhoi tulisan ini sehingga bermanfaat bagi muslimin Indonesia. Amin.
    Wassalam,

  5. Point 1. Saya sudah tahu

    Point 2. Sudah jelas Ahmadiyah itu sesat

    Point 3. Penjelasan Surat Az-zukhruf yang sangat ngawur yang hanya bertaqlid buta pada doktrin Ahmadiyah Karena memotong ayat tanpa melanjutkan ke ayat berikutnya yang menjelaskan perumpamaan Isa sebagai tuhan. Begitu pula dengan jelas ayat tsb tidak menyebut kedatangan Isa Ibnu Maryam dan Orang lain diperumpamakan sebagai Isa. Harap jangan Anda tidak membolak balik ayat Al-Qur’an. Ayat tsb tertulis “Ibnu Maryam Matsalan” & Bukan “Matsalan Isa” atau Ibnu Maryam dijadikan perumpamaan dan bukan ……..dijadikan perumpamaan sebagai Isa (Penafsiran yang semborono yang semaunya sendiri). Dan perlu digarisbawahi Perumpamaan Isa dijelaskan pada ayat berikutnya yaitu ayat ke 58 dan tidak ada ke 57 menjelaskan perumpamaan Isa bin maryam sebagai apapun. Saya harap Anda menggunakan akal Anda dan bukan akal anak kecil. Terlebih lagi gunakanlah hadits2 yang shahih dan tidak berdalil dengan hadits palsu karena Ancaman berdusta atas nama Rasulullah neraka tempatnya. Jadi Anda berhati-hati dalam mengutip sebuah hadits. Karena apa yang anda tulis nantinya dosanya terus mengalir sampai hari kiamat karena terbaca terus oleh orang lain.
    Jadi silahkan Anda sebutkan pada Ayat 57 perumpamaannya Isa sebagai apa? silahkan anda sebutkan bahasa arabnya? Kalau Anda hanya menyebut Isa sebagai perumpamaan saja, jawaban masih mengambang. Karena belum tahu Isa diperumpamakan sebagai apa?

    Contoh: Sinar galih dijadikan perumpamaan.
    Dari contoh tersebut Anda bisa menyebutkan Anda diperumpamakan sebagai apa? Silahkan Anda jawab kalau bisa. Mudah bukan? Ini logika. Kalau Anda bisa menyebutkan perumpamaannya tanpa penjelasan berikutnya hebat sekali Anda.

    Ini logika lagi……
    Jika yg dimaksud ayat tsb adalah MGA, Apa Mungkin orang yang berakal sehat akan menyetujui “Ghulam Ahmad dijadikan perumpamaan” sebagai Tuhan? kemudian umat Islam bersorak Dan mereka berkata: “Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?” (Lihat Ayat 58).
    MUNGKINKAH ITU? Sejak Kapan Umat Islam Mengakui Tuhan Itu lebih dari Satu? Silahkan Anda jawab

    Jadi yang yg Jelas pada ayat tersebut tidak menyebut kedatangan Isa akhir zaman sebagai perumpamaan tetapi benar2 Nabi Isa Bani Israil yang dijadikan perumpamaan.

    Jujur saya kasihan melihat Anda yang rela untuk mendustakan Ayat2 Allah tanpa mengindahkan Ancaman dari Allah dengan mendustakan Ayat2 Allah hanya untuk menuruti hawa nafsu Anda…untuk membela Ahmadiyah. Selama Anda tidak bertaqlid buta pada sesuatu, Allah akan memberikan jalan yang lurus. Itupun harus disertai rasa keikhlasan hati dalam menerima sesuatu hal.

    Memang benar faktanya kita lihat, ketika pendiri Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as hadir dan mendakwakan sebagai Al Masih Ibnu Maryam yang dijanjikan kedatangannya oleh Baginda Nabi Besar Muhammad Rasulullah saw, para ulama se Dunia (termasuk Rabithah Alam Al Islamy, ulama-ulama OKI, Pakistan dan MUI) ribut memprotesnya, kemudian mengeluarkan fatwa bahwa Ahmadiyah di luar Islam, Sesat dan Menyesatkan. Akibatnya para pengikutnya yang tergabung dalam Jemaat Islam Ahmadiyah dihujat, dianiaya bahkan dibunuh (Peristiwa Lahore 28 Mei 2010), dan masjid-masjidnya diserang, dibakar dan dihancurkan hingga sekarang terus berlanjut. Namun, berkat Rahmat dan Karunia Allah Ta’ala, Jemaat Islam Ahmadiyah terus maju dan berkembang pesat serta dinamis hingga tersebar ke 195 negara dengan jumlah anggota sekitar ratusan juta orang. Hal ini membuktikan bahwa Allah Ta’ala menempati janji-Nya:”Aku dan rasul-rasul-Ku pasti akan menang, Sesungguhnya, Allah itu Maha Kuat, Maha Perkasa” (QS Al Mujadalah 22).

    😀 Anda terlalu GE ER…..
    Ada di 195 negara dan Jumlahnya ratusan juta orang itu hanya klaim saja tanpa adanya bukti nyata. Jangan2 di salah satu negara pengikutnya cuma mubaligh Ahmadiyah saja yang ditugaskan di salah satu negara agar terkesan ada di 195 negara. Itupun bisa saja pengikut masih terlalu kecil dari jumlah yang Anda sebutkan. Jadi jgn terlalu GE ER duluan dech.

    Saya rasa penjelasan surat Az zukhruf di blog ini cukup jelas dan tepat dengan didukung bukti berupa hadits dan Asbaabun nuzul bukan berdasarkan hawa nafsu seperti Anda yang tidak didukung oleh hadits dan Asbaabun nuzul.

  6. Assalamu’alaikum Sdr. Imam,

    Point 1: Sdr. Imam sudah tahu, tetapi tetap pada pendirian bahwa ayat Bismillah bukan ayat pertama dari setiap Surah Al Qur’an. Padahal, Jemaat Ahmadiyah selain merujuk kepada HR Bukhari & Dar-ru-Quthni juga merujuk kepada hadits lain dan sejenis yaitu dalam HR Abu Daud (satu dari sihah sittah). Hal ini membuktikan bahwa Jemaat Ahmadiyah lebih ta’at kepada Nabi Muhammad Rasulullah saw dibandingkan dengan organisasi Islam lain.

    Point 2: Sdr. Imam juga sudah tahu, tetapi tetap pada pendirian dengan menuliskan “sudah jelas Ahmadiyah itu sesat” yang berarti merasa tinggi-hati dan setara dengan Tuhan Yang Maha Tahu dan/atau Nabi Muhammad saw karena semua ini hanya milik Allah Al Maalik yang hanya boleh diucapkan oleh Rasul-Nya, Baginda Nabi Muhammad saw. Hal ini juga membuktikan bahwa Jemaat Ahmadiyah lebih ta’at kepada Allah Ta’ala dan berusaha untuk menjadi Ibad-ur-Rahman dan/atau tidak merasa setara dengan Allah Ta’ala dan juga Nabi Muhammad saw dibandingkan dengan umat Islam lainnya.

    Point 3: Sdr. Imam akan memahami dimensi-dimensi yang terkandung dalam Surah Az-Zukhruf 58 dan tafsirnya apabila meyakini bahwa Nabi Isa Al Masih Ibnu Maryam (Bani Israil) as sudah wafat. Tetapi apabila meyakini bahwa Nabi Isa Al Masih Ibnu Maryam (Bani Israil) as masih hidup dilangit secara jasmani, Sdr. Imam akan kesulitan untuk memahaminya.
    Berikut ini terjemahan dari Tafsir Surah Az-Zukhruf 58 yang saya kutip & kombinasi dari Short & 5 Volumes Commentary to The Holy Qur’an yang di keluarkan oleh Jemaat Islam Ahmadiyah Internasional.

    Kata-Kata Penting:
    Yashuddu berasal dari shadda yang berarti, ia terhalang dari hal semacam itu, dan shadda yang berasal dari yashiddu berarti, ia mengajukan sanggahan/bantahan/protes (Aqrab al-Mawarid oleh Sa’id Al Khauri asy-Syarthuthi).

    Tafsir / Komentar:
    Tema utama Surah ini adalah tentang Ke-Esa-an Tuhan. Surah ini mengutuk sekeras-kerasnya kemusyrikan. Tetapi, dalam kasus Nabi Isa as yang juga disembah sebagai Tuhan oleh orang-orang Kristen, telah dibuat pengecualian. Surah ini, bukan saja telah mengutuknya, tetapi di sisi lain juga telah menyebutkan namanya dalam ayat ini dengan sangat hormat. Perbedaan yg menyakitkan hati (yang nampak terhadap orang-orang Quraisy di Mekah) antara Nabi Isa as dan berhala-berhala mereka telah menohok mereka dengan cepat. Ayat – yang sedang ditafsirkan – ini telah mempermalukan orang-orang Quraisy. Pengecualian yang dibuat dalam kasus Nabi Isa as dibutuhkan penjelasan. Penjelasannya diberikan dalam ayat-ayat berikutnya.

    Kedatangan Nabi Isa Al Masih as adalah tanda bahwa orang-orang Yahudi (Bani Israil) akan dihinakan dan direndahkan serta akan kehilangan kenabian untuk selama-lamanya. Karena matsal berarti, sesuatu yang semacam dengan atau sejenis dengan (amtsal dalam QS Al An’am 39) yang lain. Ayat ini, di samping arti yang diberikan dalam teks, dapat pula berarti bahwa bila kaum Rasulullah saw – yaitu kaum Muslimin – diberitahu bahwa orang lain seperti atau semisal Nabi Isa as yang menjadi rekannya akan dibangkitkan di antara mereka untuk memperbaharui generasi ruhani mereka dan mengembalikan kejayaan ruhani mereka yang telah hilang, akan tetapi bukannya mereka bergembira mendengar kabar suka itu, malah mereka hingar-bingar/bersorak/ribut mengajukan sanggahan/bantahan/protes. Jadi ayat ini mengisyaratkan kepada kedatangan Nabi Isa Al Masih as yang kedua kalinya dalam wujud orang lain non-Arab yang semisal/seperti Nabi Isa Ibnu Maryam Al Masih as. Hal ini sudah terjadi pada wujud Hadhra Mirza Ghulam Ahmad (Imam Mahdi/Masih Mau’ud) as keturunan Persia dari Qadian, India (Surah Al Jumu’ah 4, berikut Tafsirnya yang mengacu kepada HR Bukhari).

    Saya tidak mau berkomentar dan berdiskusi tentang jumlah negara dan anggota Jemaat Ahmadiyah di seluruh pelosok dunia, karena sudah saya kemukakan bahwa Jemaat Ahmadiyah, walaupun mengalami penganiayaan, tetapi tetap maju dan berkembang pesat dengan dinamis ke seluruh pelosok dunia. Pada saat penulisan yang pertama saya sebutkan Jemaat Ahmadiyah sudah berada di 195 negara. Tetapi baru-baru ini saya mendengar dari seorang teman yang mengikuti Jalsah Salanah di UK bulan Juli, 2010, ternyata sudah berkembang lagi menjadi 198 negara. Itulah yang dimaksud dengan terus maju, berkembang dengan pesat dan dinamis. Namun kalau Sdr. Imam ingin mengikuti perkembanganan Jemaat Islam Ahmadiyah Internasional, silahkan browse website resmi Jemaat Ahmadiyah Islam Internasional: http://www.alislam.org

    Semoga bermanfaat, mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan. Insya-Allah, kami sedang berusaha untuk membersihkan hati dan menulis sebaik dan setulus mungkin di Bulan Suci Ramadhan ini. Wassalam.

  7. Point 1: Sdr. Imam sudah tahu, tetapi tetap pada pendirian bahwa ayat Bismillah bukan ayat pertama dari setiap Surah Al Qur’an. Padahal, Jemaat Ahmadiyah selain merujuk kepada HR Bukhari & Dar-ru-Quthni juga merujuk kepada hadits lain dan sejenis yaitu dalam HR Abu Daud (satu dari sihah sittah). Hal ini membuktikan bahwa Jemaat Ahmadiyah lebih ta’at kepada Nabi Muhammad Rasulullah saw dibandingkan dengan organisasi Islam lain.

    Jangan GE ER dulu. Saya tahu Tafsir Ahmadiyah itu bismilllah dihitung sebagai ayat yang pertama sedangkan tafsir selain ahmadiyah itu kata bismilah bukan sebagai ayat yang pertama. Jadi jangan terlalu lebay menterjemahman perkataaan seseorang. Anda bisa melihat soal bismillah di https://muhammadinsan.wordpress.com/2009/03/11/apakah-basmalah-merupakan-ayat-dalam-surat-al-fatihah/

    Point 2: Sdr. Imam juga sudah tahu, tetapi tetap pada pendirian dengan menuliskan “sudah jelas Ahmadiyah itu sesat” yang berarti merasa tinggi-hati dan setara dengan Tuhan Yang Maha Tahu dan/atau Nabi Muhammad saw karena semua ini hanya milik Allah Al Maalik yang hanya boleh diucapkan oleh Rasul-Nya, Baginda Nabi Muhammad saw. Hal ini juga membuktikan bahwa Jemaat Ahmadiyah lebih ta’at kepada Allah Ta’ala dan berusaha untuk menjadi Ibad-ur-Rahman dan/atau tidak merasa setara dengan Allah Ta’ala dan juga Nabi Muhammad saw dibandingkan dengan umat Islam lainnya.

    😀 Pak, Allah telah memberi petunjuk kepada manusia dengan menurunkan Al-Qur’an. Dan tidak ada dalam Al-Qur’an menuliskan tentang kedatangan Nabi baru sesudah Nabi Muhammad SAW terutama kedatangan manusia seperti Isa, Muhammad, Khrisna, Masiodarbahmi,dll. Anak yang paling bodoh sekalipun saja tidak akan menerima pendakwaan Ghulam Ahmad yang menyimpang dari Al-qur’an. Dari sini khan mudah diambil kesimpulan kalau Ahmadiyah itu sesat. Pegangan kita itu Al-Qur’an pak bukan pendakwaan seseorang. Anda sebaiknya membaca ini terlebih dahulu https://muhammadinsan.wordpress.com/2009/05/14/cara-memahami-nash-al-quran/

    Point 3: Sdr. Imam akan memahami dimensi-dimensi yang terkandung dalam Surah Az-Zukhruf 58 dan tafsirnya apabila meyakini bahwa Nabi Isa Al Masih Ibnu Maryam (Bani Israil) as sudah wafat. Tetapi apabila meyakini bahwa Nabi Isa Al Masih Ibnu Maryam (Bani Israil) as masih hidup dilangit secara jasmani, Sdr. Imam akan kesulitan untuk memahaminya.
    Berikut ini terjemahan dari Tafsir Surah Az-Zukhruf 58 yang saya kutip & kombinasi dari Short & 5 Volumes Commentary to The Holy Qur’an yang di keluarkan oleh Jemaat Islam Ahmadiyah Internasional.

    Kata-Kata Penting:
    Yashuddu berasal dari shadda yang berarti, ia terhalang dari hal semacam itu, dan shadda yang berasal dari yashiddu berarti, ia mengajukan sanggahan/bantahan/protes (Aqrab al-Mawarid oleh Sa’id Al Khauri asy-Syarthuthi).

    Tafsir / Komentar:
    Tema utama Surah ini adalah tentang Ke-Esa-an Tuhan. Surah ini mengutuk sekeras-kerasnya kemusyrikan. Tetapi, dalam kasus Nabi Isa as yang juga disembah sebagai Tuhan oleh orang-orang Kristen, telah dibuat pengecualian. Surah ini, bukan saja telah mengutuknya, tetapi di sisi lain juga telah menyebutkan namanya dalam ayat ini dengan sangat hormat. Perbedaan yg menyakitkan hati (yang nampak terhadap orang-orang Quraisy di Mekah) antara Nabi Isa as dan berhala-berhala mereka telah menohok mereka dengan cepat. Ayat – yang sedang ditafsirkan – ini telah mempermalukan orang-orang Quraisy. Pengecualian yang dibuat dalam kasus Nabi Isa as dibutuhkan penjelasan. Penjelasannya diberikan dalam ayat-ayat berikutnya.

    Sekali lagi ayat tidak menjelaskan kedatangan manusia seperti Isa seperti Isa sesuai keyakinan Ahmadiyah dan Memang benar kata Yashuddu merupakan bantahan. Itu pun sudah dijelaskan bantahan bahwa Isa bukan tuhan. Jadi jika Anda mengambil ayat ini sebagai kedatangan Manusia seperti akan terasa lucu dan tidak masuk akal bahwa Umat Islam bersorak karena memiliki lebih dari satu Tuhan. Begitu pula Ghulam Akan diperumpamakan sebagi tuhan dan bukan sebagai lainnya. Masak sich penjelasannya yg sudah jelas begini harus diulang-ulang kembali. Anda khan bukan seperti anak kecil yang harus dipandu terus menerus. Silahkan Anda lihat ayat yg ke 59, Perumpamaan itu HANYA untuk kaum bani israil saja dan bukan untuk umat Islam

  8. Kedatangan Nabi Isa Al Masih as adalah tanda bahwa orang-orang Yahudi (Bani Israil) akan dihinakan dan direndahkan serta akan kehilangan kenabian untuk selama-lamanya. Karena matsal berarti, sesuatu yang semacam dengan atau sejenis dengan (amtsal dalam QS Al An’am 39) yang lain. Ayat ini, di samping arti yang diberikan dalam teks, dapat pula berarti bahwa bila kaum Rasulullah saw – yaitu kaum Muslimin – diberitahu bahwa orang lain seperti atau semisal Nabi Isa as yang menjadi rekannya akan dibangkitkan di antara mereka untuk memperbaharui generasi ruhani mereka dan mengembalikan kejayaan ruhani mereka yang telah hilang, akan tetapi bukannya mereka bergembira mendengar kabar suka itu, malah mereka hingar-bingar/bersorak/ribut mengajukan sanggahan/bantahan/protes. Jadi ayat ini mengisyaratkan kepada kedatangan Nabi Isa Al Masih as yang kedua kalinya dalam wujud orang lain non-Arab yang semisal/seperti Nabi Isa Ibnu Maryam Al Masih as. Hal ini sudah terjadi pada wujud Hadhra Mirza Ghulam Ahmad (Imam Mahdi/Masih Mau’ud) as keturunan Persia dari Qadian, India (Surah Al Jumu’ah 4, berikut Tafsirnya yang mengacu kepada HR Bukhari).

    😀 masih ngotot juga. Saya tahu arti matsal adalah sesuatu yang semacam atau sejenis. Di ayat 58 tersebut yang dijadikan matsal adalah Isa dijadikan tuhan. Berarti sekali lagi dan ini yang sekian kalinya saya mengulangnya karena otak Anda tidak nyantol-nyantol. ISA DIJADIKAN PERUMPAMAAN SEBAGAI TUHAN DAN YANG BERSORAK “berkata: “Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?.. Nach ini sudah sejenis khan perumpamaannya yaitu sebagai tuhan. Bukan yang sejenis itu manusianya. Itupun Antara Nabi Isa dengan Ghulam Ahmad tentunya memiliki yang sangat berbeda 😀
    Sekali lagi ayat ini tidak menyebut orang lain selain Isa. Sudah jelas sekali Mas penjelasan ayat ini dgn dikuatkan oleh hadits asbaabun nuzuul. Hadits saja kamu bantah oleh hawa nafsumu, wajar kalau Ahmadiyah itu sesat.

    Btw tentang surat Al-Jumuah bisa Anda lihat di blog ini juga https://muhammadinsan.wordpress.com/2009/04/27/tafsir-al-jumuah-623/
    Pada di link tersebut dijelaskan tata bahasa arabnya secara gamblang yang menafikan kedatangan nabi lagi sesudah Rasulullah SAW. Hadits yang Anda berikan coba Anda periksa kembali yang benar yg mana ….dibuku Ahmadiyah (“Kami Orang Islam”) tertulis “beberapa orang laki-laki atau seorang laki-laki……Dan Asal Persia bukan keturuanan Persia. Jadi kalau ditarik kesimpulan dari buku ahmadiyah ini Ada seorang lelaki atau beberapa (lebih dari satu) akan menerima iman tersebut. Bisa jadi ada lagi nabi dong sesudah ghulam Ahmad karena ada kata “BEBERAPA ORANG LAKI-LAKI”. Yang paling menggelikan Anda berdalil dan meyakini dengan sesuatu hal yang belum pasti karena pada hadits yang Anda kutip menggunakan kalimat “JIKA”.

    Di buku Ahmadiyah lainnya “Imam mahdi atau ratu adil” tertulis “seorang laki-laki dari bangsa persia” dan ini mengindikkasikan bukan dari keturunan persia tetapi dari bangsa Persia. Bukti dari Ahmadiyah ini makin membuktikan Ghulam Ahmad bukan orang yang patut Anda imani tetapi Anda harus mencari orang yang berbangsa persia dan bukan keturunan persia. lebih jelasnya bisa anda lihat dari sumbernya di http://z8.invisionfree.com/islamic/index.php?showtopic=62 Posted: Jul 24 2007, 12:00 AM
    Bahkan dalam tafsir resmi ahmadiyah terdapat keraguan tentang Surat Al-jumu’ah bahwa kemungkinannya Rasulullah bukan hanya kepada bangsa arab saja tetapi keturunan demi keturunan manusia sampai hari kiamat. Yang berarti tidak ada orang lain yg diutus kepada kaum akhiran. Ini sumber buktinya http://z8.invisionfree.com/islamic/index.php?showtopic=64 Posted: Jul 23 2007, 07:36 AM

    Jadi lucu koq bisa ragu-ragu begitu dalam menafsirkan Al-Qur’an dan makin tersudut oleh penafsiran Ahmadiyah sendiri 😀 http://i36.tinypic.com/dbglr8.jpg

  9. Saya tidak mau berkomentar dan berdiskusi tentang jumlah negara dan anggota Jemaat Ahmadiyah di seluruh pelosok dunia, karena sudah saya kemukakan bahwa Jemaat Ahmadiyah, walaupun mengalami penganiayaan, tetapi tetap maju dan berkembang pesat dengan dinamis ke seluruh pelosok dunia. Pada saat penulisan yang pertama saya sebutkan Jemaat Ahmadiyah sudah berada di 195 negara. Tetapi baru-baru ini saya mendengar dari seorang teman yang mengikuti Jalsah Salanah di UK bulan Juli, 2010, ternyata sudah berkembang lagi menjadi 198 negara. Itulah yang dimaksud dengan terus maju, berkembang dengan pesat dan dinamis. Namun kalau Sdr. Imam ingin mengikuti perkembanganan Jemaat Islam Ahmadiyah Internasional, silahkan browse website resmi Jemaat Ahmadiyah Islam Internasional: http://www.alislam.org

    Lagi-lagi GE ER..Ah biasa itu hanya klaim untuk menyenangkan pengikutnya. “Dan jika engkau mengikuti kebanyakan orang di bumi, mereka akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.” (Al-An’am, 6:117)

    Semoga bermanfaat, mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan. Insya-Allah, kami sedang berusaha untuk membersihkan hati dan menulis sebaik dan setulus mungkin di Bulan Suci Ramadhan ini. Wassalam.

    Sama-sama, jika ada kata-kata saya yang menyinggung Anda, Saya Mohon maaf. Jangan lupa bukti Al-Qur’an dan hadits lainnya tentang pendakwaan ghulam Ahmad sebagai khrisna, masiodarbahmi diiukut sertakan. Sebenarnya cukup mudah koq mengetahui kesesatan Ahmadiyah yaitu dari pendakwaannya yang sudah jelas-jelas dari Al-Qur’an. Semoga Anda mau belajar dengan akal Anda sendiri. Dan jangan langsung percaya oleh penjelasan da’i-da’i Ahmadiyah. Bisa saja mereka tidak jujur.

  10. Haa..haa..haa.. :mrgreen: Metode berdiskusi Sinar Galih malu-maluin. Banyak pertanyaan & contoh dari Sdr.Imam dihindari karena sinar galih tidak bisa menjawabnya karena contekan dari buku-buku doktrin ahmadiyah tidak ditemukan cara menjawab pertanyaan & contoh dari sdr. Imam tsb. Jadi jurus menghindar yg dipakai dengan menjawab lain 😀 Sebaiknya jika ingin mengajak berdiskusi, tuntaskan dulu dengan menjawab pertanyaan yang diajukan dan contoh yang diberikan. Orang sekelas mubaligh Ahmadiyah saja keok diskusi di http://islamic.us.to apalagi Anda.

  11. To Sinar Galih:

    1.Logika yang diutarakan Bpk.Imam itu sudah benar bahwa perumpamaan/matsal itu tentang ketuhanan Yaitu Membanding Isa sebagai tuhan dengan Tuhan-tuhan mereka yang berupa berhala. (Lihat ayat 58). Tidak nyambung kalau Manusianya yaitu Isa Bani Israil dengan Mirza Ghulam Ahmad. yang diperbandingkan. Ketahuan Anda tidak terlalu mengerti tentang tata bahasa Arab.

    2. Pengakuan Ghulam Ahmad sebagai Isa, Muhammad, Khrisna, Masiodarbahmi, dll Apa nyambung dengan Isa Bani Israil. Berarti Sifat -sifat Ghulam masih melebihi Isa Bani Israil dong karena Ghulam Ahmad adalah Isa, Muhammad, Khrisna, Masiodarbahmi, dll. Sedangkan Pada ayat 57 hanyalah Isa….. 😀

    3. Saya kutip perkataan Anda:

    Sinar Galih, di/pada Agustus 16, 2010 pada 5:57 pm Dikatakan:

    “(b) tentang kedatangan Ibnu Maryam sebagai Perumpamaan/Matsala”

    Pertanyaannya: Coba Anda sebutkan kata “kedatangan” dalam Bahasa Arab?

    Sinar Galih, di/pada Agustus 16, 2010 pada 5:57 pm Dikatakan:

    “Jemaat Ahmadiyah juga meyakini bahwa Allah Ta’ala akan mengirimkan kembali Nabi Isa as, tetapi bukan Nabi Isa as Bani Israil melainkan Matsil/Perumpamaan Ibnu Maryam sebagai Nabi Allah dari antara umat Rasulullah saw (Az Zukhruf 58)”

    Pertanyaannya, Apakah menurut Anda ada kesamaan arti bahasa arab antara Ibnu maryam matsalan dengan Matsalan Isa?
    Sudah ketahuan nich membolak-balik Ayat untuk menuruti hawa nafsu tanpa takut sedikitpun terhadap Allah dengan mendustakan Ayat Al-Qur’an :mrgreen:

  12. Buat Bpk.Sinar Galih:

    Anda meyakini pendakwaan Ghulam Ahmad, paling tidak Anda bisa menjawab pertanyaan saya dibawah ini.

    1.Tolong jelaskan kesamaan sifat -sifat yang dimiliki Ghulam Ahmad dengan Nabi Muhammad, Isa, khrisna, dll?

    2. Bisa Anda berikan dalilnya di Al-Qur’an ttg pendakwaan Ghulam Ahmad tsb?

  13. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمـٰنِ الرَّحِيمِ
    Assalamu’alaikum,
    Point 1: Tentang ayat Basmallah:
    Referensi yang Sdr. Imam rujuk yaitu analisa dari Asy Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin, ternyata kesimpulan beliau keliru, walaupun dibela oleh Netral sampai ngantuk-ngantuk, tetapi tetap saja keliru, sehingga saya menyimpulkan:
    (1) Jemaat Ahmadiyah lebih menta’ati Allah Ta’ala dalam hal menentukan jumlah ayat dalam Surah Al Fatihah sesuai nama lain Surah tersebut yang diberikan Allah Ta’ala dalam QS Al Hijr 88 (As-sab’al matsani) yang di dalamnya termasuk “Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim” sebagai ayat pertama/nomor satu.
    (2) Jemaat Ahmadiyah lebih menta’ati Rasulullah saw dalam hal menempatkan “Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim” sebagai ayat pertama/nomor satu dari tiap-tiap Surah dalam Al Qur’an sesuai perintah Rasulullah saw (HR Bukhari, Dar-ru-Quthni, Abu Daud), kecuali Surah Al Bara’ah/At-Taubah yang bukan surah berdiri sendiri tetapi merupakan kelanjutan dari Surah sebelumnya, yaitu Al Anfal.
    (3) Jemaat Ahmadiyah adalah Islam Sejati, bukan di luar Islam, sesat dan menyesatkan sebagaimana fatwa MUI dlsb, karena Rukun Islam (termasuk syahadat) – nya dan Rukun Iman-nya sama dengan agama Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Rasulullah saw.
    (4) Pendiri Jemaat Ahmadiyah adalah umat Islam yang sangat mencintai dan menta’ati Allah Ta’ala dan Nabi Muhammad saw sehingga Allah Ta’ala menganugerahkan nikmat-Nya kepada beliau sebagai nabi tabi’/umati yang melaksanakan syari’at Nabi Muhammad saw yaitu Islam. Allah Ta’ala juga mengutus beliau kepada umat manusia sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau’ud as yang membuat umat Islam, bukannya bergembira, malah hingar-bingar mengajukan bantahan/sanggahan/protes (QS Al Jumu’ah 4 & Az Zukhruf 58). Tetapi bantahan/sanggahan/protes itu justru sebagai bukti kebenaran pendakwaan beliau sebagai nabi/rasul, karena manusia kalau diberi nikmat-Allah, bukannya bersyukur, malah memperolok-olokan nabi/rasul tersebut (Yaasin 31 & Az Zukhruf 8).
    (5) Jemaat Ahmadiyah tidak memiliki hobby memberi stigma “SESAT” kepada umat Islam lainnya karena keta’atan kepada Allah Ta’ala (QS Al An-Aam 118, An-Nahl 126, An-Najm 31 & Al Qalam 8).

    Point 2: Sdr. Imam menulis,
    Pak, Allah telah memberi petunjuk kepada manusia dengan menurunkan Al-Qur’an. Dan tidak ada dalam Al-Qur’an menuliskan tentang kedatangan Nabi baru sesudah Nabi Muhammad SAW terutama kedatangan manusia seperti Isa, Muhammad, Khrisna,………………………………dst

    Sinar Galih menjawab:
    Pintu Kenabian Masih Terbuka Menurut Al Qur’an.
    Ayat Pertama:
    اللّٰهُ يَصْطَفِىْ مِنَ الْمَلٰٓٮِٕكَةِ رُسُلاً وَّمِنَ النَّاسِ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌۢ بَصِيْرٌ‌ۚ‏
    “Allah senantiasa memilih rasul-rasul dari antara malaikat-malaikat dan manusia-manusia. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat” (QS Al Hajj: 76)

    Penjelasan:
    Dalam ayat ini jelas sekali pemilihan rasul-rasul yang akan dirim oleh Allah Ta’ala akan tetap berjalan setelah Nabi Muhammad saw, karena kata “yasthafi” (memilih) dengan “sighah mudhari”*) yang secara tata-bahasa Arab harus diartikan “sedang memilih” dan/atau “akan memilih”, bukan “telah memilih”. Karena ayat ini diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang sudah dipilih oleh Allah Ta’ala sebagai nabi/rasul, maka kata “yasthafi” (memilih) itu hanya dapat diartikan dengan kata “akan memilih” atau “senantiasa memilih”.

    *) “Perbuatan yang sedang atau akan berlaku dinamakan fiil mudhari. Dalam Al Qur’an banyak terpakai fiil mudhari dengan tidak bermasa, seperti kalimat “jabdan” dengan makna “memulai” (Qs Yunus: 4). Kalimat “yukhlaqun” dengan makna “dijadikan” (QS Al A’raf: 191). Kalimat “yasthafi” dengan makna “memilih” (Al Hajj: 75). Yakni, dipakai kalimat-kalimat itu dengan arti yang tidak terikat masa, yaitu dengan tidak pakai tambahan “akan” atau “sedang”. (dikutip dari Al Furqan, Tafsir Al Qur’an, Jld. IV oleh A. Hassan, Guru Persis, Tintamas, Jakarta 1962, hal. 26 & 27).

    Ayat Kedua:
    رَفِيْعُ الدَّرَجٰتِ ذُوْ الْعَرْشِ‌ۚ يُلْقِىْ الرُّوْحَ مِنْ اَمْرِهٖ عَلٰى مَنْ يَّشَآءُ مِنْ عِبَادِهٖ لِيُنْذِرَ يَوْمَ التَّلَاقِۙ‏
    “Dia Yang Maha Tinggi derajat-Nya, Yang Punya ‘Arasy. Dia senantiasa menurunkan ruh dengan perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki di antara hamba-hamba-Nya supaya Dia memperingatkan tentang Hari Pertemuan” (QS Al Mu’min: 16)

    Penjelasan:
    Ayat ini menerangkan bahwa Allah senantiasa menurunkan ruh dengan perintah-Nya kepada seorang hamba pilihan-Nya untuk memberi peringatan. Pemberi peringatan biasanya disebut mundzir atau nabi/rasul, sebagaimana Allah Ta’ala menyebut Nabi Muhammad saw juga seorang mundzir (pemberi peringatan):
    وَيَقُوْلُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْلَاۤ اُنْزِلَ عَلَيْهِ اٰيَةٌ مِّنْ رَّبِّهٖؕ اِنَّمَاۤ اَنْتَ مُنْذِرٌ‌ وَّ لِكُلِّ قَوْمٍ هَادٍ
    “Dan berkatalah orang-orang yang ingkar, “Mengapa tidak diturunkan kepada orang itu suatu Tanda dari Tuhan-nya?” Sesungguhnya engkau adalah seorang pemberi peringatan, dan bagi setiap kaum ada seorang pemberi petunjuk” (QS Ar-Ra’d: 8).

    Ayat Ketiga:
    وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ‌ؕ قَالَ اِنِّىْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًا‌ؕ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِىْ‌ؕ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِىْ الظّٰلِمِيْنَ‏
    “Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji oleh Tuhan-nya dengan beberapa perintah, lalu dipenuhinya. Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau imam bagi manusia.” Ia, Ibrahim memohon, “Dan dari antara keturunanku.” Berfirman Dia, “Jan-ji-Ku tidak akan sampai kepada orang-orang aniaya.”

    Penjelasan:
    Allah Ta’ala telah menjanjikan kepada keturunan Ibrahim as bahwa kepada mereka akan diberikan pangkat kepemimpinan ruhani (nubuwwat) untuk selama-lamanya. Tetapi Allah menjawab bahwa janji-Nya tidak akan sampai kepada orang-orang aniaya, atau orang-orang yang aniaya tidak akan mendapatkannya, sekalipun pangkat-pangkat lain menurut tingkat kesungguhan mereka masing-masing dapat mereka capai. Imamah (kepimpinan ruhani) yang dimaksudkan ialah nubuwwat seperti yang telah dicapai oleh keturunan Nabi Ibrahim dari: (a) Siti Ketura yang memiliki keturunan Nabi Syu’aib as untuk Bani Midian, (b) Siti Sarah punya keturunan Nabi Ishaq as terus ke Nabi Ya’kub as, Nabi Yusuf as dan Nabi Musa as, Nabi Daud as dst …. hingga ke Nabi Isa as untuk Bani israil, dan (c) Siti Hajrah punya keturunan Nabi Ismail as, Nabi Muhammad saw dan nabi-nabi sesudahnya yang semuanya harus ta’at kepada Allah dan Nabi Muhammad saw (QS An-Nisa: 70)

    Ayat Keempat:
    يُؤْتِىْ الْحِكْمَةَ مَنْ يَّشَآءُ‌‌ ۚ وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِىَ خَيْرًا كَثِيْرًا‌ ؕ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّاۤ اُولُوْا الْاَلْبَابِ
    “Dia memberi hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki dan barangsiapa diberi hikmah, maka sungguh ia telah diberi berlimpah-limpah kebaikan; dan tiada yang dapat menarik pelajaran kecuali orang-orang berakal.” (QS Al Baqarah: 270)

    Penjelasan:
    Ayat ini merangkan bahwa “hikmah” akan terus diberikan kepada umat Islam sampai hari kiamat. Yang dimaksud “hikmah” dalam ayat ini adalah “nubuwwah” (kenabian).
    اَلْحِكْمَتةُ النُّبُوَّ ةُ وَ الْاِ صَا بَتُ فِى الْاُ مُورِ
    “Hikmah itu adalah nubuwwah (kenabian) dan betul segala urusan” (Zurqani, Syarah Mawahibul Laduniyyah, Jilid VI, hal. 61).

    Ayat Kelima:
    يٰبَنِىْۤ اٰدَمَ اِمَّا يَاْتِيَنَّكُمْ رُسُلٌ مِّنْكُمْ يَقُصُّوْنَ عَلَيْكُمْ اٰيٰتِىْ‌ۙ فَمَنِ اتَّقٰى وَاَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ‏
    “Wahai Bani Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul dari antaramu yang memperdengarkan Ayat-ayat-Ku kepadamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih.”

    Penjelasan:
    Ayat ini menerangkan kabar suka tentang kedatangan nabi-nabi/rasul-rasul dari antara para pengikut Nabi Muhammad saw untuk memperbaiki umat manusia. Karena pada saat ayat ini diturunkan Nabi Muhammad saw sudah diutus menjadi nabi. Itulah sebabnya dalam kata datang ditambahkan huruf nun pakai tasydid (نّ) yang mengkhususkan kepada masa yang akan datang. Mereka yang kurang memperhatikan susunan kalimat dalam ayat ini menganggap bahwa yang dimaksud dengan perkataan anak-cucu (Bani) Adam dalam ayat ini adalah manusia yang dahulu. Anggapan ini tidak benar karena ayat ini umum dan tidak hanya tertentu kepada anak cucu Adam yang terdahulu saja dan orang-orang yang datang sesudah Al Qur’an diturunkan tidak dikeluarkan dari golongan anak-cucu Adam. Jika ditinjau dari susunan ayat-ayat lain sebelum dan sesudah ayat ini, yaitu ayat 27, 28 & 38, maka akan lebih jelas lagi bahwa anak-cucu Adam yang dimaksud dalam ayat ini adalah manusia seumumnya, tidak tertentu kepada anak-cucu Adam yang dahulu saja. Alim ulama Islam sepakat berpendapat bahwa ketiga ayat tersebut adalah umum untuk semua anak-cucu Adam as.

    Ayat Keenam:
    مَا كَانَ اللّٰهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلٰى مَاۤ اَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتّٰى يَمِيْزَ الْخَبِيْثَ مِنَ الطَّيِّبِ‌ؕ وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَ لٰكِنَّ اللّٰهَ يَجْتَبِىْ مِنْ رُّسُلِهٖ مَنْ يَّشَآءُ‌ فَاٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖ‌ۚ وَاِنْ تُؤْمِنُوْا وَتَتَّقُوْا فَلَـكُمْ اَجْرٌ عَظِيْمٌ‏
    “Allah tidak mungkin membiarkan orang-orang mukmin di dalam keadaan kamu sekarang sampai Dia memisahkan yang buruk dari yang baik. Dan Allah tidak akan memberitahukan yang ghaib kepadamu, tetapi Allah memilih di antara rasul-rasul-Nya, siapa yang Dia kehendaki. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu ganjaran yang besar.” (QS Ali Imran: 180)

    Penjelasan:
    Kata-kata “yadzara”, “yamiza”, “yutli’a” dan “yajtabi’ semuanya dalam bentuk fi’il mudhori yang menggambarkan penggunaan masa sekarang dan masa yang akan datang. Maksud ayat ini jelas dan terang sekali memberi khabar suka kepada umat Islam karena Allah Ta’ala senantiasa akan mengirimkan utusan-utusan-Nya untuk memisahkan perkara yang baik dari yang buruk dan untuk memberitahukan tentang khabar-khabar ghaib, dan umat Islam diwajibkan pula untuk mengimani rasul-rasul yang akan datang itu

    Al ‘Allamah Abu Hayyan menafsirkan Surah Ali Imran ayat 180 dalam kitab tafsirnya Al-Bahrul Muhith, Jilid III, hal. 126-127:”Maksud ayat tersebut sebagaimana yang kami terangkan, bahwa Allah lah yang akan dapat membedakan yang buruk dari yang baik. Lalu Allah terangkan lagi bahwa kamu tidak mengetahui hal tersebut karena Dia tidak memberitahukan kepada kamu apa yang tersembunyi dalam hati, baik iman maupun nifak (lain di luar lain di hati). Tetapi Allah akan memilih siapa yang dikehendaki-Nya dari rasul-raul-Nya, maka kamu baru akan dapat mengetahuinya dengan perantaraan rasul itu. Kemudian di bawah ayat “Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya”, ‘Allamah Abu Hayan menulis, “Setelah Allah sebutkan bahwa Dia akan memilih siapa yang dikehendaki-Nya dari antara rasul-rasul-Nya untuk menerima khabar-khabar ghaib, maka Dia perintahkan umat Islam supaya mempercayai orang yang dipilih Tuhan itu.” Perintah-Nya ini diperkuat dengan firman-Nya yang lain:
    وَمَاۤ اَرْسَلْنَا مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا لِيُطَاعَ بِاِذْنِ اللّٰهِ‌ؕ
    “Dan, tidaklah Kami utus seorang rasul melainkan supaya dit’ati dengan izin Allah. (QS An-Nisa: 65).

    Ayat Ketujuh:
    وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰٓٮِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصّٰلِحِيْنَ‌ۚ وَحَسُنَ اُولٰٓٮِٕكَ رَفِيْقًاؕ‏
    “Dan, barangsiapa ta’at kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang kepada mereka Allah memberikan nikmat, yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid dan orang-orang shaleh. Dan, mereka itulah sahabat yang sejati.” (QS An-Nisa: 70).

    Penjelasan:
    Ayat ini menjelaskan bahwa umat Islam, sebagai umat yang terbaik dan ta’at kepada Allah dan Rasulullah saw, pasti akan dianugerahi empat macam nikmat Allah; yaitu nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid dan shaleh-shaleh. Sebagai umat Islam, selaras dengan keimanan, kesetiaan dan keikhlasan mereka masing-masing terhadap Allah dan Rasulullah saw, maka taufik Ilahi akan menyertai mereka pula, dan dapat menerima satu, atau dua, atau tiga atau keempat macam nikmat Allah berupa pangkat kerohanian tersebut.
    Dalam ayat tersebut ada kata “ma’a” yang memiliki arti “beserta”, “bersama-sama” atau “termasuk”. Tapi arti kata “ma’a” yang tepat dan akurat untuk ayat ini adalah “termasuk”, karena kalau diartikan “beserta” atau “bersama-sama”, maka keseluruhan arti kalimat ayat itu akan membuat umat Islam kehilangan keempat nikmat-Allah, yaitu nabiyyin, shiddiqin, syuhada & shalihin. Kata “ma’a” yang artinya “termasuk”, ada juga dalam ayat-ayat lain dalam Al Qur’an:
    يٰۤاِبْلِيْسُ مَا لَـكَ اَلَّا تَكُوْنَ مَعَ السّٰجِدِيْنَ
    ”Hai iblis, kenapa engkau tidak mau termasuk orang-orang yang sujud?” (QS Al Hijr 33)
    وَتَوَفَّنَا مَعَ الْاَبْرَارِ‌ۚ‏
    “….dan wafatkanlah kami dalam golongan (termasuk) orang-orang baik” (QS Ali Imran: 194)
    Pendek kata, Surah An-Nisa ayat 70 berarti bahwa umat Islam yang ta’at kepada Allah dan Rasulullah saw akan termasuk ke dalam golongan yang dianugerahi nikmat Allah; yaitu nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid dan shaleh-shaleh. Jika kata “ma’a” dalam Surah An-Nisa ayat 70 ini diartikan “beserta” atau “bersama-sama”, maka seluruh kalimat dalam ayat tersebut akan berarti bahwa umat Islam yang ta’at kepada Allah dan Rasulullah saw hanya akan “beserta” atau “bersama-sama” nabi-nabi (bukan menjadi nabi), “beserta” atau “bersama-sama” shiddiq-shiddiq (bukan menjadi shiddiq), “beserta” atau “bersama-sama” syahid-syahid (bukan menjadi syahid) dan “beserta” atau “bersama-sama” shaleh-shaleh (bukan menjadi shaleh). Penafsiran tersebut keliru karena sejarah membuktikan bahwa dalam Islam banyak orang-orang yang sudah menjadi shiddiq-shiddiq, menjadi syahid-syahid dan menjadi shaleh-shaleh, bukan hanya orang-orang yang sekedar beserta shiddiq-shiddiq, beserta syahid-syahid dan beserta shaleh-shaleh saja. ‘Alamah Abu Hayyan berkata:”Dan jika kata ‘minannabiyyin’ (dari nabi-nabi) dihubungkan dengan kata ‘wa man’yuthi’illaha warrasula’ (dan barangsiapa ta’at kepada Allah dan Rasul ini), maka kata minannabiyyin itu adalah tafsir (penjelasan) dari kata ‘wa man’yuthi’illaha warrasula’ (barangsiapa ta’at kepada Allah dan Rasul ini). Oleh karena itu, dengan susunan seperti ini sudah pasti akan ada nabi-nabi pada masa Rasulullah saw atau sesudah beliau saw yang menta’ati beliau saw” (Bahrul Muhith, Jilid III, hal 247). Dengan kata lain, ayat ini menegaskan bahwa pintu kenabian setelah Nabi Muhammad saw masih terbuka lebar bagi umat Islam yang ta’at kepada Allah dan Rasulullah saw. Itulah Shirathal Mustaqim atau Jalan Lurus Hakiki.
    Ayat Kedelapan:
    يٰۤاَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبٰتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًـا‌ؕ اِنِّىْ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌؕ‏
    “Hai rasul-rasul, makanlah makanan yang baik dan berbuatlah amal shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui segala yang kamu perbuat.” (QS Al Mu’minun).

    Penjelasan:
    Di dalam ayat ini kata “ar-rusul” mengisyaratkan bahwa sesudah Nabi Muhammad Rasulullah saw akan datang rasul-rasul lain yang memakan makanan yang baik dan beramal shaleh.

    Ayat Kesembilan:
    مَّنِ اهْتَدٰى فَاِنَّمَا يَهْتَدِىْ لِنَفْسِهٖ‌ۚ وَمَنْ ضَلَّ فَاِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا‌ؕ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰى‌ؕ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِيْنَ حَتّٰى نَبْعَثَ رَسُوْلاً‏
    “Barangsiapa telah menerima petunjuk, maka sesungguhnya petunjuk itu untuk dirinya, dan barangsiapa sesat, maka kesesatan itu hanya atas dirinya. Dan tiada pemikul beban akan memikul beban orang lain. Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengirimkan seorang rasul.” (QS Bani Israil: 16).

    Penjelasan:
    Ayat ini menegaskan bahwa sebelum azab dijatuhkan kepada umat manusia, Allah pasti akan mengirimkan seorang rasul. Ayat ini sengaja oleh Allah Yang Maha Adil diturunkan agar pada saat azab tiba manusia tidak mengeluh/komplain sebagai Al Qur’an mengisyaratkan:
    رَبَّنَا لَوْلَاۤ اَرْسَلْتَ اِلَـيْنَا رَسُوْلاً فَنَتَّبِعَ اٰيٰتِكَ مِنْ قَبْلِ اَنْ نَّذِلَّ وَنَخْزٰى‏
    “Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau kirimkan kapda kami, seorang rasul supaya kami mengikuti Ayat-ayat Engkau sebelum kami direndahkan dan dihinakan” (QS Tha ha: 135).

    Dalam ayat lain Allah Ta’ala befirman:
    وَاِنْ مِّنْ قَرْيَةٍ اِلَّا نَحْنُ مُهْلِكُوْهَا قَبْلَ يَوْمِ الْقِيٰمَةِ اَوْ مُعَذِّبُوْهَا عَذَابًا شَدِيْدًا‌ؕ كَانَ ذٰلِكَ فِىْ الْـكِتٰبِ مَسْطُوْرًا‏
    “Dan tiada suatu negeri pun melainkan Kami menghancurkannya sebelum Hari Kiamat, atau mengazabnya dengan azab yang sangat keras. Adalah hal itu telah terulis dalam Kitab.” (QS Bani Israil: 59).

    Dari Surah Bani Israil ayat 16 dan 59, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa nabi-nabi / rasul-rasul sebelum Hari Kiamat bukan saja hanya mungkin, tetapi pasti akan diturunkan oleh Allah Ta’ala.

    Berkaitan dengan Azab Ilahi ini, saya ingin memberi contoh satu negara yang pemerintahnya, semenjak dipimpin oleh Zulfikat Ali Butho, Jenderal Zia-ul-Haq hingga sekarang, dan mayoritas rakyatnya banyak yang tidak bersyukur, dan bahkan menolak Nikmat Allah (Imam Mahdi & Masih Mau’ud as), pendiri Jemaat Ahmadiyah yang pusatnya ada di Rabwah, Pakistan. Karena mereka tidak menta’ati Allah Ta’ala & Rasul-Nya (Qs Ibrahim 8), bahkan terus-menerus menganiaya para anggota Jemaat Ahmadiyah di Pakistan dan terakhir yang terbesar pada tanggal 28 Mei 2010, terjadi penyerangan brutal ke dua masjid Jemaat Ahmadiyah di Lahore, akibatnya mereka mengalami hal ini:
    http://english.aljazeera.net/photo_galleries/centralsasia/201089161838709557.html

    http://edition.cnn.com/interactive/2010/08/world/gallery.large.pakistan.flood/aug.24.html?hpt=T1

    http://english.aljazeera.net/photo_galleries/centralsasia/20108371023189527.html

    http://edition.cnn.com/2010/WORLD/asiapcf/08/26/pakistan.floods/index.html?hpt=T1#fbid=NOhJH-7R9ZA&wom=false

    http://english.aljazeera.net/focus/floodofmisery/

    Walaupun keadaan Pakistan seperti dalam websites tersebut diatas yang bisa anda browsing, tetapi melalui Humanity First para anggota Jemaat Ahmadiyah di luar Pakistan berusaha semampu mungkin untuk menolong saudara-saudara se-bangsa dan se-tanah-air mereka di Pakistan, seperti dapat kita bisa lihat di website ini:
    http://www.humanityfirst.ca/

    Point 3: Sudah saya katakan sebelumnya bahwa Sdr. Imam akan mendapat kesulitan untuk memahami Tafsir Surah Az-Zukhruf 58 karena terdapat berbagai dimensi yang terkandung di dalamnya. Namun, Sdr. Imam akan mudah memahaminya apabila bisa menjawab pertanyaan berikut agar saya memahami posisi Sdr. Imam:
    (1) Apakah Nabi Isa as sudah wafat / masih hidup?
    (2) Apakah Nabi Isa as akan kembali lagi ke dunia?
    Harap dua pertanyaan tersebut dijawab berdasarkan Al Qur’an dan/atau Hadits. Wassalam.

  14. Assalamu’alaikum,
    Point 1: Tentang ayat Basmallah:
    Referensi yang Sdr. Imam rujuk yaitu analisa dari Asy Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin, ternyata kesimpulan beliau keliru, walaupun dibela oleh Netral sampai ngantuk-ngantuk, tetapi tetap saja keliru, sehingga saya menyimpulkan:
    (1) Jemaat Ahmadiyah lebih menta’ati Allah Ta’ala dalam hal menentukan jumlah ayat dalam Surah Al Fatihah sesuai nama lain Surah tersebut yang diberikan Allah Ta’ala dalam QS Al Hijr 88 (As-sab’al matsani) yang di dalamnya termasuk “Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim” sebagai ayat pertama/nomor satu.
    (2) Jemaat Ahmadiyah lebih menta’ati Rasulullah saw dalam hal menempatkan “Bismillah-ir-Rahman-ir-Rahim” sebagai ayat pertama/nomor satu dari tiap-tiap Surah dalam Al Qur’an sesuai perintah Rasulullah saw (HR Bukhari, Dar-ru-Quthni, Abu Daud), kecuali Surah Al Bara’ah/At-Taubah yang bukan surah berdiri sendiri tetapi merupakan kelanjutan dari Surah sebelumnya, yaitu Al Anfal.

    Non Ahmadi justru yang lebih taat karena tidak ada satu ayat maupun hadits yang menyebut dengan jelas bahwa basmalah merupakan Ayat pertama dan non Ahmadi seperti saya bahwa basmalah bagian surat dan bukan merupakan ayat pertama. Justru pengakuan sinar galih ketika sholat jum’at pada Surat Al-Fatihah dan Surat-surat pendek, basmalah hanya dibaca dalam hati membuktikan bahwa yang dipraktekannya basmalah bukanlah ayat pertama. Jika basmalah ayat yg pertama seharusnya dibacakan dengan keras dan tidak dimulai membaca dengan ayat yg kedua 😀 Jadi kalau nulis itu jangan ngantuk ya.

    (3) Jemaat Ahmadiyah adalah Islam Sejati, bukan di luar Islam, sesat dan menyesatkan sebagaimana fatwa MUI dlsb, karena Rukun Islam (termasuk syahadat) – nya dan Rukun Iman-nya sama dengan agama Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Rasulullah saw

    Islam sejati koq membuktikan pendakwaan Ghulam Ahmad saja sampai nyerah gitu 😀
    Bukan jaminan Orang mengucapkan syahadat pasti tidak tersesat dan Rukun Iman mana yang berkewajiban mempercayai Nabi Palsu 😀

    Apapun bukti yang Anda berikan, sudah dipatahkan oleh Nabi Anda sendiri dan Tulisan khalifah Anda Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang terkakhir

    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).

    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204

  15. (4) Pendiri Jemaat Ahmadiyah adalah umat Islam yang sangat mencintai dan menta’ati Allah Ta’ala dan Nabi Muhammad saw sehingga Allah Ta’ala menganugerahkan nikmat-Nya kepada beliau sebagai nabi tabi’/umati yang melaksanakan syari’at Nabi Muhammad saw yaitu Islam. Allah Ta’ala juga mengutus beliau kepada umat manusia sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau’ud as yang membuat umat Islam, bukannya bergembira, malah hingar-bingar mengajukan bantahan/sanggahan/protes (QS Al Jumu’ah 4 & Az Zukhruf 58). Tetapi bantahan/sanggahan/protes itu justru sebagai bukti kebenaran pendakwaan beliau sebagai nabi/rasul, karena manusia kalau diberi nikmat-Allah, bukannya bersyukur, malah memperolok-olokan nabi/rasul tersebut (Yaasin 31 & Az Zukhruf 8).

    😀 Nyatanya INgakar kepada Allah dengan mendakwakan diri sebagai Nabi padahal Baik sahabat maupun Al-Qur’an tidak pernah menyatakan adanya Nabi sesudah Rasulullah SAW…. bukan jaminan karena diolo-olok dia betul-betul Nabi. Nyatanya di Indonesia yang mengaku Nabi juga diolok-olok, apakah itu berarti mereka adalah Nabi Yang benar sesuai Surat Yaasin 31 & Azzukhruf *. Dan lagi2 membawa ayat Aljumu’ah 4 dan Az-zukhruf yang sampai hari ini belum bisa terjawab oleh Sinar Galih. Justru malah kabur. Ga seru diskusinya mulai dari nol lagi.

    Apapun bukti yang Anda berikan, sudah dipatahkan oleh Nabi Anda sendiri dan Tulisan khalifah Anda Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang terkakhir

    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).

    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204

    Ceritanya doktrin makan tuan 😀

    (5) Jemaat Ahmadiyah tidak memiliki hobby memberi stigma “SESAT” kepada umat Islam lainnya karena keta’atan kepada Allah Ta’ala (QS Al An-Aam 118, An-Nahl 126, An-Najm 31 & Al Qalam 8).

    Ternyata Anda orangnya suka berdusta juga. Sudah diberikan bukti bahwa Ahmadiyah memberi STIGMA “sesat” juga masih mengelak juga. “KAFIR” itu sudah pasti sesat pak, memangnya bukti yang saya beri ga dibaca 😀
    Terdapat pula suatu kaum
    sesat lagi kotor
    Sumber: “Da’watul Amir, Oleh Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad

    Dalam kondisi di mana seseorang menerima Nabi Muhammad s.a.w. sebagai Rasulullah dan Al-Qur’an sebagai Kalamullah, namun ia mengingkari Masih Mau’ud (Al-Masih yang Dijanjikan), maka keingkarannya itu bukanlah suatu ke-kafir-an yang dapat membuatnya langsung menjadi non-Muslim. Karena Masih Mau’ud adalah nabi ummati, maka mengingkari beliau berarti membuat seseorang menjadi kafir (ingkar) terhadap nabi ummati. Sebagai anggota di dalam umat Rasulullah s.a.w., orang itu tetap disebut muslim, akan tetapi dia menjadi kafir dalam hal mengingkari Masih Mau’ud.(Sumber: “Bukan Sekedar Hitam Putih, M.A.Suryawan)

    “Pada tanggal 14 Desember 1905 ada dua orang yang bai’at.Salah satu di antaranya bertanya: “Apakah boleh shalat di belakang orang non-Ahmadi?” Hz. Masih Mau’ud a.s. menjelaskan: Orang-orang itu menyebut saya kafir. Jika saya ini bukan kafir, tentu kekufuran itu berbalik ke arah mereka. Orang yang menyebut seorang muslim sebagai kafir, berarti orang yang berkata itu sendiri kafir. Oleh karena itu shalat di belakang mereka tidak dibenarkan. Lalu, orang-orang yang diam-diam saja di antara mereka, mereka pun sebenarnya termasuk di antara orang-orang itu. Di belakang mereka pun shalat tidak dibenarkan. Sebab, di dalam kalbu mereka menganut suatu keyakinan yang bertentangan, yang secara zahir [lahiriah] tidak sama dengan kita.(Sumber: “Bukan Sekedar Hitam Putih, M.A.Suryawan.

    Nah Anda sendiri menolak Sholat dibelakang non Ahmadi karena dasarnya dari Ghulam Ahmad yg tertulis di buku “bukan sekedar hitam putih” khan. SESAT berteriak SESAT 😀

    Sinar Galih menjawab:
    Pintu Kenabian Masih Terbuka Menurut Al Qur’an.
    Ayat Pertama:
    اللّٰهُ يَصْطَفِىْ مِنَ الْمَلٰٓٮِٕكَةِ رُسُلاً وَّمِنَ النَّاسِ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌۢ بَصِيْرٌ‌ۚ‏
    “Allah senantiasa memilih rasul-rasul dari antara malaikat-malaikat dan manusia-manusia. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat” (QS Al Hajj: 76)

    Penjelasan:
    Dalam ayat ini jelas sekali pemilihan rasul-rasul yang akan dirim oleh Allah Ta’ala akan tetap berjalan setelah Nabi Muhammad saw, karena kata “yasthafi” (memilih) dengan “sighah mudhari”*) yang secara tata-bahasa Arab harus diartikan “sedang memilih” dan/atau “akan memilih”, bukan “telah memilih”. Karena ayat ini diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang sudah dipilih oleh Allah Ta’ala sebagai nabi/rasul, maka kata “yasthafi” (memilih) itu hanya dapat diartikan dengan kata “akan memilih” atau “senantiasa memilih”.

    *) “Perbuatan yang sedang atau akan berlaku dinamakan fiil mudhari. Dalam Al Qur’an banyak terpakai fiil mudhari dengan tidak bermasa, seperti kalimat “jabdan” dengan makna “memulai” (Qs Yunus: 4). Kalimat “yukhlaqun” dengan makna “dijadikan” (QS Al A’raf: 191). Kalimat “yasthafi” dengan makna “memilih” (Al Hajj: 75). Yakni, dipakai kalimat-kalimat itu dengan arti yang tidak terikat masa, yaitu dengan tidak pakai tambahan “akan” atau “sedang”. (dikutip dari Al Furqan, Tafsir Al Qur’an, Jld. IV oleh A. Hassan, Guru Persis, Tintamas, Jakarta 1962, hal. 26 & 27).

    Wah tanggung nich biar saya jawab, nanti sisanya Pak Imam tambahi….
    hiii…hiii ini kayaknya contekan dari buku Ahmadiyah “Kami Orang Islam” 😀
    Tidak terbukti tuch ada lagi Nabi berdasar surat tersebut karena sudah ada pentakhsisnya yaitu khaataman nabiyyin. Gak pernah tau ya kalau fi’il mudhari itu bisa berpaling dari waktu…. Ya inilah kalau belajar tata bahasa dari orang yang sesat 😀

    Apapun bukti yang Anda berikan, sudah dipatahkan oleh Nabi Anda sendiri dan Tulisan khalifah Anda Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang terkakhir

    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).

    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204

    Ceritanya doktrin makan tuan 😀

  16. Ayat Kedua:
    رَفِيْعُ الدَّرَجٰتِ ذُوْ الْعَرْشِ‌ۚ يُلْقِىْ الرُّوْحَ مِنْ اَمْرِهٖ عَلٰى مَنْ يَّشَآءُ مِنْ عِبَادِهٖ لِيُنْذِرَ يَوْمَ التَّلَاقِۙ‏
    “Dia Yang Maha Tinggi derajat-Nya, Yang Punya ‘Arasy. Dia senantiasa menurunkan ruh dengan perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki di antara hamba-hamba-Nya supaya Dia memperingatkan tentang Hari Pertemuan” (QS Al Mu’min: 16)

    Penjelasan:
    Ayat ini menerangkan bahwa Allah senantiasa menurunkan ruh dengan perintah-Nya kepada seorang hamba pilihan-Nya untuk memberi peringatan. Pemberi peringatan biasanya disebut mundzir atau nabi/rasul, sebagaimana Allah Ta’ala menyebut Nabi Muhammad saw juga seorang mundzir (pemberi peringatan):
    وَيَقُوْلُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْلَاۤ اُنْزِلَ عَلَيْهِ اٰيَةٌ مِّنْ رَّبِّهٖؕ اِنَّمَاۤ اَنْتَ مُنْذِرٌ‌ وَّ لِكُلِّ قَوْمٍ هَادٍ
    “Dan berkatalah orang-orang yang ingkar, “Mengapa tidak diturunkan kepada orang itu suatu Tanda dari Tuhan-nya?” Sesungguhnya engkau adalah seorang pemberi peringatan, dan bagi setiap kaum ada seorang pemberi petunjuk” (QS Ar-Ra’d: 8).

    lagi2 kayaknya contekan dari buku “Kami Orang Islam” 😀
    kacian dech….khan udah ada pentakhsisnya. Makin yakin kalau orang ini gak tahu kalau fi’il mudhari bisa berpaling dari waktu 😀
    Apapun bukti yang Anda berikan, sudah dipatahkan oleh Nabi Anda sendiri dan Tulisan khalifah Anda Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang terkakhir

    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).

    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204

    Ceritanya doktrin makan tuan 😀

    Ayat Ketiga:
    وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ‌ؕ قَالَ اِنِّىْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًا‌ؕ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِىْ‌ؕ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِىْ الظّٰلِمِيْنَ‏
    “Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji oleh Tuhan-nya dengan beberapa perintah, lalu dipenuhinya. Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau imam bagi manusia.” Ia, Ibrahim memohon, “Dan dari antara keturunanku.” Berfirman Dia, “Jan-ji-Ku tidak akan sampai kepada orang-orang aniaya.”

    Penjelasan:
    Allah Ta’ala telah menjanjikan kepada keturunan Ibrahim as bahwa kepada mereka akan diberikan pangkat kepemimpinan ruhani (nubuwwat) untuk selama-lamanya. Tetapi Allah menjawab bahwa janji-Nya tidak akan sampai kepada orang-orang aniaya, atau orang-orang yang aniaya tidak akan mendapatkannya, sekalipun pangkat-pangkat lain menurut tingkat kesungguhan mereka masing-masing dapat mereka capai. Imamah (kepimpinan ruhani) yang dimaksudkan ialah nubuwwat seperti yang telah dicapai oleh keturunan Nabi Ibrahim dari: (a) Siti Ketura yang memiliki keturunan Nabi Syu’aib as untuk Bani Midian, (b) Siti Sarah punya keturunan Nabi Ishaq as terus ke Nabi Ya’kub as, Nabi Yusuf as dan Nabi Musa as, Nabi Daud as dst …. hingga ke Nabi Isa as untuk Bani israil, dan (c) Siti Hajrah punya keturunan Nabi Ismail as, Nabi Muhammad saw dan nabi-nabi sesudahnya yang semuanya harus ta’at kepada Allah dan Nabi Muhammad saw (QS An-Nisa: 70)

    Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: `Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia`. Ibrahim berkata: ` (Dan saya mohon juga) dari keturunanku`. Allah berfirman: `Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim`.(QS. 2:124)

    Ibrahim a.s. diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat dengan menugaskan atau membebaninya dengan perintah-perintah dan larangan-larangan, seperti membangun Kakbah, membersihkan Kakbah dari segala macam kemusyrikan, menghadapi raja Namruz dan sebagainya.
    Menurut Mahmud Zahram: Ibrahim a.s. telah diberi oleh Allah swt. bermacam-macam pengalaman, ujian-ujian dan cobaan ialah diperintahkan Allah menyembelih anaknya, perjalanan pulang pergi antara Syina dan Hijaz untuk melihat anak-anak dan istri-istrinya yang berada di kedua tempat itu, dan sebagainya.
    Allah tidak menerangkan macam-macam kalimat yang telah ditugaskan dan dibebankan kepada Ibrahim a.s. Hal ini memberi petunjuk bahwa tugas dan beban yang telah diberikan Allah itu adalah besar, berat dan banyak. Sekalipun demikian Ibrahim a.s. telah melaksanakan tugas dan beban itu dengan sebaik-baiknya yang membawa ke tempat kedudukan yang sempurna.
    Firman Allah swt.:

    وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى (37)
    Artinya:
    Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji. (Q.S An Najm: 37)
    Perkataan: “Sesungguhnya Aku akan menjadikan kamu imam bagi seluruh manusia” tidak ada hubungannya dengan kalimat yang sebenarnya karena tidak ada terdapat kata penghubung (`athaf) pada permulaan kalimat tersebut.
    Menurut Muhammad Abduh kalimat tersebut adalah kalimat yang berdiri sendiri tidak ada hubungannya dengan kalimat yang sebelumnya . Maksudnya ialah bahwa pangkat imam (nabi dan rasul) adalah semata-mata pangkat yang dianugerahkan oleh Allah swt. dan hanya Dia sendiri yang menetapkan kepada siapa pangkat itu akan diberikan-Nya. Tidak semua manusia dapat mencapai sekalipun ia telah melaksanakan segala perintah-perintah Allah dan menghentikan segala larangan-larangan-Nya.
    Dengan perkataan lain bahwa pangkat imam yang dianugerahkan Allah kepada Nabi Ibrahim a.s. itu ditetapkan atas kehendak-Nya bukan ditetapkan karena Nabi Ibrahim a.s. telah menyelesaikan dan menyempurnakan tugas yang diberikan kepadanya, agar ia menyadari bahwa pangkat yang telah diberikan Allah itu sesuai baginya dan agar ia merasa dirinya mampu melaksanakan tugas dan memikul beban yang telah diberikan.
    Setelah dianugerahi pangkat “imam” itu Nabi Ibrahim a.s. berdoa kepada Allah swt. agar pangkat “imam” dianugerahkan pula kepada keturunannya di kemudian hari.
    Doa Nabi Ibrahim ini doa yang sesuai dengan sunatullah. Menurut sunnatullah anak dan keturunan sambungan hidup bagi seseorang. Sesuatu cita-cita yang tidak sanggup dicapai semasa hidup di dunia diharapkan agar anak dan keturunan dapat menyampaikannya.
    Tugas imam merupakan tugas yang suci dan mulia karena pemberian tugas itu bertujuan hendak mencapai cita-cita yang suci dan mulia pula. Ibrahim a.s. merasa dirinya tidak sanggup mencapai semua cita-citanya yang terkandung di dalam tugasnya itu selama hidup di dunia. Karena itu ia berdoa kepada Allah swt. agar anak cucunya dianugerahi pula pangkat imam itu, sehingga cita-cita yang belum dapat dicapai semasa hidupnya dapat dilanjutkan dan dicapai oleh anak cucu dan keturunannya.
    Dari ayat di atas dapat dipahami pula bahwa cara Nabi Ibrahim berdoa sesuai dengan sunnah Allah itu yaitu cara berdoa yang benar, karena itu doa Ibrahim a.s. itu termasuk doa yang dikabulkan Allah swt.
    Doa Ibrahim a.s. itu dikabulkan Allah, terbukti di kemudian hari bahwa semua rasul-rasul yang diutus Allah sesudah beliau adalah berasal dari keturunan beliau.
    Dari firman Allah: “Janji-Ku (itu) tidak mengenai orang-orang yang zalim” dapat dipahami bahwa di antara keturunan Nabi Ibrahim itu ada orang-orang zalim.
    Pada ayat yang lain Allah menerangkan bahwa keturunan Ibrahim itu ada yang zalim dan ada yang berbuat baik.
    Allah berfirman:

    وَبَارَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلَى إِسْحَاقَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَظَالِمٌ لِنَفْسِهِ مُبِينٌ (113)
    Artinya:
    Kami limpahkan keberkatan atasnya (Ibrahim) dan atas Ishak. Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata. (Q.S As Saffat: 113)
    Allah berfirman:

    وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (28)
    Artinya:
    Dan (Ibrahim) menjadikan rahmat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu. (Q.S Az Zukhruf: 28)
    Dari ayat ini dapat dipahami bahwa Nabi Ibrahim menjadikan kalimat tauhid sebagai pegangan bagi keturunannya sehingga kalau terdapat di antara mereka yang mempersekutukan Allah agar mereka kembali kepada kalimat tauhid.
    “Zalim” (aniaya) itu bermacam-macam. Zalim terhadap diri sendiri ialah tidak melaksanakan perintah-perintah Allah dan tidak menghentikan larangan-larangan-Nya sehingga mendapat kemurkaan dan azab Allah yang membawa bencana kepada diri sendiri. Zalim terhadap makhluk-makhluk Allah, seperti berbuat kerusakan di muka bumi, memutuskan silaturahim, zalim terhadap manusia dan sebagainya.
    Dari perkataan “zalim” dapat dipahami bahwa bagi seorang imam tidak boleh ada sifat zalim. Mustahil pangkat itu diberikan kepada orang yang kotor jiwanya orang-orang yang tidak melaksanakan perintah-perintah Allah dan tidak menghentikan larangan-larangan-Nya.

    Ujian terhadap Nabi Ibrahim a.s. diantaranya: membangun Ka’bah, membersihkan ka’bah dari kemusyrikan, mengorbankan anaknya Ismail, menghadapi raja Namrudz dan lain-lain.
    Allah telah mengabulkan doa Nabi Ibrahim a.s., karena banyak di antara rasul-rasul itu adalah keturunan Nabi Ibrahim a.s.

    Ga nyambung tuch dengan kedatangan Nabi sesudah Rasulullah. Kalau mengutip ayat itu lihat ayat sebelumnya dan sesudahnya agar Anda mengerti maksud ayat tersebut.

    Apapun bukti yang Anda berikan, sudah dipatahkan oleh Nabi Anda sendiri dan Tulisan khalifah Anda Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang terkakhir

    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).

    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204

    Ceritanya doktrin makan tuan 😀

  17. Ayat Keempat:
    يُؤْتِىْ الْحِكْمَةَ مَنْ يَّشَآءُ‌‌ ۚ وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِىَ خَيْرًا كَثِيْرًا‌ ؕ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّاۤ اُولُوْا الْاَلْبَابِ
    “Dia memberi hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki dan barangsiapa diberi hikmah, maka sungguh ia telah diberi berlimpah-limpah kebaikan; dan tiada yang dapat menarik pelajaran kecuali orang-orang berakal.” (QS Al Baqarah: 270)

    Penjelasan:
    Ayat ini merangkan bahwa “hikmah” akan terus diberikan kepada umat Islam sampai hari kiamat. Yang dimaksud “hikmah” dalam ayat ini adalah “nubuwwah” (kenabian).
    اَلْحِكْمَتةُ النُّبُوَّ ةُ وَ الْاِ صَا بَتُ فِى الْاُ مُورِ
    “Hikmah itu adalah nubuwwah (kenabian) dan betul segala urusan” (Zurqani, Syarah Mawahibul Laduniyyah, Jilid VI, hal. 61).

    Allah memberikan hikmah kepada siap yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang berakal.(QS. 2:269)

    Dalam ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa Ia akan memberikan hikmah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Maksudnya ialah bahwa Allah mengaruniakan hikmah kebijaksanaan serta ilmu pengetahuan kepada siapa-siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-Nya, sehingga dengan ilmu dan dengan hikmah itu ia dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, antara was-was setan dan ilham dari Allah swt.
    Alat untuk memperoleh hikmah itu ialah akal yang sehat dan cerdas, yang dapat mengenal sesuatu berdasarkan dalil-dalil dan bukti-bukti, dan dapat mengetahui sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya. Dan barang siapa yang telah mencapai hikmah dan pengetahuan yang demikian itu berarti dia telah dapat membedakan antara janji Allah dan bisikan setan. Lalu dipercayainya janji Allah dan dibuangnya bisikan setan itu.
    Oleh sebab itu Allah menegaskan bahwa siapa yang telah memperoleh hikmah dan pengetahuan semacam itu, berarti ia telah memperoleh kebaikan yang banyak, yaitu kebaikan di dunia ini dan kebaikan di akhirat kelak. Ia tidak mau menerima bisikan-bisikan jahat dari setan bahkan ia menggunakan segenap pancaindra, akal dan pengetahuannya untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang batil, mana yang petunjuk Allah dan mana yang bujukan setan. Kemudian ia berserah diri sepenuhnya kepada Allah swt.
    Pada akhir ayat ini Allah swt. memuji orang-orang yang berakal dan mau berpikir. Mereka inilah yang selalu ingat dan waspada serta dapat mengetahui apa-apa yang bermanfaat serta dapat membawanya kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

    Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan HIKMAH dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS.An Nahl 125)

    Jadi ga nymabung tuch bahwa hikmah pada ayat ini adalah adalah nubuwah, kelihatan orang yang asal contek doktrin 😀

    Apapun bukti yang Anda berikan, sudah dipatahkan oleh Nabi Anda sendiri dan Tulisan khalifah Anda Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang terkakhir

    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).

    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204

    Ceritanya doktrin makan tuan 😀

    Ayat Kelima:
    يٰبَنِىْۤ اٰدَمَ اِمَّا يَاْتِيَنَّكُمْ رُسُلٌ مِّنْكُمْ يَقُصُّوْنَ عَلَيْكُمْ اٰيٰتِىْ‌ۙ فَمَنِ اتَّقٰى وَاَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ‏
    “Wahai Bani Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul dari antaramu yang memperdengarkan Ayat-ayat-Ku kepadamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih.”

    Penjelasan:
    Ayat ini menerangkan kabar suka tentang kedatangan nabi-nabi/rasul-rasul dari antara para pengikut Nabi Muhammad saw untuk memperbaiki umat manusia. Karena pada saat ayat ini diturunkan Nabi Muhammad saw sudah diutus menjadi nabi. Itulah sebabnya dalam kata datang ditambahkan huruf nun pakai tasydid (نّ) yang mengkhususkan kepada masa yang akan datang. Mereka yang kurang memperhatikan susunan kalimat dalam ayat ini menganggap bahwa yang dimaksud dengan perkataan anak-cucu (Bani) Adam dalam ayat ini adalah manusia yang dahulu. Anggapan ini tidak benar karena ayat ini umum dan tidak hanya tertentu kepada anak cucu Adam yang terdahulu saja dan orang-orang yang datang sesudah Al Qur’an diturunkan tidak dikeluarkan dari golongan anak-cucu Adam. Jika ditinjau dari susunan ayat-ayat lain sebelum dan sesudah ayat ini, yaitu ayat 27, 28 & 38, maka akan lebih jelas lagi bahwa anak-cucu Adam yang dimaksud dalam ayat ini adalah manusia seumumnya, tidak tertentu kepada anak-cucu Adam yang dahulu saja. Alim ulama Islam sepakat berpendapat bahwa ketiga ayat tersebut adalah umum untuk semua anak-cucu Adam as.

    Penjelasannya ada tuch di blog ini. Lagipula seperti yang saya bilang sudah ada pnetakhsisnya sehingga fi’il mudhari itu bisa berpaling dari waktu. Yang paling menggelikan sinar galih mengatakan bahwa ayat ini untuk semua anak cucu Adam as. Sedangkan Ahmadiyah berkeyakinan Adam bukanlah manusia yang pertama. Otomatis Ayat ini tidak HANYA diperuntukkan Ank cucu Adam as. sedangkan bukan Anak cucu adam tidak….begitu khan 😀 Jadi ga nyambung dengan keyakinan Ahmadiyah.
    Apapun bukti yang Anda berikan, sudah dipatahkan oleh Nabi Anda sendiri dan Tulisan khalifah Anda Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang terkakhir

    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).

    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204

    Ceritanya doktrin makan tuan 😀

  18. Ayat Keenam:
    مَا كَانَ اللّٰهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلٰى مَاۤ اَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتّٰى يَمِيْزَ الْخَبِيْثَ مِنَ الطَّيِّبِ‌ؕ وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَ لٰكِنَّ اللّٰهَ يَجْتَبِىْ مِنْ رُّسُلِهٖ مَنْ يَّشَآءُ‌ فَاٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖ‌ۚ وَاِنْ تُؤْمِنُوْا وَتَتَّقُوْا فَلَـكُمْ اَجْرٌ عَظِيْمٌ‏
    “Allah tidak mungkin membiarkan orang-orang mukmin di dalam keadaan kamu sekarang sampai Dia memisahkan yang buruk dari yang baik. Dan Allah tidak akan memberitahukan yang ghaib kepadamu, tetapi Allah memilih di antara rasul-rasul-Nya, siapa yang Dia kehendaki. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu ganjaran yang besar.” (QS Ali Imran: 180)

    Penjelasan:
    Kata-kata “yadzara”, “yamiza”, “yutli’a” dan “yajtabi’ semuanya dalam bentuk fi’il mudhori yang menggambarkan penggunaan masa sekarang dan masa yang akan datang. Maksud ayat ini jelas dan terang sekali memberi khabar suka kepada umat Islam karena Allah Ta’ala senantiasa akan mengirimkan utusan-utusan-Nya untuk memisahkan perkara yang baik dari yang buruk dan untuk memberitahukan tentang khabar-khabar ghaib, dan umat Islam diwajibkan pula untuk mengimani rasul-rasul yang akan datang itu

    Al ‘Allamah Abu Hayyan menafsirkan Surah Ali Imran ayat 180 dalam kitab tafsirnya Al-Bahrul Muhith, Jilid III, hal. 126-127:”Maksud ayat tersebut sebagaimana yang kami terangkan, bahwa Allah lah yang akan dapat membedakan yang buruk dari yang baik. Lalu Allah terangkan lagi bahwa kamu tidak mengetahui hal tersebut karena Dia tidak memberitahukan kepada kamu apa yang tersembunyi dalam hati, baik iman maupun nifak (lain di luar lain di hati). Tetapi Allah akan memilih siapa yang dikehendaki-Nya dari rasul-raul-Nya, maka kamu baru akan dapat mengetahuinya dengan perantaraan rasul itu. Kemudian di bawah ayat “Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya”, ‘Allamah Abu Hayan menulis, “Setelah Allah sebutkan bahwa Dia akan memilih siapa yang dikehendaki-Nya dari antara rasul-rasul-Nya untuk menerima khabar-khabar ghaib, maka Dia perintahkan umat Islam supaya mempercayai orang yang dipilih Tuhan itu.” Perintah-Nya ini diperkuat dengan firman-Nya yang lain:
    وَمَاۤ اَرْسَلْنَا مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا لِيُطَاعَ بِاِذْنِ اللّٰهِ‌ؕ
    “Dan, tidaklah Kami utus seorang rasul melainkan supaya dit’ati dengan izin Allah. (QS An-Nisa: 65).

    Kesekian kalinya sudah saya katakan sudah ada pentakhsisnya yaitu khaatama annabiyyin. Maklum sinar galih ga ngerti tata bahasa arab jadi asal contek sehingga tidak tahu kalau fi’il mudhari bisa berpaling dari waktu

    Kelihatan kalau sinar galih ga ngerti fi’il mudhari bisa berpaling dari waktu karena ada pentakhsis 😀
    Apapun bukti yang Anda berikan, sudah dipatahkan oleh Nabi Anda sendiri dan Tulisan khalifah Anda Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang terkakhir

    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).

    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204

    Ceritanya doktrin makan tuan 😀

  19. Ayat Ketujuh:
    وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰٓٮِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصّٰلِحِيْنَ‌ۚ وَحَسُنَ اُولٰٓٮِٕكَ رَفِيْقًاؕ‏
    “Dan, barangsiapa ta’at kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang kepada mereka Allah memberikan nikmat, yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid dan orang-orang shaleh. Dan, mereka itulah sahabat yang sejati.” (QS An-Nisa: 70).

    Penjelasan:
    Ayat ini menjelaskan bahwa umat Islam, sebagai umat yang terbaik dan ta’at kepada Allah dan Rasulullah saw, pasti akan dianugerahi empat macam nikmat Allah; yaitu nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid dan shaleh-shaleh. Sebagai umat Islam, selaras dengan keimanan, kesetiaan dan keikhlasan mereka masing-masing terhadap Allah dan Rasulullah saw, maka taufik Ilahi akan menyertai mereka pula, dan dapat menerima satu, atau dua, atau tiga atau keempat macam nikmat Allah berupa pangkat kerohanian tersebut.
    Dalam ayat tersebut ada kata “ma’a” yang memiliki arti “beserta”, “bersama-sama” atau “termasuk”. Tapi arti kata “ma’a” yang tepat dan akurat untuk ayat ini adalah “termasuk”, karena kalau diartikan “beserta” atau “bersama-sama”, maka keseluruhan arti kalimat ayat itu akan membuat umat Islam kehilangan keempat nikmat-Allah, yaitu nabiyyin, shiddiqin, syuhada & shalihin. Kata “ma’a” yang artinya “termasuk”, ada juga dalam ayat-ayat lain dalam Al Qur’an:
    يٰۤاِبْلِيْسُ مَا لَـكَ اَلَّا تَكُوْنَ مَعَ السّٰجِدِيْنَ
    ”Hai iblis, kenapa engkau tidak mau termasuk orang-orang yang sujud?” (QS Al Hijr 33)
    وَتَوَفَّنَا مَعَ الْاَبْرَارِ‌ۚ‏
    “….dan wafatkanlah kami dalam golongan (termasuk) orang-orang baik” (QS Ali Imran: 194)
    Pendek kata, Surah An-Nisa ayat 70 berarti bahwa umat Islam yang ta’at kepada Allah dan Rasulullah saw akan termasuk ke dalam golongan yang dianugerahi nikmat Allah; yaitu nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid dan shaleh-shaleh. Jika kata “ma’a” dalam Surah An-Nisa ayat 70 ini diartikan “beserta” atau “bersama-sama”, maka seluruh kalimat dalam ayat tersebut akan berarti bahwa umat Islam yang ta’at kepada Allah dan Rasulullah saw hanya akan “beserta” atau “bersama-sama” nabi-nabi (bukan menjadi nabi), “beserta” atau “bersama-sama” shiddiq-shiddiq (bukan menjadi shiddiq), “beserta” atau “bersama-sama” syahid-syahid (bukan menjadi syahid) dan “beserta” atau “bersama-sama” shaleh-shaleh (bukan menjadi shaleh). Penafsiran tersebut keliru karena sejarah membuktikan bahwa dalam Islam banyak orang-orang yang sudah menjadi shiddiq-shiddiq, menjadi syahid-syahid dan menjadi shaleh-shaleh, bukan hanya orang-orang yang sekedar beserta shiddiq-shiddiq, beserta syahid-syahid dan beserta shaleh-shaleh saja. ‘Alamah Abu Hayyan berkata:”Dan jika kata ‘minannabiyyin’ (dari nabi-nabi) dihubungkan dengan kata ‘wa man’yuthi’illaha warrasula’ (dan barangsiapa ta’at kepada Allah dan Rasul ini), maka kata minannabiyyin itu adalah tafsir (penjelasan) dari kata ‘wa man’yuthi’illaha warrasula’ (barangsiapa ta’at kepada Allah dan Rasul ini). Oleh karena itu, dengan susunan seperti ini sudah pasti akan ada nabi-nabi pada masa Rasulullah saw atau sesudah beliau saw yang menta’ati beliau saw” (Bahrul Muhith, Jilid III, hal 247). Dengan kata lain, ayat ini menegaskan bahwa pintu kenabian setelah Nabi Muhammad saw masih terbuka lebar bagi umat Islam yang ta’at kepada Allah dan Rasulullah saw. Itulah Shirathal Mustaqim atau Jalan Lurus Hakiki.

    Udah dijawab di blog ini tuch, baik ayat maupun hadits-haditsnya 😀
    Allah berfirman: “Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?” (QS.15:32)
    Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti (QS.3:193)
    Memang disitu artinya bersama-sama dan bukan termasuk 😀
    ini pembandingnya…dari kemarin menghindar terus dari ayat2 dibawah ini:
    Al-Baqarah ayat 153:
    “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”.
    Surat An Nahl ayat 128:
    “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan”
    Surat Al Anfaal ayat 46:
    “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”.

    Apakah itu mau kita pahami “Allah” itu termasuk orang-orang yang bertaqwa?
    Apakah itu mau kita pahami “Allah” itu termasuk orang-orang yang bertaqwa?
    Apakah itu mau kita pahami “Orang-orang yang sabar” itu menjadi Allah?
    Apakah itu mau kita pahami “Orang-orang yang sabar” itu termasuk Allah?

    “Seorang pedagang yang jujur dan terpercaya akan bersama para nabi, orang-orang shiddiq dan para syuhada” (At-Tirmidzi, Ad-Darimi, Ad-Daruquthni dan At-Tibrizi)

    Apakah arti hadits ini pedagang yang jujur dan terpercaya menjadi/termasuk nabi? Berapa banyak orang dari kalangan para pedagang yang telah menjadi nabi dengan cara jujur dan amanah?

    COBA DIJAWAB YA…..agar pengertian Ma’a = menjadi/termasuk benar berdasarkan Al-Qur’an dan hadits?
    Apapun bukti yang Anda berikan, sudah dipatahkan oleh Nabi Anda sendiri dan Tulisan khalifah Anda Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang terkakhir

    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).

    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204

    Ceritanya doktrin makan tuan 😀

  20. Ayat Kedelapan:
    يٰۤاَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبٰتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًـا‌ؕ اِنِّىْ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌؕ‏
    “Hai rasul-rasul, makanlah makanan yang baik dan berbuatlah amal shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui segala yang kamu perbuat.” (QS Al Mu’minun).

    Penjelasan:
    Di dalam ayat ini kata “ar-rusul” mengisyaratkan bahwa sesudah Nabi Muhammad Rasulullah saw akan datang rasul-rasul lain yang memakan makanan yang baik dan beramal shaleh.

    Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. 23:51)
    Allah memerintahkan kepada setiap Nabi, supaya makan rezeki yang halal dan baik yang dikaruniakan Allah kepadanya dan sekali-kali tidak dibolehkan dia memakan harta yang haram dan supaya dia selalu mengerjakan perbuatan yang baik dan menjauhi perbuatan yang keji dan mungkar. Nabi-nabi itulah orang-orang yang pertama-tama yang harus mematuhi perintah Allah, karena mereka akan menjadi contoh teladan bagi umat dimana mereka diutus untuk menyampaikan risalah Tuhannya. Perintah ini walaupun hanya ditunjukkan kepada Nabi-nabi, tetapi ia berlaku pula terhadap umat mereka tanpa kecuali karena para Nabi itu adalah menjadi panutan bagi umatnya kecuali dalam beberapa hal yang sudah dikhususkan untuk para Nabi itu saja. karena tidak sesuai untuk diwajibkan pula kepada umatnya. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:

    أيها الناس! إن الله طيب لا يقبل إلا طيبا وإن الله تعالى أمر المؤمنين بما أمر به المرسلين.
    Artinya:
    Hai Manusia, Sesungguhnya Allah Taala adalah baik, Dia tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah Taala memerintahkan kepada orang-orang yang beriman apa yang diperintahkan-Nya kepada Rasul-rasul-Nya. (H.R. Muslim dan Tirmizi dari Abu Hurairah)
    Maka Rasulullah saw membaca ayat ini. Kemudian Rasulullah saw membaca lagi ayat:

    يا أيها الذين آمنوا كلوا من طيبات ما رزقناكم
    Artinya:
    Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu. (Q.S. Al Baqarah: 172)
    Kemudian Nabi menerangkan keadaan seorang laki-laki yang telah melakukan perjalanan panjang (lama), rambutnya penuh debu, makanannya dari yang haram, minumannya dari yang haram dan pakaiannya dari yang haram pula. Laki-laki itu berkata sambil menadahkan tangan ke langit. “Ya Tuhanku! Ya Tuhanku! Bagaimanakah doanya itu akan terkabul?
    Pada ayat ini Allah mendahulukan perintah memakan makanan yang baik-baik baru beramal saleh, ini berarti amal yang saleh itu tidak akan diterima oleh Allah kecuali bila orang yang mengerjakannya memakan harta yang halal dan baik dan menjauhi harta yang haram. Menurut riwayat yang diterima dari Rasulullah beliau pernah bersabda:

    إن الله تعالى لا يقبل عبادة من في جوفه لقمة من حرام وصح أيضا أيما لحم نبت من سحت فالنار أولى به.
    Artinya:
    Sesungguhnya Allah tidak menerima ibadat orang yang dalam perutnya terdapat sesuap makanan yang haram. Dan diriwayatkan pula bahwa Nabi saw bersabda, “setiap daging yang tumbuh dari makanan yang haram maka neraka lebih berhak membakarnya”. (H.R. Muslim dan Tirmizi)
    Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, lbnu Abi Hatim dan lbnu Mardawaih dan Ummi Abdillah saudara perempuan Syaddad bin Aus ra bahwa Ummi Abdillah ini pernah mengirimkan seteko susu kepada Rasulullah untuk berbuka puasa. Susu itu ditolak oleh Rasulullah dan beliau menyuruh pembawa susu itu kembali dan menanyakan kepadanya dari mana susu itu didapatnya. Ummi Abdillah menjawab itu adalah susu kambingku sendiri. Kemudian susu itu ditolak lagi dan pesuruh Ummi Abdillah disuruh lagi menanyakan dari mana kambing itu didapat. Ummi Abdillah menjawab itu adalah kambing yang aku beli sendiri dengan uangku sendiri. Kemudian barulah Rasulullah menerima susu itu.
    Keesokan harinya Ummi Abdillah datang menemui Rasulullah menanyakan kepada beliau mengapa ia menolak susu itu, pada mulanya. Rasulullah menjawab: Para Rasul diperintahkan supaya jangan memakan kecuali yang baik-baik dan jangan berbuat sesuatu kecuali yang baik-baik. Demikianlah perintah Allah kepada para Rasul-Nya yang harus dipatuhi oleh umat manusia karena Allah Maha Mengetahui amal perbuatan manusia, tak ada satupun yang bersembunyi bagi-Nya. Dia akan membalas perbuatan yang baik dengan berlipat ganda dan perbuatan jahat dengan balasan yang setimpal.
    Belum membuktikan adanya Nabi dengan ayat ini 😀
    Apapun bukti yang Anda berikan, sudah dipatahkan oleh Nabi Anda sendiri dan Tulisan khalifah Anda Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang terkakhir

    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).

    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204

    Ceritanya doktrin makan tuan 😀

  21. Ayat Kesembilan:
    مَّنِ اهْتَدٰى فَاِنَّمَا يَهْتَدِىْ لِنَفْسِهٖ‌ۚ وَمَنْ ضَلَّ فَاِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا‌ؕ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰى‌ؕ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِيْنَ حَتّٰى نَبْعَثَ رَسُوْلاً‏
    “Barangsiapa telah menerima petunjuk, maka sesungguhnya petunjuk itu untuk dirinya, dan barangsiapa sesat, maka kesesatan itu hanya atas dirinya. Dan tiada pemikul beban akan memikul beban orang lain. Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengirimkan seorang rasul.” (QS Bani Israil: 16).

    Penjelasan:
    Ayat ini menegaskan bahwa sebelum azab dijatuhkan kepada umat manusia, Allah pasti akan mengirimkan seorang rasul. Ayat ini sengaja oleh Allah Yang Maha Adil diturunkan agar pada saat azab tiba manusia tidak mengeluh/komplain sebagai Al Qur’an mengisyaratkan:
    رَبَّنَا لَوْلَاۤ اَرْسَلْتَ اِلَـيْنَا رَسُوْلاً فَنَتَّبِعَ اٰيٰتِكَ مِنْ قَبْلِ اَنْ نَّذِلَّ وَنَخْزٰى‏
    “Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau kirimkan kapda kami, seorang rasul supaya kami mengikuti Ayat-ayat Engkau sebelum kami direndahkan dan dihinakan” (QS Tha ha: 135).

    Dalam ayat lain Allah Ta’ala befirman:
    وَاِنْ مِّنْ قَرْيَةٍ اِلَّا نَحْنُ مُهْلِكُوْهَا قَبْلَ يَوْمِ الْقِيٰمَةِ اَوْ مُعَذِّبُوْهَا عَذَابًا شَدِيْدًا‌ؕ كَانَ ذٰلِكَ فِىْ الْـكِتٰبِ مَسْطُوْرًا‏
    “Dan tiada suatu negeri pun melainkan Kami menghancurkannya sebelum Hari Kiamat, atau mengazabnya dengan azab yang sangat keras. Adalah hal itu telah terulis dalam Kitab.” (QS Bani Israil: 59).

    Dari Surah Bani Israil ayat 16 dan 59, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa nabi-nabi / rasul-rasul sebelum Hari Kiamat bukan saja hanya mungkin, tetapi pasti akan diturunkan oleh Allah Ta’ala.

    Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.(QS. 17:15)
    Allah SWT menegaskan bahwa barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah Allah, yaitu orang-orang yang melaksanakan perintah perintah Nya dan menjauhi larangan-larangan Nya sesuai dengan tuntunan Rasul, maka berarti dia telah berbuat sesuatu yang menyelamatkan dirinya sendiri; karena ia akan menemui catatan-catatan tentang amal perbuatan baiknya di dalam kitab itu. Ia akan merasa berbahagia karena akan mendapatkan keridaan Allah, dan akan menerima imbalan yang berlimpah-limpah, yaitu surga dan yang serba menyenangkan. Akan tetapi barang siapa yang sesat, yaitu orang yang menyimpang dari bimbingan Alquran, dan menyesatkan dirinya sendiri sehingga ia mengalami kerugian. Ia akan menemui catatan-catatan tentang amal perbuatan buruknya di dalam kitab itu. Ia akan merasakan penyesalan yang tidak ada gunanya lagi, karena mereka itu akan dimasukkan ke dalam neraka, sebagai imbalan yang pantas baginya.
    Sesudah itu Allah SWT menegaskan bahwa pada hari itu seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, maksudnya tiap-tiap orang bertanggung jawab terhadap perbuatan buruknya sendiri, sehingga tidak mungkin seorang dibebani dosa selain dosanya sendiri. Dan mereka akan menerima balasan amalnya sesuai dengan berat ringannya kejahatan sendiri-sendiri.
    Dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Walid bin Mugirah ketika ia berkata: “Ingkarilah Muhammad dan sayalah yang menanggung dosamu”.
    Dan apabila ada seorang yang disiksa karena menyesatkan orang lain, sehingga kepadanya dijatuhi hukuman yang pantas bagi orang yang disesatkan di samping dosanya sendiri, bukanlah berarti orang yang menyesatkan itu menanggung dosa orang yang disesatkan akan tetapi orang yang menyesatkan itu dianggap berdosa karena menyesatkan orang yang disesatkan itu. Oleh sebab itu ia dikenakan siksaan sesuai dengan dosanya sendiri, dan ditambah dengan dosa menyesatkan orang lain.
    Allah SWT berfirman:

    لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْم
    Artinya:
    (Ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). (Q.S. An Nahl: 25)
    Dan firman Allah lagi:

    وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالًا مَعَ أَثْقَالِهِمْ
    Artinya:
    Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri. (Q.S. Al Ankabut: 13)
    Di akhir ayat Allah SWT menyebutkan bahwa Allah tidak akan mengazab sebelum Dia mengutus seorang Rasul. Maksudnya Allah tidak akan membebankan hukuman kepada orang-orang yang melakukan sesuatu perbuatan terkecuali setelah Allah mengutus seorang Rasul untuk membacakan dan menerangkan ketentuan hukumannya. Dengan demikian ayat ini dipandang sebagai asas legalitas dalam pidana Islam. Artinya semua perbuatan yang diancam dengan hukuman haruslah terlebih dahulu diundangkan melalui sarana perundang-undangan yang dapat menjamin bahwa peraturan ini dapat diketahui oleh seluruh rakyat.
    Kecuali ayat ini mengandung maksud pula bahwa Allah tidak akan membinasakan umat karena dosanya, sebelum Dia mengutus seorang utusan yang memberi peringatan dan menyampaikan syariat Allah kepada mereka dan memberi peringatan apa yang akan dilakukan terhadap mereka, dan memberi ancaman jika mereka membangkang dan tetap dalam pembangkangannya.
    Allah SWT berfirman:

    تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ (8) قَالُوا بَلَى قَدْ جَاءَنَا نَذِيرٌ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ كَبِيرٍ (9)
    Artinya:
    Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir) penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: “Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan ?”. Mereka menjawab: “Benar ada, sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan (nya) dan kami katakan: “Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar”.
    (Q.S. Al-Mulk: 8-9)
    Dan firman Nya lagi:

    أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ
    Artinya:
    Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?. Maka rasakanlah (azab Kami). Dan tidak ada bagi yang lalim seorang penolongpun. (Q.S. Fatir: 37)
    Jadi Barang siapa berbuat sesuai dengan hidayah Allah, maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk keselamatan dirinya) karena pahala hidayahnya itu dia sendirilah yang memetiknya (dan barang siapa yang sesat, maka sesungguhnya dia tersesat bagi kerugian dirinya sendiri) karena sesungguhnya dia sendirilah yang menanggung dosa sesatnya itu. (Dan tidak dapat menanggung) seseorang (yang berdosa) pelaku dosa; artinya ia tidak dapat menanggung (dosa) orang (lain, dan Kami tidak akan mengazab) seorang pun (sebelum Kami mengutus seorang rasul) yang menjelaskan kepadanya apa yang seharusnya ia lakukan.
    Ga terbukti tuch akan datangnya Nabi baru dengan ayat ini 😀

    Berkaitan dengan Azab Ilahi ini, saya ingin memberi contoh satu negara yang pemerintahnya, semenjak dipimpin oleh Zulfikat Ali Butho, Jenderal Zia-ul-Haq hingga sekarang, dan mayoritas rakyatnya banyak yang tidak bersyukur, dan bahkan menolak Nikmat Allah (Imam Mahdi & Masih Mau’ud as), pendiri Jemaat Ahmadiyah yang pusatnya ada di Rabwah, Pakistan. Karena mereka tidak menta’ati Allah Ta’ala & Rasul-Nya (Qs Ibrahim 8), bahkan terus-menerus menganiaya para anggota Jemaat Ahmadiyah di Pakistan dan terakhir yang terbesar pada tanggal 28 Mei 2010, terjadi penyerangan brutal ke dua masjid Jemaat Ahmadiyah di Lahore, akibatnya mereka mengalami hal ini:
    http://english.aljazeera.net/photo_galleries/centralsasia/201089161838709557.html

    http://edition.cnn.com/interactive/2010/08/world/gallery.large.pakistan.flood/aug.24.html?hpt=T1

    http://english.aljazeera.net/photo_galleries/centralsasia/20108371023189527.html

    http://edition.cnn.com/2010/WORLD/asiapcf/08/26/pakistan.floods/index.html?hpt=T1#fbid=NOhJH-7R9ZA&wom=false

    http://english.aljazeera.net/focus/floodofmisery/

    Walaupun keadaan Pakistan seperti dalam websites tersebut diatas yang bisa anda browsing, tetapi melalui Humanity First para anggota Jemaat Ahmadiyah di luar Pakistan berusaha semampu mungkin untuk menolong saudara-saudara se-bangsa dan se-tanah-air mereka di Pakistan, seperti dapat kita bisa lihat di website ini:
    http://www.humanityfirst.ca/

    hee…heee…cerita soal zia ul-haq katanya akibat mubahalah padahal zia ul-haq tidak pernah bermubahalah dengan khalifah Anda. Seperti Anda ini Allah saja seperti tahu itu akibat telah berbuat sesuatu terhadap Ahmadiyah. Yang mati dalam pesawat itu bukan hanya Zia-ulhaq saja Pak. Ada korban lainnya. Dan korban lainnya ini apa Ada hubungannya dengan Ahmadiyah menurut Anda? 😀
    Apakah suatu ketika ini terjadi pada Umat Kristen, apakah itu berarti Agama kristen adalah Agama yang benar? Coba dijawab?

    Point 3: Sudah saya katakan sebelumnya bahwa Sdr. Imam akan mendapat kesulitan untuk memahami Tafsir Surah Az-Zukhruf 58 karena terdapat berbagai dimensi yang terkandung di dalamnya. Namun, Sdr. Imam akan mudah memahaminya apabila bisa menjawab pertanyaan berikut agar saya memahami posisi Sdr. Imam:
    (1) Apakah Nabi Isa as sudah wafat / masih hidup?
    (2) Apakah Nabi Isa as akan kembali lagi ke dunia?
    Harap dua pertanyaan tersebut dijawab berdasarkan Al Qur’an dan/atau Hadits. Wassalam.

    haaaa…haahaaa ga nyambunglah pendakwaan Ghulam Ahmad dengan Surat Az-zukhruf 58, malah membuktikan MGA adalah Nabi palsu dengan ayat ini 😀
    Banyak tuch pertanyaan dari teman2 yang tidak bisa dijawab oleh Anda…..molor terus jawabannya. Pertanyaannya yang Anda ajukan tidak membuat mata kaum berubah bahwa Ghulam Ahmad adalah Nabi palsu. Nanyanya saja soal Isa saja, pendakwaan lainnya saja sudah nyerah. Banyak lho pendakwaan Ghulam Ahmad 😀 Jadi untuk apa Anda beriman dengan ghulam Ahmad kalau pemdakwaannya menyimpang dari Al-Qur’an. Tuch khan taatnya non Ahmadi karena modalnya taat kepada Al-Qur’an sedangkan Anda terbuai oleh pendakwaan ghulam, bukan dari Al-qru’an 😀
    Makin sia-sia dech Anda menjawab karena sudah dipatahkan oleh tulisan Ahmadiyah sendiri.

    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).

    Namun Ahmad (Muhammad saw) paling bersinar dari semua.

    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204

  22. Intinya semua dalil sinar galih dipatahkan oleh dalil dari Ahmadiyah sendiri:

    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).

    Namun Ahmad (Muhammad saw) paling bersinar dari semua.

    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204

  23. Membaca jawaban “Netral”, saya idem saja. Itupun apa yg ditulis Pak Sinar galih terbantahkan oleh Pihak Ahmadiyah sesuai bukti dr “Netral” yg tertulis:

    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).“

    Namun Ahmad (Muhammad saw) paling bersinar dari semua.

    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204

  24. Betul kata `Netral` & `Imam`, dalil kenabian sudah dipatahkan oleh ahmadiyah dlm kutipan buku da`watul amir. Benar pula kata `Netral` lagi `Doktrin makan tuan` :mrgreen:

  25. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمـٰنِ الرَّحِيمِ
    Assalamu’alaikum,
    Semua jawaban Netral yang diamini oleh Imam & Hari tidak menjawab “Pintu Kenabian Masih Terbuka” dan bermuara kepada apa yang disebut “Doktrin Makan Tuan”:

    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).“
    Namun Ahmad (Muhammad saw) paling bersinar dari semua.
    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204

    Sebetulnya itu syair karya Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (Imam Mahdi & Masih Mau’ud) as untuk menegakkan kembali martabat dan kehormatan para nabi dari hujatan-hujatan para penentang mereka. Di dalam syair itu yang harus dipahami adalah “syariat”nya bukan “nabi”nya, karena tidak ada kata nabi dalam syair tersebut:

    diantaranya, yang pertama (syari’at ) Adam dan terakhir (syari’at) Ahmad (Muhammad saw).“
    Namun Ahmad (Muhammad saw) paling bersinar dari semua. JADI KALAU BEGINI BUKAN DOKTRIN MAKAN TUAN KAN?

    Nah, coba kalian jawab pertanyaan-pertanyaan ini:
    (1) Apakah Nabi Isa as sudah wafat / masih hidup?
    (2) Apakah Nabi Isa as akan kembali lagi ke dunia?
    Harap dua pertanyaan tersebut dijawab berdasarkan Al Qur’an dan/atau Hadits.

    Kewajiban saya sebagai umat Islam hanyalah menyampaikan sesuai perintah Allah dan Nabi Muhammad saw, tidak boleh memaksa karena tidak ada paksaan dalam agama Islam dan tidak menggunakan kata-kata kasar, tetapi harus menggunakan bahasa yang santun dan hikmah. Negara dan mayoritas penduduk Pakistan telah berbuat aniaya terhadap Jemaat Ahmadiyah dan mereka sedang mendapatkan buahnya. Apakah kalian akan membiarkan NKRI seperti Pakistan? Ooooh nooooo.
    Wassalam.

  26. Assalamu’alaikum,
    Semua jawaban Netral yang diamini oleh Imam & Hari tidak menjawab “Pintu Kenabian Masih Terbuka” dan bermuara kepada apa yang disebut “Doktrin Makan Tuan”:

    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).“
    Namun Ahmad (Muhammad saw) paling bersinar dari semua.
    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204

    Sebetulnya itu syair karya Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (Imam Mahdi & Masih Mau’ud) as untuk menegakkan kembali martabat dan kehormatan para nabi dari hujatan-hujatan para penentang mereka. Di dalam syair itu yang harus dipahami adalah “syariat”nya bukan “nabi”nya, karena tidak ada kata nabi dalam syair tersebut:

    diantaranya, yang pertama (syari’at ) Adam dan terakhir (syari’at) Ahmad (Muhammad saw).“
    Namun Ahmad (Muhammad saw) paling bersinar dari semua. JADI KALAU BEGINI BUKAN DOKTRIN MAKAN TUAN KAN?

    Wa alaikum Salam
    Anda ini seperti Anak TK saja yang belum bisa menerjemahkan sebuah kalimat. Meskipun itu syair sudah dengan jelas mengatakan (Ahmad) Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi Terakhir. Dalam syair tsb memberikan penjelasan bahwa kata “TERAKHIR AHMAD (MUHAMMAD SAW)”. Artinya menunjukkan bahwa Nabi muhammad adalah Nabi yang terakhir 😀 Kamu pernah sekaloh ga sich 😀 Saran saya jika ingin mencari kebenaran, Anda harus siap dengan ikhlas menerima kebenaran tersebut. Bagaimana Anda bisa mendapatkan jalan yang lurus sedangkan kebenaran itu Anda dustakan 😀 Apa tidak malu dibaca pembaca dengan sikap Anda yang berusaha mendustakan kebenaran. Belajar dulu dech menerima sikap ikhlas dan jujur. Jangan menganggap pasti benar perkataan Manusia seperti Ghulam Ahmad sehingga bisa membuat Anda mempertuhankannya. Lebih Baik Percaya kepada Al-qur’an, dijamin kebenarannya daripada meanggap benar perkataan manusia sehingga membuat Anda tidak taat kepada Allah dan Rasulullah SAW.

    Jadi kesimpulannya masih “DOKTRIN MAKAN TUAN” 😀

    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).

    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204

    Masak sich ga pinter2 membaca sebuah kalimat 😀

    Nah, coba kalian jawab pertanyaan-pertanyaan ini:
    (1) Apakah Nabi Isa as sudah wafat / masih hidup?
    (2) Apakah Nabi Isa as akan kembali lagi ke dunia?
    Harap dua pertanyaan tersebut dijawab berdasarkan Al Qur’an dan/atau Hadits.

    Kewajiban saya sebagai umat Islam hanyalah menyampaikan sesuai perintah Allah dan Nabi Muhammad saw, tidak boleh memaksa karena tidak ada paksaan dalam agama Islam dan tidak menggunakan kata-kata kasar, tetapi harus menggunakan bahasa yang santun dan hikmah. Negara dan mayoritas penduduk Pakistan telah berbuat aniaya terhadap Jemaat Ahmadiyah dan mereka sedang mendapatkan buahnya. Apakah kalian akan membiarkan NKRI seperti Pakistan? Ooooh nooooo.
    Wassalam.

    Wakakakakaa…. pertanyaanmu sampai detik ini mentok sampai disitu saja ya. Padahal pendakwaan Ghulam Ahmad banyak sekali 😀 Sudah kalah telak toch Ahmadi berdisuksi dengan non Ahmadi karena mentok sampai disitu saja doktrin Ahmadiyah. Tidak ada contekannya khan doktrin-doktrin Ahmadiyah yang memberikan ayat-ayat Al-Qur’an perihal pendakwaan ghulam Ahmad yang bermacam-macam 😀
    Sudah jelas tuch Anda belum yakin dgn pendakwaan Ghulam Ahmad lainnya selain Mahdi. Jadi kenapa Anda sampai sekarang mengimani Ghulam Ahmad kalau tidak begitu yakin dan tidak bisa menunjukkan Dalil Al-Qur’an pendakwaan Ghulam Ahmad. Berarti Anda tidak taat kepada Allah dong karena di Al-Qur’an Anda tidak bisa menemui pendakwaan ghulam Ahmad tersebut. Jadi inilah bukti non Ahmadi lebih taat kepada Allah daripada Ahmadiyah.
    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).

    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204

    Jadi Apapun bukti yang Anda berikan, sudah dipatahkan oleh Nabi Anda sendiri bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang terkahir

    Jadi Ceritanya masih doktrin makan tuan 😀

  27. سْمِ اللهِ الرَّحْمـٰنِ الرَّحِيمِ
    Assalamu’alaikum,
    SAYA ULANGI YAH.
    Semua jawaban Netral yang diamini oleh Imam & Hari tidak menjawab sembilan ayat suci Al Qur’an yang mengisyaratkan bahwa “Pintu Kenabian Masih Terbuka”, karena jawaban-jawabannya out-of-context dan bermuara kepada apa yang disebut “Doktrin Makan Tuan”:

    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).“
    Namun Ahmad (Muhammad saw) paling bersinar dari semua.
    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204

    Sebetulnya itu syair karya Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (Imam Mahdi & Masih Mau’ud) as untuk menegakkan kembali martabat dan kehormatan para nabi dari hujatan-hujatan para penentang mereka. Di dalam syair itu yang harus dipahami adalah “syariat”nya bukan “nabi”nya, karena tidak ada kata “nabi” di dalam syair tersebut:

    diantaranya, yang pertama (syari’at ) Adam dan terakhir (syari’at) Ahmad (Muhammad saw).“
    Namun Ahmad (Muhammad saw) paling bersinar dari semua, inilah yang disebut dengan Khataman Nabiyyin.
    JADI KALAU BEGINI BUKAN DOKTRIN MAKAN TUAN KAN?

    Nah, coba kalian jawab pertanyaan-pertanyaan ini:
    (1) Apakah Nabi Isa as sudah wafat / masih hidup?
    (2) Apakah Nabi Isa as akan kembali lagi ke dunia?
    Harap dua pertanyaan tersebut dijawab berdasarkan Al Qur’an dan/atau Hadits.
    PERTANYAAN INI SAYA SAMPAIKAN UNTUK YANG KE EMPAT KALINYA, KALAU TIDAK ADA YANG MAU MENJAWAB BERARTI KALIAN SUDAH MENOLAK KHAZANAH ILMU ILAHI YANG TERKANDUNG DI DALAM SURAH AZ-ZUKHRUF 58, KARENA DENGAN KESIMPULAN “BASMALLAH” YANG KELIRU, MEMBUAT KALIAN TIDAK PUNYA AKSES UNTUK MENDAPATKAN KHAZANAH ILMU ILAHI DIMAKSUD.

    Kewajiban saya sebagai umat Islam hanyalah menyampaikan sesuai perintah Allah dan Rasul-Nya, dan Allah melarang saya untuk memaksa, karena tidak ada paksaan dalam agama Islam (Al Baqarah: 157) sebagaimana Allah juga melarang kalian untuk memaksa keyakinan saya, apalagi dengan menggunakan kata-kata kasar yang sama sekali tidak diajarkan oleh Allah dan Nabi Muhammad saw.
    Wassalam.

  28. haaa…haaa keliatan Anda masih ga ngerti kalimat tersebut. Siapa lagi yang bergelar SAW kalau bukan Nabi Muhammad SAW. Memang kamu belum pernah ngerti kalau Nabi Muhammad bergelar SAW?

    Masih doktrin makan tuan tuch 😀

    Nah, coba kalian jawab pertanyaan-pertanyaan ini:
    (1) Apakah Nabi Isa as sudah wafat / masih hidup?
    (2) Apakah Nabi Isa as akan kembali lagi ke dunia?
    Harap dua pertanyaan tersebut dijawab berdasarkan Al Qur’an dan/atau Hadits.
    PERTANYAAN INI SAYA SAMPAIKAN UNTUK YANG KE EMPAT KALINYA, KALAU TIDAK ADA YANG MAU MENJAWAB BERARTI KALIAN SUDAH MENOLAK KHAZANAH ILMU ILAHI YANG TERKANDUNG DI DALAM SURAH AZ-ZUKHRUF 58, KARENA DENGAN KESIMPULAN “BASMALLAH” YANG KELIRU, MEMBUAT KALIAN TIDAK PUNYA AKSES UNTUK MENDAPATKAN KHAZANAH ILMU ILAHI DIMAKSUD.

    Kewajiban saya sebagai umat Islam hanyalah menyampaikan sesuai perintah Allah dan Rasul-Nya, dan Allah melarang saya untuk memaksa, karena tidak ada paksaan dalam agama Islam (Al Baqarah: 157) sebagaimana Allah juga melarang kalian untuk memaksa keyakinan saya, apalagi dengan menggunakan kata-kata kasar yang sama sekali tidak diajarkan oleh Allah dan Nabi Muhammad saw.
    Wassalam.

    haaa…haaa masih pertanyaan basi lagi ya. Bilang saja kalau Isa sudah wafat dan Manusia seperti Isa akan datang. gitu aja koq repot. Memangnya saya ga tau doktrin2 Ahmadiyah.
    Pertanyaanmu itu saja belum bisa membenarkan Pendakwaan Ghulam Ahmad yang bermacam-macam 😀
    Tidak usah mempertuhankan manusia dech dengan menganggap benar pendakwaan seseorang. Pertuhankanlah Allah dengan mencari kebenaran di Al-Qur’an.

    Apapun bukti yang Anda berikan, sudah dipatahkan oleh Nabi Anda sendiri dan Tulisan khalifah Anda Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang terkakhir

    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).

    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204

    Ceritanya doktrin makan tuan 😀

  29. سْمِ اللهِ الرَّحْمـٰنِ الرَّحِيمِ
    Assalamu’alaikum,

    Netral menulis;
    ……… Bilang saja kalau Isa sudah wafat dan Manusia seperti Isa akan datang… . Memangnya saya ga tau doktrin2 Ahmadiyah.

    NAH BEGITU DONG NGAKU, JADI SAYA TIDAK USAH MENERANGKAN LAGI, JADI TAFSIR AZ-ZUKHRUF 58 YANG DITULIS JEMAAT AHMADIYAH SUDAH BENAR.

    KALAU DOKTRIN MAKAN TUAN, ITU MAH SUDAH SAYA JAWAB DENGAN TEPAT, TINGGAL PIKIRKAN SENDIRI, KARENA SAYA TIDAK MAU MASUK KE DALAM DEBAT KUSIR, TIDAK MAU MEMBUAT SESEORANG TERPOJOK DAN TIDAK MAU MEMAKSA.

    Wassalam.

  30. Assalamu’alaikum,

    Netral menulis;
    ……… Bilang saja kalau Isa sudah wafat dan Manusia seperti Isa akan datang… . Memangnya saya ga tau doktrin2 Ahmadiyah.

    NAH BEGITU DONG NGAKU, JADI SAYA TIDAK USAH MENERANGKAN LAGI, JADI TAFSIR AZ-ZUKHRUF 58 YANG DITULIS JEMAAT AHMADIYAH SUDAH BENAR.

    KALAU DOKTRIN MAKAN TUAN, ITU MAH SUDAH SAYA JAWAB DENGAN TEPAT, TINGGAL PIKIRKAN SENDIRI, KARENA SAYA TIDAK MAU MASUK KE DALAM DEBAT KUSIR, TIDAK MAU MEMBUAT SESEORANG TERPOJOK DAN TIDAK MAU MEMAKSA.

    Wassalam.

    hee…heee terlalu ke GE ER an…. Ayat tersebut mana ada menyebut manusia seperti Isa. Sedangkan perumpamaannya sebagai tuhan….Apa ghulam ahmad itu tuhan? 😀
    Malah terpatahkan tulisan Anda sendiri di tafsir Al-jumu’ah:

    Penjelasan sinar galih:
    Ayat ini mengacu pada karunia Allah yang dianugerahkan kepada orang-orang bernasib baik yang di antara mereka Rasulullah saw akan dibangkitkan untuk yang kedua kalinya dalam wujud salah seorang pengikut beliau saw, Al Masih yang Dijanjikan (Masih Mau’ud /Imam Mahdi) as. Dan, kalau Allah Ta’ala sudah berkehendak, Allah katakan jadi maka jadilah.
    Wassalam,

    Memangnya pada ayat tersebut orang dijadikan perumpamaan adalah Rasulullah SAW? 😀
    Coba dech saya mau tahu sifat2 ghulam ahmad yang seperti Nabi Isa dan Nabi Muhammad seperti apa sich? 😀

  31. سْمِ اللهِ الرَّحْمـٰنِ الرَّحِيمِ
    Assalamu’alaikum,
    Rasulullah saw bersabda:”Orang yang hidup diantara kalian segera akan berjumpa dengan Isa Ibnu Maryam yang jadi Imam Mahdi dan Hakim yang adil, memecahkan salib, membunuh babi, menghapuskan jizyah dan menghentikan peperangan” (Musnad Ahmad bin Hambal/ Juz II hal 411 /No.9343/dar al-kutub al-‘ilmiyah/Beirut-Libanon/1993M).

    Silahkan baca dan simpulkan sendiri, saya lagi malas diskusi dengan orang yang dipenuhi kebencian kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (Imam Mahdi & Masih Mau’ud) as. Wassalam.

  32. Assalamu’alaikum,
    Rasulullah saw bersabda:”Orang yang hidup diantara kalian segera akan berjumpa dengan Isa Ibnu Maryam yang jadi Imam Mahdi dan Hakim yang adil, memecahkan salib, membunuh babi, menghapuskan jizyah dan menghentikan peperangan” (Musnad Ahmad bin Hambal/ Juz II hal 411 /No.9343/dar al-kutub al-’ilmiyah/Beirut-Libanon/1993M).

    Silahkan baca dan simpulkan sendiri, saya lagi malas diskusi dengan orang yang dipenuhi kebencian kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (Imam Mahdi & Masih Mau’ud) as. Wassalam.

    Wa alaikum salam
    Malu ni yee karena tulisan yang dibawakannya tidak bisa membuktikan pedakwaan MGA 😀 Hanya orang yang lemah berpikir saja yang menganggap apa yang ditulisnya sudah bisa membuktikan pendakwaan MGA 😀
    MALU Ya lihat lampirannya 😀
    Bilang saja kalau MALU 😀
    wassalam

  33. سْمِ اللهِ الرَّحْمـٰنِ الرَّحِيمِ
    Assalamu’alaikum,
    Pakar Debat Kusir menulis:
    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).“
    Namun Ahmad (Muhammad saw) paling bersinar dari semua.

    Sinar Galih menjawab:
    Allah Ta’ala telah mengutus Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as sebagai Imam Mahdi & Masih Mau’ud dan Nabi/Rasul yang memperkuat syari’at Nabi Muhammad saw, tidak mungkin beliau as menulis seperti itu KECUALI DENGAN MAKSUD:
    diantaranya, yang pertama (syari’at) Adam dan terakhir (syari’at) Ahmad (Muhammad saw), atau
    diantaranya, Adam (Nabi Yang Membawa Syari’at Pertama) dan Ahmad (Muhammad saw) (Nabi Yang Membawa Syari’at Terakhir dan Sempurna).

    Namun Ahmad (Muhammad saw) paling bersinar dari semua (Nah ini lah arti Khataman-Nabiyyin atau “Bintangnya Para Nabi”).

    Karena yang menulis sya’ir itu adalah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, maka kalimat:
    “Namun Ahmad (Muhammad saw)”
    khusus hanya ditujukan kepada Nabi Muhammad Rasulullah saw saja, bukan kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as.

    Ssssst, jangan cemburu yah, Jemaat Islam Ahmadiyah telah sukses mengadakan Jalsah Salanah Deutschland 2010 loh. Penasaran, silahkan browse: http://www.jalsasalana.de/2010/

    Wassalam.

  34. To sinar Galih:

    sudah terbantah oleh perkataan MGA 😀

    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).“

    Namun Ahmad (Muhammad saw) paling bersinar dari semua.

    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204

    Jadi tidak ada yang perlu dicemburui dengan Aliran Sesat 😀

  35. سْمِ اللهِ الرَّحْمـٰنِ الرَّحِيمِ
    Assalamu’alaikum,
    You have no more idea to argue, haven’t you? If that is the case, then please behave like a muslim as taught by The Holy Prophet pbuh. And, please obey Allah and The Holy Prophet pbuh, then you will gain a peaceful life, because Islam means peace, purity, submission and obedience, as you can read on the followings: http://www.alislam.org/islam/

    After reading the above, you can also browse our Worldwide Islamic Da’wah Activities on the following website: http://www.mta.tv/

    Wassalam.

  36. سْمِ اللهِ الرَّحْمـٰنِ الرَّحِيمِ
    Assalamu’alaikum,
    http://www.ahmadiyya.org.au/ mengucapkan:
    EID MUBARAK 1 SYAWAL 1431H
    MAAF LAHIR BATIN
    Wassalam.

  37. Kesimpulan hasil diskusi dengan pihak Ahmadi:

    1. Pihak Ahmadi tidak bisa memberikan bukti berupa Al-Qur’an maupun hadits bahwa Ghulam Ahmad adalah Manusia seperti Isa, Muhammad, Krisna, Masiodarbahmi, budha, dll. Bukti pendakwaan ghulam Ahmad bisa dilihat di buku ahmadiyah “Menjawab seruan Ahmadiyah”.

    2. Pihak Ahmadi tidak bisa memberikan bukti bahwa ada lagi Nabi baru sesudah Nabi Muhammad SAW baik di Al-Qur’an maupun hadits.

    3. Pihak Ahmadi tidak bisa memberikan bukti di Al-Qur’an bahwa Ghulam Ahmad adalah khalifatullah/wakil tuhan menurut pengakuan Ghulam Ahmad di bukunya “Menghapus Suatu Kesalahpahaman(Ek Ghalati Ka Izala)”. Pengakuan khalifatullah/wakil tuhan adalah pengakuan orang yang sesat karena Allah tidak memiliki Wakil. Para Nabi sampai Nabi terakhir Nabi Muhammad SAW pun tidak pernah mengaku dirinya adalah Wakil Tuhan.

    4. Pihak Ahmadi memberikan argumen yang lemah dalam membantah penjelasan dari pihak non ahmadi terutama dalam mengartikan khaatama Annabiyyin dengan Cincin/Meterai/Stempel Para Nabi karena para sahabat tidak pernah mengartikan khaatama Annabiyin dengan Cincin Para Nabi tetapi penutup para Nabi. Para sahabat adalah sebaik-baik generasi yang tidak bisa dibandingkan dengan Mirza Ghulam Ahmad yang sesat. Pengertian Penutup Para Nabi dikuatkan oleh ayat-ayat Al-Qu’ran diantaranya Surat Al-Baqarah ayat 7, Surat Al-An’am ayat 46, Surat Al-Jatsiyah ayat 23, Surat Asy-syura ayat 24, Surat yasin ayat 65. Bahkan Bangsa Arab maupun non Ahmadi tidak mengenal Rasulullah SAW sebagai Cincin para Nabi karena Rasulullah SAW bukanlah sebuah Cincin/Materai/Stempel karena Cincin yang dipergunakan Rasulullah hanya sebagai alat untuk mengecap surat-suratnya.

    5. Ajaran Ahmadiyah telah dipatahkan oleh tulisan Nabi dan khalifah Ahmadiyah di dalam buku Da’watul Amir

    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).

    Namun Ahmad (Muhammad saw) paling bersinar dari semua.

    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204

    Pada kalimat tersebut tidak tertulis sedikitpun ada kata syariat. Apabila dalam kata tersebut terdapat kata syariat berarti Nabi Ahmad yang akan datang akan membawa syariat dan ini akan bertentangan dengan pengakuan MGA bahwa dirinya adalah Nabi yang tidak membawa syariat. DOKTRIN MAKAN TUAN 😀

  38. سْمِ اللهِ الرَّحْمـٰنِ الرَّحِيمِ
    Assalamu’alaikum,
    http://www.ahmadiyya.no/ mengucapkan:
    EID MUBARAK 1 SYAWAL 1431H
    MAAF LAHIR BATIN
    Wassalam.

    Wa alaikumus salam Wr Wb

    Mohon Maaf lahir dan batin

    Wassalam

  39. بِسْــــمِ اللهِ الرَّحْمـٰنِ الرَّحِيمِ
    اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
    Dulu, saya non-Ahmadi, bahkan termasuk yang menentang keras terhadap Jemaat Ahmadiyah sebagaimana yang dilakukan oleh pembuat blog ini dan para pendukungnya termasuk Netral. Tetapi setelah Sdr. Sinar Galih memberi buku “Da’watul Amir”, lalu saya membacanya dengan seksama, akhirnya saya menemukan kebenaran Ahmadiyah. Saya bersyukur telah mendapat karunia (hidayah dan taufik) untuk bai’at kepada Allah melalui Hadhrat Khalifatul Masih V atba (Penerus/Wakil Imam Mahdi & Masih Mau’ud as yang merupakan Khalifah Allah dan Khalifah Nabi Muhammad Rasulullah saw, setelah kewafatan Ali bin Abu Thalib ra/Khalifah ke IV Rasulullah saw), untuk bergabung dengan Jemaat Ahmadiyah, alhamdulillahi-robbil-alamin.
    Saya juga tidak heran apabila teman-teman pembuat dan para pendukung blog ini terus menentang Ahmadiyah, karena hal ini juga salah-satu bukti kebenaran pendakwaan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as sebagai matsil Ibnu Maryam (QS Az-Zukhruf 43:58). Namun demikian, saya menyarankan kepada teman-teman untuk menghindari segala prasangka terhadap Ahmadiyah, karena sebagian dari prasangka itu adalah dosa (QS Al Hujurat 49:13). Lebih baik kita sucikan hati (tazkiyah nafs) dan memohon pertolongan Allah Ta’ala dengan mengucapkan “audzubillahiminasy-syaithanir-rajiim” dan “bismillahirrahmanirrahim” agar kita dapat memasuki Khazanah Ilmu Ilahi yang terkandung dalam Al Qur’an-ul-Karim (QS Al Hijr 56:80).
    Netral menulis:
    Kesimpulan hasil diskusi dengan pihak Ahmadi:

    Ciri khas para penentang Ahmadiyah adalah, mereka suka mengambil kesimpulan sendiri secara sepihak, kemudian menggembar-gemborkannya kesana-kemari, dengan tujuan agar mendapat pengakuan dari orang-orang bahwa diri mereka sebagai pemenang. Padahal, yang menjadi wasit dalam masalah keagamaan adalah Allah Al Hakim, bukan manusia. Sedangkan, manusia yang berfitrah baik akan diberi petunjuk dan taufik oleh Allah Ta’ala untuk beriman kepada Utusan-Nya. Oleh karena itu diskusi keagamaan harus dilaksanakan dengan hikmah serta dengan cara yang baik (akhsan/khasanah) dan berdasarkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala, karena hanya Dia-lah Yang Maha Tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya (QS An-Nahl 16:126).

    Netral menulis:
    1. Pihak Ahmadi tidak bisa memberikan bukti berupa Al-Qur’an maupun hadits bahwa Ghulam Ahmad adalah Manusia seperti Isa, Muhammad, Krisna, Masiodarbahmi, budha, dll. Bukti pendakwaan ghulam Ahmad bisa dilihat di buku ahmadiyah “Menjawab seruan Ahmadiyah”.

    Bukti yang diberikan oleh Ahmadiyah tentang kebenaran pendakwaan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as sebagai Imam Mahdi & Masih Mau’ud as berdasarkan Al Qur’an sudah ada dalam Surah Al Jumu’ah 62:4, Ash-Shaf 61:7 dan Az-Zukhruf 43:58. Di dalam Tasir Al Qur’an Jemaat Ahmadiyah pada ayat-ayat tersebut, bagi saya sangat jelas, Allah Ta’ala mengisyaratkan bahwa kedatangan Rasulullah saw dan Nabi Isa as untuk yang kedua kalinya, tertuju kepada satu wujud “mushlih rabbani” (reformer) yang diutus untuk seluruh umat manusia, yaitu Imam Mahdi dan Masih Mau’ud as. Coba Anda baca berulang-ulang Tafsir Al Qur’an sambil berdua ‘Ta’awudz” & “Basmallah” memohon perlindungan dan pertolongan kepada Allah Ta’ala agar diberi petunjuk oleh-Nya. Kemudian, Anda baca lagi Da’watul Amir berulang-ulang khususnya halaman dan topik berikut ini:
    Halaman 25 Keluarga Rasulullah saw sepakat dengan kematian Nabi Isa as
    Halaman 27 Al Masih yang dijanjikan adalah dari umat Nabi Muhammad saw
    Halaman 34 Pribadi Al Masih & Al Mahdi
    Halaman 35 Arti kata “Nuzul”
    Halaman 39 Mengapa Masih Mau’ud as disebut Isa Ibnu Maryam
    Halaman 42 Kesinambungan wahyu Allah dan kedatangan Nabi Isa as
    Halaman 47 Arti kata “Khataman-Nabiyyin”
    Halaman 48 Arti kata “La Nibyya Ba’di” dan “Akhirul Anbiya”
    Halaman 51 Al Qur’an dan Masalah Kenabian
    Halaman 56 Orang-orang Ahmadi percaya kepada Jihad
    Halaman 63 Pengakuan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
    Halaman 64 Keterangan-keterangan tentang pengakuan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as.
    Juga baca ulang 12 buah dalil yang diberikan dalam buku “Da’watul Amir” tersebut yang semuanya membuktikan kebenaran pendakwaan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as sebagai Imam Mahdi & Masih Mau’ud as berdasarkan Al Qur’an dan Hadits.
    Hal-hal yang menarik buat saya adalah sebagai berikut:
    (1) Sebelum kedatangan Imam Mahdi, Rasulullah saw menubuwatkan tentang para mujaddid yang dibangkitkan oleh Allah Ta’ala pada setiap permulaan abad, yang termuat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra sebagai berikut:
    اِنَّالله َيَبْعَثُ لِهَاذِهِ اْلاُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِاءَةٍ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِيْنَهَا
    “Sesungguhnya Allah Ta’ala akan mengirimkan untuk umat ini pada permulaan setiap abad seorang mujaddid yang akan memberbaiki agama.” (HR Abu Dawud Kitabul Fitan, Misykatul Mashaabih, hal. 36, Al Hakim & Baihaqi dalam Hujjajul Kiramah hal. 133). Hadits ini merupakan Tafsir ayat Al Qur’an berikut:
    اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰـفِظُوْنَ‏
    “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an ini, dan sesungguhnya Kami-lah yang akan memeliharanya.” (QS Al Hijr 15:10). Tepat pada permulaan abad ke-13H (Maret, 1882), Allah Ta’ala mewahyukan tentang pengangkatan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad sebagai Mujaddid Abad ke-13H, yang bunyinya sebagai berikut:
    قُلْ اِنِّى اُمِرْتُ وَاَنَااَوَّلُ الْمُوْمِنِيْنَ
    “Katakanlah, ‘Aku diutus oleh Allah, dan aku-lah yang pertama-tama beriman.” (Barahin Ahmadiyyah, hal. 238, Ainah Kamalaati-e-Islam, hal. 109, Al Syirkatul Islamiyah, hal. 44).
    (2) Surah Al Jumu’ah 62:4 dan Ash-Shaf 61:7 mengisyaratkan tentang akan dibangkitkannya Rasulullah saw untuk yang kedua kalinya dalam wujud Imam Mahdi yang berasal dari kalangan umat Nabi Muhammad saw keturunan suku bangsa Parsi (HR Bukhari), ketika keadaan umat Islam sudah terpecah menjadi 73 golongan (HR Tirmidzi & Ibnu Majah), umat Islam sudah meninggalkan Al Qur’an (QS Al Furqan 25:31) sehingga Islam tinggal namanya dan Al Qur’an tinggal tulisannya (HR Baihaqi). Pada tahun 1888, Allah Ta’ala mewahyukan kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as sebagai Imam Mahdi berikut ini:
    اِذَاعَزَمْتَ فَتَوَكَلْ عَلَى الله – وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَاوَوَحْيِنَا – اِنَّالَّذِيْنَ يُبَايِعُوْنَكَ اِنَمَايُبَايِعُوْنَ الله َيَدُاللهِ فَوْقَ اَيْدِيْهِمْ
    “Bila engkau sudah mengambil keputusan, maka bertawakalah kepada Allah – Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan petunjuk wahyu Kami – Sesungguhnya mereka yang bai’at kepada engkau, sesungguhnya mereka bai’at kepada Allah, Tangan Allah berada diatas tangan mereka.” [Sabz Isytihaar, hal. 24 (Urdu) & Tabligh Risalah, Jilid I, hal.145 (Urdu). Wahyu ini merupakan wahyu Allah kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (Imam Mahdi/Masih Mau’ud) as yang mirip dengan wahyu Allah kepada Rasulullah saw (QS Al Fath 48:10) untuk menerima bai’at dari semua manusia di dunia. Sehubungan dengan itu Rasulullah saw pun memerintahkan seluruh manusia untuk bai’at kepada Imam Mahdi as, dalam hadits:
    فَاِذَارَأَيْتُمُوْهُ فَبَايِعُوْهُ وَلَوْدحَبْوًاَعلَى الثَّلْخِ فَاِنَّهُ خَلِيْفَةُ اللهِ الْمَهْدِيُ
    “Apabila kamu melihatnya (Imam Mahdi), maka bai’atlah kepadanya walaupun harus merangkak di atas salju, karena beliau adalah Khalifah Allah dan Al Mahdi.” (Sunan Ibnu Majah, Darul Fikr, Jld. II, hal. 1367, Hadits No.4084).
    (3) Kedatangan Imam Mahdi & Masih Mau’ud as biasa dikaitkan dengan Akhir Zaman dan/atau Hari Kiamat yang tentang hal ini Allah Ta’ala mengisyaratkan:
    يَسْـَٔـلُ اَيَّانَ يَوْمُ الْقِيٰمَةِؕفَاِذَا بَرِقَ الْبَصَرُۙ‏ وَخَسَفَ الْقَمَرُ وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُۙ‏
    “Ia bertanya, ‘Kapankah Hari Kiamat itu?’. Maka apabila penglihatan silau; Dan terjadi gerhana bulan; Dan dikumpulkan matahari dan bulan.” (QS Al Qiyamah 75:7-10). Dalam menafsirkan ayat-ayat suci tersebut Rasulullah saw bersabda:
    اِنَّ لِمَهْدِيِّينَااَايَتَيْنِ لَمْ تَكُوْنَا مُنْدُ خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرَضِ يَنْكَسِفُ الْقَمَرُلِاَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ وَتَنكَسِفُ الثَّمْسُ فِى النِّصْفِ مِنْهُ
    “Sesungguhnya, untuk Mahdi kita ada dua tanda yang belum pernah terjadi sejak langit dan bumi diciptakan, yaitu Gerhana Bulan akan terjadi pada malam pertama di bulan Ramadhan dan Gerhana Matahari akan terjadi pada pertengahan-nya.” (Sunan Addar-ru-Quthni, Darrun Nasyri Alkutubil Islamiyah, Lahore, Jilid II, hal 65). Fenomena alam yang mengikuti/membuktikan pendakwaan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as sebagai Imam Mahdi itu telah terjadi secara sempurna. Menurut catatan The Natural Almanac 1894 berdasarkan laporan dari Royal Observatory di Greenwich, England, “Gerhana tersebut telah terjadi: yang pertama Gerhana Bulan pada Maret dan Gerhana Matahari pada April keduanya terjadi pada bulan Ramadhan tahun 1894.” Disebutkan bahwa puncak Gerhana Bulan terjadi pada tanggal 21 Maret jam 02.20 lewat 5 detik GMT, dan puncak Gerhana Matahari pada tanggal 5 April pukul 16.26 lewat 7 detik GMT. Pada Kalender Jantari Kalan 1894 tertulis bahwa,”Gerhana Bulan terjadi pada 13 Ramadhan 1311H bertepatan dengan 22 Maret 1894 (waktu terjadi gerhana di belahan bumi India), dan Gerhana Matahari terjadi pada 28 Ramadhan 1311H bertepatan dengan 6 April 1894” Untuk lebih jelasnya silahkan browsing website Jemaat Islam Ahmadiyah Internasional berikut ini: http://www.alislam.org/topics/eclipses/response-to-mcnaughton.html
    Selain itu, nubuwatan-nubuwatan dalam Injil juga mendukung fenomena alam ini:
    “Ia berkata kepada mereka: ’Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar/pes dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit (Gerhana Matahari dan Bulan).” (Lukas 21:10-12). “Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi.” (Matius 24:21). “Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang.” (Matius 24:29)
    Ada beberapa nubuwatan lagi dalam hadits yang membuktikan tentang waktu dan tempat kedatangan Imam Mahdi as sebagai berikut:
    • Hudzaifah bin Yamani ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
    اِذَامَضَتْ اَلْفٌ وَمِأَتَانِ وَاَرْيَعُوْنَ سَنَةً يَبْعَثُالله ُالْمَهْدِىَّ
    ”Apabila sudah lewat tahun 1240H, Allah Ta’ala akan membangkitkan Imam Mahdi as (An-Najmuts-Tsaqib, Jilid II, hal. 259, hadits sejenis ini terdapat pula dalam Ibnu Majah & Syarah Misykat hal.471).
    • Dalam Kitab Hujjajul Kiramah hal. 358 dan Al Djawahirul Asrar hal. 56 diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
    يَخْرُجُالْمَهْدِيُّ مِنْ قَرْيَةٍ يُقَلُ لَهَاقَدَعَهْ
    “Akan datang Imam Mahdi dari satu desa yang disebut Qada’ah.” Dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Nu’aim, Nabi Muhammad saw bersabda:”Mahdi akan keluar dari kampung yang dinamai Qada’ah.” (HR Riwayat Abu Nu’aim dan Abu Bakar bin Al Muqri). Pada saat Rasulullah saw menyatakan “Qada’ah”, kampung “Qadian” belum ada, tetapi beliau menyebutnya “Qada’ah”, yang secara “aorist” maksud ungkapan Rasulullah saw tersebut adalah “Qadian”.
    (4) Surah Az-Zukhruf 43:58 mengisyaratkan tentang kedatangan Nabi Isa as untuk yang kedua kalinya dalam wujud “matsil” Ibnu Maryam (karena Nabi Isa as Bani Israil sudah wafat) yang diikuti dengan protes/bantahan dari para ulama/umat Islam se dunia. Menurut Rasulullah saw, wujud Imam Mahdi dan Masih Mau’ud bertumpu pada satu orang saja sebagaimana diriwayatkan dalam hadits-hadits berikut:
    لاَمَهْدِ ىَّ اِلاَّعِيْسَاى
    “Tidak ada Mahdi melainkan Isa.” (Sunan Ibnu Majah, Darul Fikr, Jld. II, hal.362)
    يُوْشِكُ مَنْ عَاشَ مِنْكُمْ اَنْ يَلْقَاى عِيْسَاى اِبْنَ مَرْ يَمَ اِمَامًامَهْدِيًّاوَحَكَمًاعَدَلاً
    “Hampir dekat saatnya orang yang hidup di antara kamu akan bertemu dengan Isa Ibnu Maryam, yang menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang Adil.” (Musnad Ahmad bin Hambal, Jilid I, hal. 411). Pada tahun 1893, Allah Ta’ala mewahyukan tentang pengangkatan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad sebagai Masih Mau’ud as berikut ini:
    إِنَّكَ أَنْتَ مِنِّى اَلْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَأُرْسِلْتَ لِيَتِمَّ مَاوَعَدَ مِنْ قَبْلُ رَبُّكَ اْلاَكْرَمَ إِنَّ وَعَدَهُ كَانَ مَفْعُوْ لاً وَهُوَ أَصْدَقَ الصَّادِقِيْنَ
    “Sesungguhnya engkau dari Aku adalah Al Masih Ibnu Maryam dan engkau diutus untuk menyempurnakan apa yang dijanjikan sebelumnya oleh Tuhan engkau Yang Maha Mulia, sesungguhnya janji-Nya itu akan disempurnakan dan Dia adalah Yang Maha Benar di antara yang benar.” [Anjam-e-Atham hal. 80 (Urdu)]
    اِنِّى جَاعِلُكَ عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ وَكَانَ الله ُعَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا
    “Sesungguhnya Aku jadikan engkau Isa Ibnu Maryam dan Allah itu Maha Menentukan atas segala sesuatu.” [Ainah Kamalat-e-Islam hal. 442-443 (Urdu)]
    (5) Surah Ash-Shaf 61:8-10 mengisyaratkan tentang keadaan dimana Imam Mahdi & Masih Mau’ud as yang diajak oleh mereka yang menyebut diri pembela Islam agar bertaubat dan menjadi Muslim lagi seperti mereka, karena menurut pemahaman mereka, dengan mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi & Masih Mau’ud, beliau as sudah sesat dan bukan muslim lagi (contohnya: judul blog ini adalah salah satu bukti), padahal beliau as dan para pengikutnya sedang mengajak umat manusia kepada Jemaat Islam Sejati yang didirikan atas perintah Allah Ta’ala yaitu Jemaat Ahmadiyah. Khusus ayat ke 10, Allah Ta’ala mengisyaratkan bahwa Dia mengirimkan Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar supaya Dia mengunggulkannya diatas semua agama. Kebanyakan ahli tafsir Al Qur’an sepakat bahwa ayat ini kena untuk Hadhrat Masih Mau’ud as sebab di zaman beliau as semua agama muncul dan keunggulan Islam di atas semua agama untuk yang kedua kalinya pasti terjadi.
    لِيُظْهِرَه’عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ
    “Islam akan unggul di atas semua agama” adalah “kata kunci” yang membuat Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad (Khalifatul Masih II) ra di dalam buku Da’watul Amir hal 152 menyatakan: “Jadi, Mahdi itu tak lain melainkan Masih, Krishna itu tak lain melainkan Masih, Masiodarbahmi dari agama Zaratustra tak lain melainkan dia yang menjadi Krishna, Mahdi, dan Masih. Demikian pula pribadi yang dijanjikan kepada umat-umat lain, pada hakikatnya, satu juga orangnya.”. Hal ini dinyatakan berdasarkan pada nubuwatan-nubuwatan yang terdapat dalam kitab-suci dan kepercayaan mereka masing, sebagai berikut:
    (i) Nubuwatan dalam Kitab Suci Weda berbunyi:
    Ahmad adalah orangnya yang dengan akalnya akan memegang teguh hak/kebenaran yang diberikan oleh Bapak Rohaninya dan dia akan mengatakan, ”Akulah yang dilahirkan ditengah kamu bagaikan matahari dan akan menghiasi perkataan-perkataanku dengan ajaran-ajaran indah Bapak Rohaniku darimana aku memperoleh kekuatan.” Dinubuwatkan pula tentang Reformer se dunia akan bangkit: (a) “Reshi (Wali) itu akan memperlihatkan kegagahan dan kepahlawanannya di “Qadun”, karya-karyanya akan menakjubkan siapa yang tidak mengenalnya.” (Saukat 97, Mantar 3); (b) “Orang yang akan menyinari dunia dengan cahaya ruhaniah dan yang akan menanggung kesusahan guna kepentingan kesenangan manusia adalah Krishna yang akan menetap dekat sungai yang berbatasan dengan orang-orang banyak yang menyertainya.” (Saukat 137, Mantar 7, Atharwed).
    (ii) Dalam kepercayaan Zoroaster/Zaratustra juga dinubuwatkan tentang Reformer (Masiodarbahmi) sedunia yang akan lahir dari keturunan suku bangsa Parsi sebagai berikut:”Apabila datang hari-hari buruk atas bangsa Iran dan mereka akan berbuat kejahatan-kejahatan besar, maka dari bangsa Arab akan lahir seorang laki-laki dari pengikut Ibrahim dan kekuasaan serta kerajaan bangsa Iran akan hancur, kemudian setelah lewat beberapa waktu akan pecah perang antara mereka sama mereka, dan mereka akan menjadi pemuda dunia, dan dari hari ke hari perpecahan dan permusuhan akan bertambah besar. Maka dari pada itu kamu akan memperoleh faedah. Tetapi, sekalipun hanya akan tinggal satu hari saja dari zaman, aku akan bangkitkan lagi seorang dari salah satu keturunan kamu (bangsa Parsi), yang akan memulihkan kehormatan kamu kembali, kenabian dan kepemimpinan akan kuangkat dari keturunan kamu”.
    (iii) Nubuwatan dalam Budhisme:
    “Gautama Budha memberitahu, bahwasanya semua Budha dahulu memiliki anak murid dan khadam yang amat setia kepada mereka. Anak murid dan khadam yang amat setia kepadaku sekarang ialah Ananda. Seterusnya Budha yang akan datang pun akan ada anak murid dan khadam yang amat setia kepada mereka.” (Maha-Parinibbana Sutta, Bab 5, ayat 36).
    Setelah ribuan tahun lewat, ternyata nubuwatan-nubuwatan itu genap di zaman ini, dan cukup menunjukkan bahwa nubuwatan-nubuwatan itu dari Tuhan, bukan dari manusia atau syaitan. Al Qur’an itu adalah wahyu Ilahi dan kita hanya bisa memasuki Khazanah Ilmu Ilahi yang terkandung dalam Al Qur’an apabila kita mensucikan hati (tazkiyah nafs) dan meminta pertolongan Allah Ta’ala agar diberi petunjuk-Nya. Oleh karena itu, kita tidak dapat meminta pembuktian nubuwatan-nubuwatan dalam Al Qur’an dalam bahasa menurut keinginan kita, contohnya ‘manusia seperti Isa, Muhammad, Krishna, Masiodarbahmi, Budha, dll’, sebab hal ini merupakan rahasia ghaib-Nya yang telah ditegaskan Allah Ta’ala dalam ayat berikut:
    عٰلِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلٰى غَيْبِهٖۤ اَحَدًا اِلَّا مَنِ ارْتَضٰى مِنْ رَّسُوْلٍ
    “Dia-lah Yang mengetahui yang ghaib; maka Dia tidak menzahirkan rahasia ghaib-Nya kepada siapa pun, Kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai,” (QS Al Jinn 72:27-28).

    Netral menulis:
    2. Pihak Ahmadi tidak bisa memberikan bukti bahwa ada lagi Nabi baru sesudah Nabi Muhammad SAW baik di Al-Qur’an maupun hadits.

    Ayat-ayat suci Al Qur’an, Surah Al Jumu’ah, Ash-Shaff dan Az-Zukhruf beserta hadits-hadits dan ayat-ayat suci lain dalam Al Qur’an sebagai pendukungnya sudah cukup untuk saya beriman kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau’ud as. Sdr. Sinar Galih pun sudah menambahkan sepuluh ayat suci Al Qur’an yang mengisyaratkan bahwa Pintu Kenabian Masih Terbuka. Tetapi Anda mengomentarinya dengan penuh prasangka sehingga keluar dari konteksnya dan sulit untuk memahami bahwa kesepuluh ayat tersebut memang membuktikan bahwa pintu kenabian setelah Nabi Muhammad saw masih terbuka lebar, terutama bagi umat Islam. Ketahuilah bahwa nahwu sharaf memang penting, tetapi dalam bahasa Arab – selain nahwu sharaf – ada juga ilmu mantiq, ballaghat dan fashahat sebagai sarana untuk memahami ayat suci Al Qur’an. Sarana-sarana lainnya juga diperlukan, seperti nubuwatan-nubuwatan dalam Kitab Suci sebelumnya atau kepercayaan-kepercayaan yang beredar di kalangan umat beragama tentang kedatangan seorang mushlih rabbani (reformer) dan fenomena alam seperti Gerhana Bulan dan Gerhana Matahari di bulan Ramadhan. Semua sarana ini merupakan rahasia ghaib Tuhan yang hanya akan dizahirkan kepada para Nabi/Rasul Allah (QS Al Jinn 72:27-28) karena mereka adalah orang-orang yang telah disucikan (muthahharun) oleh Allah (QS Al Waqi’ah 56:80). Oleh karena itu, kita pun baru akan dapat memahami rahasia ghaib Tuhan itu, apabila hati kita dibersihkan dulu (tazkiyah nafs), lalu meminta perlindungan dan pertolongan Allah Ta’ala agar kita diberi petunjuk-Nya.

    Netral menulis:
    3. Pihak Ahmadi tidak bisa memberikan bukti di Al-Qur’an bahwa Ghulam Ahmad adalah khalifatullah/wakil tuhan menurut pengakuan Ghulam Ahmad di bukunya “Menghapus Suatu Kesalahpahaman(Ek Ghalati Ka Izala)”. Pengakuan khalifatullah/wakil tuhan adalah pengakuan orang yang sesat karena Allah tidak memiliki Wakil. Para Nabi sampai Nabi terakhir Nabi Muhammad SAW pun tidak pernah mengaku dirinya adalah Wakil Tuhan.
    وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰٓٮِٕكَةِ اِنِّىْ جَاعِلٌ فِىْ الْاَرْضِ خَلِيْفَةً
    “Dan ketika Tuhan engkau berkata kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi ini’.” (QS Al Baqarah 2:31).
    يٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيْفَةً فِىْ الْاَرْضِ
    “Hai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau khalifah di bumi ini;” (QS Shad 38:27)

    Kedua ayat suci Al Qur’an tersebut sudah cukup bagi saya untuk memahami bahwa Allah Ta’ala menyebut Adam as dan Daud as – selain sebagai nabi juga – sebagai “khalifah” di bumi ini. Kata “khalifah” dalam ayat-ayat tersebut berarti “wakil”, dan karena yang diwakili Adam as & Daud as di bumi ini adalah Allah, maka Adam as dan Daud as dapat dikatakan sebagai Khalifah/Wakil Allah di bumi ini, pada zamannya masing-masing. Memang, di dalam Al Qur’an, tidak ada kata Khalifah Allah secara utuh, sebagaimana tidak ada juga kata Imam Mahdi secara utuh, menurut keinginan kita. Sdr. Sinar Galih telah menjelaskan bahwa Allah Ta’ala menyebut para nabi terdahulu seperti Ibrahim as, Luth as, Ishak as dan Ya’kub as – selain sebagai nabi juga – sebagai Imam-Imam Mahdi (QS Al Anbiya 21:70-74), karena kata ‘A’imah’ dan ‘Yahduna’ adalah bentuk plural dari kata ‘Imam’ dan ‘Mahdi’. Dengan demikian, maka Khalifah Allah dan/atau Imam Mahdi adalah persamaan kata dari Nabi Allah dan/atau Rasul Allah. Nabi-nabi terdahulu, memang tidak ada yang diperintah Allah untuk mengatakan Khalifah Allah atau Wakil Allah, akan tetapi di dalam Al Qur’an tercatat bahwa mereka menyatakan diri sebagai Utusan/Rasul Allah sebagaimana bisa kita lihat di dalam QS Ash-Shaff 61:6-7, Al A’raf 7:159 dan beberapa ayat suci juga menyatakan bahwa Nabi Allah itu sebagai Pembawa Khabar Suka (Mubasyir) Pemberi Peringatan (Nadzir/Mundzir). Oleh karena itu kita tidak dapat meminta menunjukkan suatu kata atau kalimat di dalam Al Qur’an menurut kehendak kita sendiri, tetapi kita harus berusaha untuk memahami bahasa Allah di dalam Al Qur’an. Tetapi, dengan mensucikan hati dan memohon perlindungan dan pertolongan Allah agar kita diberi petunjuk-Nya, insya-Allah, kita akan disucikan-Nya dan diberi-Nya cahaya untuk memahami penjelasan dua ayat suci diatas. Kata khalifah terdapat juga dalam QS Al A’raf 7:130, Yunus 10:15 dan An-Nur 24:56. Namun, saya tidak akan membahasnya kecuali sebagian dari QS An-Nur 24:56 yang perlu saya sampaikan sebagai berikut:
    وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَـيَسْتَخْلِفَـنَّهُمْ فِىْ الْاَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ
    “Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dari antara kamu dan beramal shaleh, bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu khalifah-khalifah di bumi ini, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah untuk orang-orang sebelum mereka;” (QS An-Nur 24:56). Janji Allah Ta’ala dalam ayat ini sudah dan sedang dianugerahkan kepada Jemaat Ahmadiyah, karena tidak ada organisasi Islam lain yang mengklaim mempunyai pemimpin ruhani seorang Khalifah Allah. Allah Ta’ala telah menjadikan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as sebagai Khalifah Allah dan Nabi Allah sebagaimana dikhabarkan oleh Nabi Muhammad saw dalam dua hadits sebagai berikut:
    فَاِذَارَأَيْتُمُوْهُ فَبَايِعُوْهُ وَلَوْدحَبْوًاَعلَى الثَّلْخِ فَاِنَّهُ خَلِيْفَةُ اللهِ الْمَهْدِيُ
    “Apabila kamu melihatnya (Imam Mahdi), maka bai’atlah kepadanya walaupun harus merangkak di atas salju, karena beliau adalah Khalifah Allah, Al Mahdi.” (Sunan Ibnu Majah, Darul Fikr, Jld. II, hal. 1367, Hadits No.4084).
    يُحْصَرُ نَِبيُّ اللهِ عِيْسَى وَاَصْحَابُهُ — فَيَرْغَبُ نَِبيُّ اللهِ عِيْسَى وَاَصْحَابُهُ — ثُمَّ يَهْبِطُ نَِبيُّ اللهِ عِيْسَى وَاَصْحَابُهُ — فَيَرْغَبُ نَِبيُّ اللهِ عِيْسَى وَاَصْحَابُهُ
    “nanti Nabi Allah Isa dan sahabat-sahabatnya akan terkepung’ ——- “nanti Nabi Allah Isa dan sahabat-sahabatnya akan memanjatkan doa kepada Allah” ——- “kemudian turunlah Nabi Allah Isa dan sahabat-sahabatnya” ——- “maka berdoalah Nabi Allah Isa dan sahabat-sahabatnya” (HR Muslim; Misykat, hal. 474). Hadits ini diriwayatkan oleh Nawwas bin Sam’an ra dengan panjang-lebar tentang kedatangan Isa Ibnu Maryam yang dijanjikan akan turun di akhir zaman yang di dalamnya terdapat empat kali ucapan Nabi Allah Isa yang disampaikan Rasulullah saw. Dengan demikian terjawablah sudah, mengapa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi, Masih Mau’ud, Khalifah Allah dan Nabi/Rasul Allah as.

    Netral menulis:
    4. Pihak Ahmadi memberikan argumen yang lemah dalam membantah penjelasan dari pihak non ahmadi terutama dalam mengartikan khaatama Annabiyyin dengan Cincin/Meterai/Stempel Para Nabi karena para sahabat tidak pernah mengartikan khaatama Annabiyin dengan Cincin Para Nabi tetapi penutup para Nabi. Para sahabat adalah sebaik-baik generasi yang tidak bisa dibandingkan dengan Mirza Ghulam Ahmad yang sesat. Pengertian Penutup Para Nabi dikuatkan oleh ayat-ayat Al-Qu’ran diantaranya Surat Al-Baqarah ayat 7, Surat Al-An’am ayat 46, Surat Al-Jatsiyah ayat 23, Surat Asy-syura ayat 24, Surat yasin ayat 65. Bahkan Bangsa Arab maupun non Ahmadi tidak mengenal Rasulullah SAW sebagai Cincin para Nabi karena Rasulullah SAW bukanlah sebuah Cincin/Materai/Stempel karena Cincin yang dipergunakan Rasulullah hanya sebagai alat untuk mengecap surat-suratnya.

    Dalam Kamus Arab terkemuka seperti Arabic-English Lexicon oleh E.W. Lane, Al-Mufradat fi Ghara’ib-ul-Qur’an oleh Shaikh Abu’l Qasim Husain ibnu Muhammad ar-Raghib, dan Fat-hul-Bayan oleh Abu’th Thayyib Siddiq ibnu Hasan: Kata “khatam” berasal dari kata “khatama” yang berarti: ia mematerai, mencap, mensahkan atau mencetakkan pada barang itu. Inilah arti pokok kata itu. Adapun arti kedua ialah : ia mencapai ujung benda itu; atau menutupi benda itu, atau melindungi apa yang tertera dalam tulisan dengan memberi tanda atau mencapkan secercah tanah liat diatasnya, atau dengan sebuah meterai jenis apa pun. “Khatam” berarti juga sebentuk cincin stempel; sebuah segel, atau meterai dan sebuah tanda; ujung atau bagian terakhir dan hasil atau anak (cabang) suatu benda. Kata itu pun berarti hiasan atau perhiasan; terbaik atau yang sempurna. Kata-kata “khatim”, “khatm” dan “khatam” hampir sama artinya Maka, kata “khatamannabiyyin” akan berarti “meterai nabi-nabi”; “yang terbaik dan yang sempurna dari antara nabi-nabi”; “hiasan dan perhiasan nabi-nabi”. Arti kedua ialah nabi terakhir (yang membawa syari’at). (Silahkan baca lagi Tafsir Surah Al Ahzab 33:41 Al Qur’an JAI).
    (1) Menurut lughat (logat) bahasa Arab, kata “khatam” digunakan dalam kalimat “maa yukhtamu bihi” yaitu “suatu barang yang digunakan untuk mencap/mematerai/ mensyahkan ” atau “alat untuk mencap/mematerai/mensyahkan”.
    (2) Menurut penelitian yang sangat akurat, kata “khatam” bila diidhafatkan (digandengkan) dengan kata jamak (misalnya: mufassirin, muhajjirin, nabiyyin, asy-syu’ara, al fuqaha) yang mengikuti/dibelakangnya maka artinya adalah “sempurna, paling afdhal atau paling baik”. Berikut ini contoh-contoh dalam hadits dan gelar-gelar yang diberikan kepada para Waliullah dengan menggunakan kata khatam:
    (a) Sabda Nabi Muhammad saw kepada Ibnu Abbas ra (paman beliau saw):
    اِطْمَءِنَّ يَاعَمِّ فَاءِنَّكَ خَاتَمُ الْمُهَاجِرِيْنَ فىِ الْهِجْرَةِ كَمَااَنَاخَاتَمُ النَّبِيِّنَ فِى الْنُّبُوَّةِ
    “Senanglah hatimu, wahai pamanku! Sesungguhnya engkau adalah khatamal muhajjirin (orang-orang yang berhijrah ke Madinah), sebagaimana aku adalah khataman nabiyyin dalam kenabian” (HR Ibnu Asakir dan Asyaasyi dalam Kanzul ‘Ummal, Alauddin Alhindi, Muassasaur Risalah, Bairut, 1989, Jilid XIII, hal 519, hadits no.38339).
    Apakah dalam kalimat Hadits ini, Ibnu Abbas ra dapat diartikan sebagai “muhajjir” yang terakhir ke Madinah? Tentu tidak, karena yang berhijrah ke Madinah sampai sekarang pun masih berlangsung. Jadi kata “khatam” itu diucapkan oleh Rasulullah saw kepada sang paman hanya untuk menyatakan bahwa Ibnu Abbas ra adalah seorang muhajjir yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan “muhajjirin” lainnya.
    (b) Sabda Rasulullah saw kepada Ali bin Abu Thalib ra:
    اَنَاخَاتَمُ الْآَنْبِيَاءِ وَاَنْتَ يَا عَلِيُّ خَا تَمُ الْاَوْلِيَاءِ
    “Aku adalah “khataman-nabiyyin” dan engkau, wahai Ali, adalah “khatamul auliya” (Tafsir Safi, di bawah ayat khataman nabiyyin).
    Benarkah Ali bin Abu Thalib ra adalah Waliyullah yang terakhir? Tentu tidak, karena setelah beliau ra, masih banyak Waliyullah lain seperti Syaikh Muhyiddin Ibnu ‘Arabi rh, mujadiddin yang Allah Ta’ala bangkitkan setiap abad, bahkan di Pulau Jawa pun ada para wali yang dikenal dengan Wali Songo.
    (c) Abu Tamam at-Thai, pengarang Al-Himasah, disebut oleh Hasan bin Wahab juga sebagai khatamusy-syu’ara (Wafiyyatul ‘Ayan libni Khalqan, Jilid I, hal. 123).
    (d) Abu Tayyub disebut sabagai Khatamus Shuara (Introduction to the Divan of Mutannabbi, hal. 5)
    (e) Imam Syafi’i disebut sebagai Khatamul Aulia (At Tuhfatus Sunna, hal. 45)
    (f) Syaikh Ibnu ‘Arabi disebut sebagai Khatamul Aulia (Futuhatul Makkiyyah)
    (g) Shah Abdul Aziz dijuluki Khatamul Muhadditsin wal Mufasysyirin (Hadyatis Shia, h.7).
    (h) Maulbi Anwar Shah Sahib Kashmiri ialah Khatamul Muhadditsin (Raisul Ahrar, h.99).
    (i) Habib Shirazi dianggap sebagai Khatamushuara di Iran (Hayati Saadi, hal. 87).
    (j) Imam Abdurrahman Suyuti disebut Khatamul Muhadditsin (Hadyati Shia hal. 210).
    (k) Maulvi Muhammad Qasim disebut Khatamul Muffasysyirin. (Asrar-e-Qurani)
    (3) Kata “khatam” yang berarti “cincin” atau “perhiasan” terdapat juga di dalam kalimat-kalimat yang termuat dalam buku-buku Tafsir Al Qur’an:
    (a) Tafsir Fath-ul-Bayan, Jilid VII, hal. 286 menyatakan:
    صَاَركَالْخَا تَمِ لَهُمُ الَّذِىْ يَخْتَمُوْنَ بِهِ وَيَتَزَيَّنُوْنَ بِكَوْنِهِ مِنْهُمْ
    “Adalah ia, Muhammad saw, itu seperti cincin bagi mereka, para nabi, dan mereka berperhiasan dengannya, karena beliau saw adalah salah seorang dari golongan mereka.”
    (b) Dalam Majma’ul Bahrain tertulis:
    اَلْخَا تَمُ بِمَعْنَى الزِّيْنَةُ مَأْخُوْذٌمِنَ الْخَاتَمِ الَّذِىْ هُوَزِيْنَةٌلِلاَبِسِهِ
    “Khatam berarti perhiasan, berasal dari khatam (cincin) yang menjadi perhiasan bagi para pemakainya”.
    Beberapa contoh dari penggunaan kata “khatam” tersebut yang dikutip dari hadits, tafsir dan mukhawarah (pemakaian bahasa sehari-hari oleh ahli bahasa Arab) sesungguhnya sudah cukup memadai untuk membantu saya memahami arti kata “Khataman-Nabiyyin” yang benar. Namun, kalau jika masih belum jelas, saya akan sampaikan satu hadits yang diriwayatkan oleh Ali bin Abu Thalib ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
    اِنَّمَا بُعِثْتُ فَاتِحَا وَخَاتِمَا
    “Sesungguhnya aku dibangkitkan sebagai Nabi Pembuka dan Nabi Penutup” (Kanzul ‘Ummal, Jilid 11). Apakah yang dimaksud Rasulullah saw sebagai Nabi Pembuka dan Nabi Penutup?
    Ternyata, menurut fungsinya, para nabi itu terbagi dalam empat jenis:
    (i) Nabi Tasyri’, yaitu nabi yang membawa syari’at, contohnya Nabi Adam as, Nabi Nuh as, Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as dan Nabi Muhammad saw dlsb.
    (ii) Nabi Ghairi Tasyri’, yaitu nabi yang tidak membawa syari’at dan mengikuti syari’at dari Nabi Tasyri’ sebelumnya, contohnya Nabi Harus as, Nabi Daud as, Nabi Sulaiman as dan Nabi Isa as dlsb.
    (iii) Nabi Mustaqil (mandiri), yaitu nabi pembawa syari’at dan nabi bukan pembawa syari’at yang diutus untuk suatu kaum pada zamannya tanpa harus menta’ati Nabi Tasri’ sebelumnya, contohnya para nabi mulai Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad saw adalah para Nabi Mustaqil.
    (iv) Nabi Ghairi Tasyri’ wa Ghairi Mustaqil, yaitu nabi bukan pembawa syari’at yang dibangkitkan karena keta’atan yang sempurna kepada Nabi Tasyri’ sebelumnya, contoh kenabian jenis ini, baru ada satu orang saja, yaitu Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (Imam Mahdi & Masir Mau’ud) as.
    Kenabian jenis ke (i) s/d (iii) adalah kenabian yang sudah ditutup dengan kedatangan Rasulullah saw, sedangkan kenabian jenis ke (iv) adalah kenabian yang masih tertutup sebelum kedatangan Nabi Muhammad saw, dan dengan kedatangan Nabi Muhammad saw, pintu kenabian jenis ini terbuka lebar-lebar, terutama bagi umat Islam yang ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya saw (QS An-Nisa 4:70).
    5. Ajaran Ahmadiyah telah dipatahkan oleh tulisan Nabi dan khalifah Ahmadiyah di dalam buku Da’watul Amir
    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).“
    Namun Ahmad (Muhammad saw) paling bersinar dari semua.
    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204
    Pada kalimat tersebut tidak tertulis sedikitpun ada kata syariat. Apabila dalam kata tersebut terdapat kata syariat berarti Nabi Ahmad yang akan datang akan membawa syariat dan ini akan bertentangan dengan pengakuan MGA bahwa dirinya adalah Nabi yang tidak membawa syariat. DOKTRIN MAKAN TUAN
    Orang yang mengulang-ulang dalil ini pertanda; (a) memiliki “penyakit kronis” di dalam hatinya, dan/atau (b) memiliki hobby “Debat Kusir”, dan/atau (c) memiliki wawasan yang sempit dan tidak lagi memiliki bahan untuk argumentasi, sehingga sulit untuk memasuki Khasanah Ilmu Ilahi. Akal sehat mempertanyakan: Mungkinkah seorang Nabi Allah yang baru menyatakan bahwa Nabi Allah sebelumnya adalah Nabi Terakhir? Tentu tidak, karena dia tahu bahwa pernyataannya itu pasti mubazir. Namun, pengecualian dapat diberikan kalau di dalam pernyataan/syairnya itu mengandung isyarat tertentu. Jawaban dan Analogi yang diberikan Sdr. Sinar Galih sudah sangat jelas, bahwa walaupun tidak tertulis di dalam syair tersebut, semua Ahmadi memahami bahwa syair itu mengandung isyarat sebagai berikut:
    (1) Adam as adalah Nabi Pembawa Syari’at Pertama, dan Ahmad (Muhammad saw) adalah Nabi Pembawa Syari’at Terakhir dan Sempurna.
    (2) Nama Ahmad di dalam syair itu hanya tertuju kepada nama sifat Nabi Muhammad saw, bukan kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. Lihatlah di dalam syair itu, tidak terdapat tulisan “as” setelah nama Ahmad.
    (3) Ahmad (Muhammad saw) adalah Nabi Yang Paling Bersinar dari semua, inilah arti Khataman-Nabiyyin yang benar.

    KESIMPULAN, AJAKAN & SARAN:
    Saudara-saudara seiman pembuat dan pendukung blog ini.
    Saya kutip ucapan Umar bin Khattab (Khalifah ke-II Rasulullah saw) ra tentang Islam:”Tiada Islam tanpa Jamaah, tiada Jamaah tanpa Imam (berkualitas dunia yang mendapat petunjuk dari Allah), tiada Imam tanpa ummat, tiada ummat kecuali bai’at, tiada bai’at kecuali dengan ta’at.”
    (1) Walaupun belum semuanya, tetapi tulisan diatas sudah memberikan bukti yang memadai untuk saya beriman, kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as sebagai Imam Mahdi, Masih Mau’ud, Khalifah Allah, Nabi Allah atau Rasul/Utusan Allah yang kedatangannya telah dinubuwatkan oleh Nabi Muhammad saw, dan bai’at kepada Khalifatul Masih V atba untuk bergabung ke dalam Jemaat Islam Ahmadiyah.
    (2) Saya mengajak Saudara-saudara seiman, pembuat dan pendukung blog ini, untuk menta’ati firman Allah berikut ini:
    وَمَاۤ اَرْسَلْنَا مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا لِيُطَاعَ بِاِذْنِ اللّٰهِ‌ؕ
    “Dan, tidaklah Kami utus seorang rasul melainkan supaya ia dita’ati dengan izin Allah;” (QS An-Nisa 4:65) dan untuk menta’ati sabda Nabi Muhammad Rasulullah saw berikut:
    فَاِذَارَأَيْتُمُوْهُ فَبَايِعُوْهُ وَلَوْدحَبْوًاَعلَى الثَّلْخِ فَاِنَّهُ خَلِيْفَةُ اللهِ الْمَهْدِيُ
    “Apabila kamu melihatnya (Imam Mahdi), maka bai’atlah kepadanya walaupun harus merangkak di atas salju, karena beliau adalah Khalifah Allah dan Al Mahdi.” (Sunan Ibnu Majah, Darul Fikr, Jld. II, hal. 1367, Hadits No.4084), karena Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (Imam Mahdi & Masih Mau’ud) as telah mendapat mandat dari Allah berikut ini:
    اِذَاعَزَمْتَ فَتَوَكَلْ عَلَى الله – وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَاوَوَحْيِنَا – اِنَّالَّذِيْنَ يُبَايِعُوْنَكَ اِنَمَايُبَايِعُوْنَ الله َيَدُاللهِ فَوْقَ اَيْدِيْهِمْ
    “Bila engkau sudah mengambil keputusan, maka bertawakalah kepada Allah – Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan petunjuk wahyu Kami – Sesungguhnya mereka yang bai’at kepada engkau, sesungguhnya mereka bai’at kepada Allah, Tangan Allah berada diatas tangan mereka.” [Sabz Isytihaar, hal. 24 (Urdu) & Tabligh Risalah, Jilid I, hal.145 (Urdu).
    (3) Semua tergantung kepada usaha keras Anda dan kepada keridhan Allah Al Huda yang akan memberi karunia-Nya kepada Anda, karena Dia berfirman:
    وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ‌ؕ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ
    “Dan orang-orang yang berjuang untuk Kami, sesungguhnya Kami akan memberi petunjuk kepada mereka pada jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS Al Ankabut 29:70)
    (4) Saran saya, sebelum Anda memperoleh karunia (hidayah dan taufik) Allah, janganlah memperolok-olok Utusan Allah dan Jemaat-Nya, karena saya khawatir azab Ilahi yang sangat pedih akan mencengkeram Anda. Na’udzubillahi mindzalik.

    جَزَاكُمُاللهِ اَحْسَنُ الْجَزَ
    وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ

  40. ckckckc masih mengandalkan ayat2 yang tidak bisa dibantah oleh pihak Ahmadi bahkan didustakan pengertiannya serta mengamalkan hadits-hadits palsu. Ya maklum, orang yang tidak menggunakan akal sendiri hanya bisa mencontek buku-buku ahmadiyah tanpa mau tahu apa yang ditulis ahmadiyah benar atau salah. Contekan dari dalil-dalil yang sudah usang 😀

    Kesimpulan hasil diskusi dengan pihak Ahmadi:

    1. Pihak Ahmadi tidak bisa memberikan bukti berupa Al-Qur’an maupun hadits bahwa Ghulam Ahmad adalah Manusia seperti Isa, Muhammad, Krisna, Masiodarbahmi, budha, dll. Bukti pendakwaan ghulam Ahmad bisa dilihat di buku ahmadiyah “Menjawab seruan Ahmadiyah”.

    2. Pihak Ahmadi tidak bisa memberikan bukti bahwa ada lagi Nabi baru sesudah Nabi Muhammad SAW baik di Al-Qur’an maupun hadits.

    3. Pihak Ahmadi tidak bisa memberikan bukti di Al-Qur’an bahwa Ghulam Ahmad adalah khalifatullah/wakil tuhan menurut pengakuan Ghulam Ahmad di bukunya “Menghapus Suatu Kesalahpahaman(Ek Ghalati Ka Izala)”. Pengakuan khalifatullah/wakil tuhan adalah pengakuan orang yang sesat karena Allah tidak memiliki Wakil. Para Nabi sampai Nabi terakhir Nabi Muhammad SAW pun tidak pernah mengaku dirinya adalah Wakil Tuhan.

    4. Pihak Ahmadi memberikan argumen yang lemah dalam membantah penjelasan dari pihak non ahmadi terutama dalam mengartikan khaatama Annabiyyin dengan Cincin/Meterai/Stempel Para Nabi karena para sahabat tidak pernah mengartikan khaatama Annabiyin dengan Cincin Para Nabi tetapi penutup para Nabi. Para sahabat adalah sebaik-baik generasi yang tidak bisa dibandingkan dengan Mirza Ghulam Ahmad yang sesat. Pengertian Penutup Para Nabi dikuatkan oleh ayat-ayat Al-Qu’ran diantaranya Surat Al-Baqarah ayat 7, Surat Al-An’am ayat 46, Surat Al-Jatsiyah ayat 23, Surat Asy-syura ayat 24, Surat yasin ayat 65. Bahkan Bangsa Arab maupun non Ahmadi tidak mengenal Rasulullah SAW sebagai Cincin para Nabi karena Rasulullah SAW bukanlah sebuah Cincin/Materai/Stempel karena Cincin yang dipergunakan Rasulullah hanya sebagai alat untuk mengecap surat-suratnya.
    Menafsirkan satu ayat Qur’an dengan ayat Qur’an yang lain, adalah jenis penafsiran yang paling tinggi, karena Allah subhanahu wata’ala-lah yang menurunkannya, dan Dia-lah yang paling tahu dengan apa yang dimaksud di dalam Al Qur’an.
    Lucu kalau menafsirkan Al-qur’an karena berdasarkan kamus. Memangnya penulis kamus itu Tuhan. 😀

    5. Ajaran Ahmadiyah telah dipatahkan oleh tulisan Nabi dan khalifah Ahmadiyah di dalam buku Da’watul Amir

    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).

    Namun Ahmad (Muhammad saw) paling bersinar dari semua.

    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204

    Pada kalimat tersebut tidak tertulis sedikitpun ada kata syariat. Apabila dalam kata tersebut terdapat kata syariat berarti Nabi Ahmad yang akan datang akan membawa syariat dan ini akan bertentangan dengan pengakuan MGA bahwa dirinya adalah Nabi yang tidak membawa syariat. DOKTRIN MAKAN TUAN 😀

    Sampai detik ini belum terbantahkan…..

    (4) Saran saya, sebelum Anda memperoleh karunia (hidayah dan taufik) Allah, janganlah memperolok-olok Utusan Allah dan Jemaat-Nya, karena saya khawatir azab Ilahi yang sangat pedih akan mencengkeram Anda. Na’udzubillahi mindzalik.

    جَزَاكُمُاللهِ اَحْسَنُ الْجَزَ
    وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ

    ga salah tuch….Ngandalin penafsiran yang menyimpang dan hadits-hadits maudhu’ sudah ke GE ERan 😀
    Berarti Anda yang belum mendapat hidayah dari Allah 😀

  41. Dalam menafsirkan ayat-ayat suci tersebut Rasulullah saw bersabda:
    اِنَّ لِمَهْدِيِّينَااَايَتَيْنِ لَمْ تَكُوْنَا مُنْدُ خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرَضِ يَنْكَسِفُ الْقَمَرُلِاَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ وَتَنكَسِفُ الثَّمْسُ فِى النِّصْفِ مِنْهُ
    “Sesungguhnya, untuk Mahdi kita ada dua tanda yang belum pernah terjadi sejak langit dan bumi diciptakan, yaitu Gerhana Bulan akan terjadi pada malam pertama di bulan Ramadhan dan Gerhana Matahari akan terjadi pada pertengahan-nya.” (Sunan Addar-ru-Quthni, Darrun Nasyri Alkutubil Islamiyah, Lahore, Jilid II, hal 65). Fenomena alam yang mengikuti/membuktikan pendakwaan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as sebagai Imam Mahdi itu telah terjadi secara sempurna. Menurut catatan The Natural Almanac 1894 berdasarkan laporan dari Royal Observatory di Greenwich, England, “Gerhana tersebut telah terjadi: yang pertama Gerhana Bulan pada Maret dan Gerhana Matahari pada April keduanya terjadi pada bulan Ramadhan tahun 1894.” Disebutkan bahwa puncak Gerhana Bulan terjadi pada tanggal 21 Maret jam 02.20 lewat 5 detik GMT, dan puncak Gerhana Matahari pada tanggal 5 April pukul 16.26 lewat 7 detik GMT. Pada Kalender Jantari Kalan 1894 tertulis bahwa,”Gerhana Bulan terjadi pada 13 Ramadhan 1311H bertepatan dengan 22 Maret 1894 (waktu terjadi gerhana di belahan bumi India), dan Gerhana Matahari terjadi pada 28 Ramadhan 1311H bertepatan dengan 6 April 1894” Untuk lebih jelasnya silahkan browsing website Jemaat Islam Ahmadiyah Internasional berikut ini: http://www.alislam.org/topics/eclipses/response-to-mcnaughton.html
    Selain itu, nubuwatan-nubuwatan dalam Injil juga mendukung fenomena alam ini:
    “Ia berkata kepada mereka: ’Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar/pes dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit (Gerhana Matahari dan Bulan).” (Lukas 21:10-12). “Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi.” (Matius 24:21). “Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang.” (Matius 24:29)

    http://www.irshad.org/exposed/eclipse.php

  42. Dulu, saya non-Ahmadi, bahkan termasuk yang menentang keras terhadap Jemaat Ahmadiyah sebagaimana yang dilakukan oleh pembuat blog ini dan para pendukungnya termasuk Netral. Tetapi setelah Sdr. Sinar Galih memberi buku “Da’watul Amir”, lalu saya membacanya dengan seksama, akhirnya saya menemukan kebenaran Ahmadiyah. Saya bersyukur telah mendapat karunia (hidayah dan taufik) untuk bai’at kepada Allah melalui Hadhrat Khalifatul Masih V atba (Penerus/Wakil Imam Mahdi & Masih Mau’ud as yang merupakan Khalifah Allah dan Khalifah Nabi Muhammad Rasulullah saw, setelah kewafatan Ali bin Abu Thalib ra/Khalifah ke IV Rasulullah saw), untuk bergabung dengan Jemaat Ahmadiyah, alhamdulillahi-robbil-alamin.

    MGA adalah khalifah Allah….. sesat beneerrrrrrr
    Sejak kapan Allah memiliki seorang khalifah atau seorang wakil
    :mrgreen:

    Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad (Khalifatul Masih II) ra di dalam buku Da’watul Amir hal 152 menyatakan: “Jadi, Mahdi itu tak lain melainkan Masih, Krishna itu tak lain melainkan Masih, Masiodarbahmi dari agama Zaratustra tak lain melainkan dia yang menjadi Krishna, Mahdi, dan Masih. Demikian pula pribadi yang dijanjikan kepada umat-umat lain, pada hakikatnya, satu juga orangnya.”. Hal ini dinyatakan berdasarkan pada nubuwatan-nubuwatan yang terdapat dalam kitab-suci dan kepercayaan mereka masing, sebagai berikut:
    (i) Nubuwatan dalam Kitab Suci Weda berbunyi:
    Ahmad adalah orangnya yang dengan akalnya akan memegang teguh hak/kebenaran yang diberikan oleh Bapak Rohaninya dan dia akan mengatakan, ”Akulah yang dilahirkan ditengah kamu bagaikan matahari dan akan menghiasi perkataan-perkataanku dengan ajaran-ajaran indah Bapak Rohaniku darimana aku memperoleh kekuatan.” Dinubuwatkan pula tentang Reformer se dunia akan bangkit: (a) “Reshi (Wali) itu akan memperlihatkan kegagahan dan kepahlawanannya di “Qadun”, karya-karyanya akan menakjubkan siapa yang tidak mengenalnya.” (Saukat 97, Mantar 3); (b) “Orang yang akan menyinari dunia dengan cahaya ruhaniah dan yang akan menanggung kesusahan guna kepentingan kesenangan manusia adalah Krishna yang akan menetap dekat sungai yang berbatasan dengan orang-orang banyak yang menyertainya.” (Saukat 137, Mantar 7, Atharwed).
    (ii) Dalam kepercayaan Zoroaster/Zaratustra juga dinubuwatkan tentang Reformer (Masiodarbahmi) sedunia yang akan lahir dari keturunan suku bangsa Parsi sebagai berikut:”Apabila datang hari-hari buruk atas bangsa Iran dan mereka akan berbuat kejahatan-kejahatan besar, maka dari bangsa Arab akan lahir seorang laki-laki dari pengikut Ibrahim dan kekuasaan serta kerajaan bangsa Iran akan hancur, kemudian setelah lewat beberapa waktu akan pecah perang antara mereka sama mereka, dan mereka akan menjadi pemuda dunia, dan dari hari ke hari perpecahan dan permusuhan akan bertambah besar. Maka dari pada itu kamu akan memperoleh faedah. Tetapi, sekalipun hanya akan tinggal satu hari saja dari zaman, aku akan bangkitkan lagi seorang dari salah satu keturunan kamu (bangsa Parsi), yang akan memulihkan kehormatan kamu kembali, kenabian dan kepemimpinan akan kuangkat dari keturunan kamu”.
    (iii) Nubuwatan dalam Budhisme:
    “Gautama Budha memberitahu, bahwasanya semua Budha dahulu memiliki anak murid dan khadam yang amat setia kepada mereka. Anak murid dan khadam yang amat setia kepadaku sekarang ialah Ananda. Seterusnya Budha yang akan datang pun akan ada anak murid dan khadam yang amat setia kepada mereka.” (Maha-Parinibbana Sutta, Bab 5, ayat 36).
    Setelah ribuan tahun lewat, ternyata nubuwatan-nubuwatan itu genap di zaman ini, dan cukup menunjukkan bahwa nubuwatan-nubuwatan itu dari Tuhan, bukan dari manusia atau syaitan. Al Qur’an itu adalah wahyu Ilahi dan kita hanya bisa memasuki Khazanah Ilmu Ilahi yang terkandung dalam Al Qur’an apabila kita mensucikan hati (tazkiyah nafs) dan meminta pertolongan Allah Ta’ala agar diberi petunjuk-Nya. Oleh karena itu, kita tidak dapat meminta pembuktian nubuwatan-nubuwatan dalam Al Qur’an dalam bahasa menurut keinginan kita, contohnya ‘manusia seperti Isa, Muhammad, Krishna, Masiodarbahmi, Budha, dll’, sebab hal ini merupakan rahasia ghaib-Nya yang telah ditegaskan Allah Ta’ala dalam ayat berikut:
    عٰلِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلٰى غَيْبِهٖۤ اَحَدًا اِلَّا مَنِ ارْتَضٰى مِنْ رَّسُوْلٍ
    “Dia-lah Yang mengetahui yang ghaib; maka Dia tidak menzahirkan rahasia ghaib-Nya kepada siapa pun, Kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai,” (QS Al Jinn 72:27-28).

    Membenarkan Ghulam Ahmad saja sampai mengutip kitab yang ga jelas. Sampai zoroaster penyembah apipun dijadikan patokan. :mrgreen:

    Ini bukti Ahmadi tidak taat kepada Allah dan Rasulullah karena disebutkan:

    Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(QS.4:59

    Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegangan dengannya, yaitu Kitabullah (Al-qur’an) dan Sunnah Rasulullah SAW (HR. Muslim).

    Sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah Kitabullah…….(HR.Muslim)

    Bukti yang ditulis kedung halang membuktikan bahwa Ahmadiyah mengingkari Allah dan Rasulullah. Ahmadiyah tidak mengamalkan Al-Qur’an dan hadits tetapi mengamalkan kitab selain Al-Qur’an dan hadits untuk membuktikan pendakwaan ghulam ahmad.

    Dalam Tafsirul Khaazin:
    “Jumlah Nabi adalah seratus dua puluh empat ribu. Diantaranya adalah tiga ratus tiga belas Rasul dan yang namanya tersebut didalam Al-Qur’an adalah 28. Adapun kitab yang diturunkan Allah dari langit adalah 104 buah. Sepuluh diturunkan kepada Adam, tiga puluh diturunkan kepada syis, lima puluh kepada Idris, sepuluh shahifah dan Taurat kepada Musa, Zabur kepada Dawud, Injil kepada Isa dan Al-Qur’an kepada Muhammad SAW”

    “Sahabat Abu Dzar al Ghiffari bertanya kepada Rasulullah SAW,”Ya Rasulullah, berapa kitab yang telah diturunkan oleh Allah? Jawab Rasulullah:104 kitab. Allah menurunkan kepada Nabi Syis 50 dan kepada Idris 30 dan kepada Musa sebelum Taurat 10 dan kepada Ibrahim 10. Dan Allah menurunkan Taurat, Zabur, Injil, dan Furqan(Al-Qur’an)”.
    Sumber:
    (“Wasiat Nabi kepada Abu Dzar ra, alih bahasa H.Salim Bahresy, hal.78, Hadits No.173))

    Dari dua bukti tersebut, Allah tidak pernah menurunkan kitab suci kepada zoroaster, budha, khrisna. Ini membuktikan dalil yang mereka ambil bukan berasal dari Allah :mrgreen:

  43. “Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dari antara kamu dan beramal shaleh, bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu khalifah-khalifah di bumi ini, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah untuk orang-orang sebelum mereka;” (QS An-Nur 24:56). Janji Allah Ta’ala dalam ayat ini sudah dan sedang dianugerahkan kepada Jemaat Ahmadiyah, karena tidak ada organisasi Islam lain yang mengklaim mempunyai pemimpin ruhani seorang Khalifah Allah . Allah Ta’ala telah menjadikan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as sebagai Khalifah Allah dan Nabi Allah sebagaimana dikhabarkan oleh Nabi Muhammad saw dalam dua hadits sebagai berikut:
    فَاِذَارَأَيْتُمُوْهُ فَبَايِعُوْهُ وَلَوْدحَبْوًاَعلَى الثَّلْخِ فَاِنَّهُ خَلِيْفَةُ اللهِ الْمَهْدِيُ
    “Apabila kamu melihatnya (Imam Mahdi), maka bai’atlah kepadanya walaupun harus merangkak di atas salju, karena beliau adalah Khalifah Allah, Al Mahdi.” (Sunan Ibnu Majah, Darul Fikr, Jld. II, hal. 1367, Hadits No.4084).

    Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.(QS.24:55)

    Tidak ada dalam ayat Allah yang Anda kutip menyebut khalifah Allah/wakil Tuhan. Anda menulis khalifah-khalifah berarti bukan Nabi yang akan akan datang tetapi banyak khalifah. Khalifah-khalifah itu kan jamak. :mrgreen:
    Urutan Khilafah Sepanjang Sejarah Islam
    Dengan wafatnya Rasulullah SAW pada tahun 623 M, umat Islam segera membaiat Abu Bakar ra sebagai pengganti beliau. Istilah pengganti ini dalam bahasa Arab adalah khalifah. Lengkapnya, khalifatu rasulillah atau pengganti Rasulullah. Maksudnya bukan menggantikan posisi kenabian Muhammad SAW, melainkan posisi beliau SAW sebagai pemimpin tertinggi umat Islam. Sebab nabi kita itu selain sebagi nabi, juga berperan sebagai pemimpin tertinggi umat Islam. Selain itu, ada juga sebutan lain buat posisi tertinggi umat Islam sedunia, yaitu istilah Amirul Mukminin. Artinya adalah pemimpin umat Islam.
    1. Khilafah Rasyidah
    Khilafah Rasidah berdiri tepat di hari wafatnya Rasululllah SAW. Terdiri dari 4 orang atau 5 orang shahabat nabi yang menjadi khalifah secara bergantian. Mereka adalah:
    * Abu Bakar ash-Shiddiq ra (tahun 11-13 H/632-634 M)
    * ‘Umar bin Khaththab ra (tahun 13-23 H/634-644 M)
    * ‘Utsman bin ‘Affan ra (tahun 23-35 H/644-656 M)
    * ‘Ali bin Abi Thalib ra (tahun 35-40 H/656-661 M) dan
    * Al-Hasan bin ‘Ali ra (tahun 40 H/661 M)
    Masa berlakunya selama kurang lebih 30 tahun. Disebut juga sebagai khilafah rasyidah karena posisi mereka sebagai shahabat nabi yang mendapat petunjuk. Dan memang ada pesan dari nabi untuk mentaati para khalifah rasyidah ini.

    2. Khilafah Bani Umayyah
    Khilafah ini berpusat di Syiria, tepatnya di kota Damaskus. Berdiri untuk masa waktu sekitar 90 tahun atau tepatnya 89 tahun, setelah era khulafa ar-rasyidin selesai. Khalifah pertama adalah Mu’awiyyah. Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam. Adapun masa kekuasaan mereka sebagai berikut:
    * Mu’awiyyah bin Abi Sufyan (tahun 40-64 H/661-680 M)
    * Yazid bin Mu’awiyah (tahun 61-64 H/680-683 M)
    * Mu’awiyah bin Yazid (tahun 64-65 H/683-684 M)
    * Marwan bin Hakam (tahun 65-66 H/684-685 M)
    * Abdul Malik bin Marwan (tahun 66-86 H/685-705 M)
    * Walid bin ‘Abdul Malik (tahun 86-97 H/705-715 M)
    * Sulaiman bin ‘Abdul Malik (tahun 97-99 H/715-717 M)
    * ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz (tahun 99-102 H/717-720 M)
    * Yazid bin ‘Abdul Malik (tahun 102-106 H/720-724M)
    * Hisyam bin Abdul Malik (tahun 106-126 H/724-743 M)
    * Walid bin Yazid (tahun 126 H/744 M)
    * Yazid bin Walid (tahun 127 H/744 M)
    * Ibrahim bin Walid (tahun 127 H/744 M)
    * Marwan bin Muhammad (tahun 127-133 H/744-750 M)

    Sebenarnya khilafah Bani Ummayah ini punya perpanjangan silsilah, sebab satu dari keturunan mereka ada yang menyeberang ke semenanjung Iberia dan masuk ke Spanyol. Di Spanyol mereka kemudian mendirikan khilafah tersendiri yang terlepas dari khilafah besar Bani Abbasiyah.

    3. Khilafah Bani Abbasiyah
    Kemudian kekhilafahan beralih ke tangan Bani ‘Abasiyah yang berpusat di Baghdad. Total masa berlaku khilafah ini sekitar 446 tahun. Khalifah pertama adalah Abu al-’Abbas al-Safaah. Sedangkan khalifah terakhirnya Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah. Secara rinci masa kekuasaan mereka sebagai berikut:
    * Abul ‘Abbas al-Safaah (tahun 133-137 H/750-754 M)
    * Abu Ja’far al-Manshur (tahun 137-159 H/754-775 M)
    * Al-Mahdi (tahun 159-169 H/775-785 M)
    * Al-Hadi (tahun 169-170 H/785-786 M)
    * Harun al-Rasyid (tahun 170-194 H/786-809 M)
    * Al-Amiin (tahun 194-198 H/809-813 M)
    * Al-Ma’mun (tahun 198-217 H/813-833 M)
    * Al-Mu’tashim Billah (tahun 618-228 H/833-842M)
    * Al-Watsiq Billah (tahun 228-232 H/842-847 M)
    * Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah (tahun 232-247 H/847-861 M)
    * Al-Muntashir Billah (tahun 247-248 H/861-862 M)
    * Al-Musta’in Billah (tahun 248-252 H/862-866 M)
    * Al-Mu’taz Billah (tahun 252-256 H/866-869 M)
    * Al-Muhtadi Billah (tahun 256-257 H/869-870 M)
    * Al-Mu’tamad ‘Ala al-Allah (tahun 257-279 H/870-892 M)
    * Al-Mu’tadla Billah (tahun 279-290 H/892-902 M)
    * Al-Muktafi Billah (tahun 290-296 H/902-908 M)
    * Al-Muqtadir Billah (tahun 296-320 H/908-932 M)
    * Al-Qahir Billah (tahun 320-323 H/932-934 M)
    * Al-Radli Billah (tahun 323-329 H/934-940 M)
    * Al-Muttaqi Lillah (tahun 329-333 H/940-944 M)
    * Al-Musaktafi al-Allah (tahun 333-335 H/944-946 M)
    * Al-Muthi’ Lillah (tahun 335-364 H/946-974 M)
    * Al-Tha`i’ Lillah (tahun 364-381 H/974-991 M)
    * Al-Qadir Billah (tahun 381-423 H/991-1031 M)
    * Al-Qa`im Bi Amrillah (tahun 423-468 H/1031-1075 M)
    * Al-Mu’tadi Bi Amrillah (tahun 468-487 H/1075-1094 M)
    * Al-Mustadhhir Billah (tahun 487-512 H/1094-1118 M)
    * Al-Mustarsyid Billah (tahun 512-530 H/1118-1135 M)
    * Al-Rasyid Billah (tahun 530-531 H/1135-1136 M)
    * Al-Muqtafi Liamrillah (tahun 531-555 H/1136-1160 M)
    * Al-Mustanjid Billah (tahun 555-566 H/1160-1170 M)
    * Al-Mustadli`u Biamrillah (tahun 566-576 H/1170-1180 M)
    * Al-Naashir Lidinillah (tahun 576-622 H/1180-1225 M)
    * Al-Dhahir Biamrillah (tahun 622-623 H/1225-1226 M)
    * Al-Mustanshir Billah (tahun 623-640 H/1226-1242 M)
    * Al-Musta’shim Billah (tahun 640-656 H/1242-1258 M)
    * Al-Mustanshir Billah II (tahun 660-661 H/1261-1262 M)
    * Al-Haakim Biamrillah I (tahun 661-701 H/1262-1302 M)
    * Al-Mustakfi Billah I (tahun 701-732 H/1302-1334 M)
    * Al-Watsiq Billah I (tahun 732-742 H/1334-1343 M)
    * Al-Haakim Biamrillah II (tahun 742-753 H/1343-1354 M)
    * Al-Mu’tadlid Billah I (753-763 H/1354-1364 M)
    * Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah I (th. 763-785 H/1364-1386 M)
    * Al-Watsir Billah II (tahun 785-788 H/1386-1389 M)
    * Al-Musta’shim (tahun 788-791 H/1389-1392 M)
    * Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah II (th. 791-808 H/1392-1409 M)
    * Al-Musta’in Billah (tahun 808-815 H/1409-1416 M)
    * Al-Mu’tadlid Billah II (tahun 815-845 H/1416- 1446 M)
    * Al-Mustakfi Billah II (tahun 845-854 H/1446-1455 M)
    * Al-Qa`im Biamrillah (tahun 754-859 H/1455-1460 M)
    * Al-Mustanjid Billah (tahun 859-884 H/1460-1485 M)
    * Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah III (th 884-893 H/1485-1494 M)
    * Al-Mutamasik Billah (tahun 893-914 H/1494-1515 M)
    * Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah IV (th 914-918 H/1515-1517 M)

    Khilafah Bani Abbasiyah dihancurkan oleh pasukan Tartar (Mongol), sehingga umat Islam sempat hidup selama 3,5 tahun tanpa adanya khalifah. Namun kurun waktnya hanya terpaut 3 tahun setengah saja dan segera berdiri khilafah Utsmaniyah.

    4. Khilafah Bani Utsmaniyyah
    Khilafah Bani Utsmaniyyah tercatat memiliki30 orang khalifah, yang berlangsung mulai dari abad 10 Hijriyah atau abad ke enam belas Masehi. Nama-nama mereka sebagai berikut:
    * Salim I (tahun 918-926 H/1517-1520 M)
    * Sulaiman al-Qanuni (tahun 926-974 H/1520-1566 M)
    * Salim II (tahun 974-982 H/1566-1574 M)
    * Murad III (tahun 982-1003 H/1574-1595 M)
    * Muhammad III (tahun 1003-1012 H/1595-1603 M)
    * Ahmad I (tahun 1012-1026 H/1603-1617 M)
    * Mushthafa I (tahun 1026-1027 H/1617-1618 M)
    * ‘Utsman II (tahun 1027-1031 H/1618-1622 M)
    * Mushthafa I (tahun 1031-1032 H/1622-1623 M)
    * Murad IV (tahun 1032-1049 H/1623-1640 M)
    * Ibrahim I (tahun 1049-1058 H/1640-1648 M)
    * Muhammad IV (tahun 1058-1099 H/1648-1687 M)
    * Sulaiman II (tahun 1099-1102 H/1687-1691 M)
    * Ahmad II (tahun 1102-1106 H/1691-1695 M)
    * Mushthafa II (tahun 1106-1115 H/1695-1703 M)
    * Ahmad III (tahun 1115-1143 H/1703-1730 M)
    * Mahmud I (tahun 1143-1168 H/1730-1754 M)
    * ‘Utsman III (tahun 1168-1171 H/1754-1757 M)
    * Musthafa III (tahun 1171-1187 H/1757-1774 M)
    * ‘Abdul Hamid I (tahun 1187-1203 H/1774-1789 M)
    * Salim III (tahun 1203-1222 H/1789-1807 M)
    * Musthafa IV (tahun 1222-1223 H/1807-1808 M)
    * Mahmud II (tahun 1223-1255 H/1808-1839 M)
    * ‘Abdul Majid I (tahun 1255 H-1277 H/1839-1861 M)
    * ‘Abdul ‘Aziz I (tahun 1277-1293 H/1861-1876 M)
    * Murad V (tahun 1293-1293 H/1876-1876 M)
    * ‘Abdul Hamid II (tahun 1293-1328 H/1876-1909 M)
    * Muhammad Risyad V (tahun 1328-1338 H/1909-1918 M)
    * Muhammad Wahiddin (II) (th. 1338-1340 H/1918-1922 M)
    * ‘Abdul Majid II (tahun 1340-1342 H/1922-1924 M).

    Khalifah terakhir umat Islam sedunia adalah ‘Abdul Majid II. Semenjak tumbangnya khilafah terakhir ini, berarti umat Islam telah hidup lebih dari selama (2006-1924= 82 tahun) tanpa keberadaan lembaga yang menyatukan.

    Ini salah satu dari sekian banyak dustanya Ahmadi dalam berdiskusi :mrgreen:
    Saya bilang juga apa, pengakuan MGA sebagai khalifah Allah itu pengakuan yang sesat. Saya yakin tidak ada satupun Ahmadi yang mampu membuktikannya karena memang pengakuan MGA tsb tdk ditemukan dlm Al-qur’an :mrgreen:

  44. Kesimpulan hasil diskusi dengan pihak Ahmadi:

    1. Pihak Ahmadi tidak bisa memberikan bukti berupa Al-Qur’an maupun hadits bahwa Ghulam Ahmad adalah Manusia seperti Isa, Muhammad, Krisna, Masiodarbahmi, budha, dll. Bukti pendakwaan ghulam Ahmad bisa dilihat di buku ahmadiyah “Menjawab seruan Ahmadiyah”.

    2. Pihak Ahmadi tidak bisa memberikan bukti bahwa ada lagi Nabi baru sesudah Nabi Muhammad SAW baik di Al-Qur’an maupun hadits.

    3. Pihak Ahmadi tidak bisa memberikan bukti di Al-Qur’an bahwa Ghulam Ahmad adalah khalifatullah/wakil tuhan menurut pengakuan Ghulam Ahmad di bukunya “Menghapus Suatu Kesalahpahaman(Ek Ghalati Ka Izala)”. Pengakuan khalifatullah/wakil tuhan adalah pengakuan orang yang sesat karena Allah tidak memiliki Wakil. Para Nabi sampai Nabi terakhir Nabi Muhammad SAW pun tidak pernah mengaku dirinya adalah Wakil Tuhan.

    4. Pihak Ahmadi memberikan argumen yang lemah dalam membantah penjelasan dari pihak non ahmadi terutama dalam mengartikan khaatama Annabiyyin dengan Cincin/Meterai/Stempel Para Nabi karena para sahabat tidak pernah mengartikan khaatama Annabiyin dengan Cincin Para Nabi tetapi penutup para Nabi. Para sahabat adalah sebaik-baik generasi yang tidak bisa dibandingkan dengan Mirza Ghulam Ahmad yang sesat. Pengertian Penutup Para Nabi dikuatkan oleh ayat-ayat Al-Qu’ran diantaranya Surat Al-Baqarah ayat 7, Surat Al-An’am ayat 46, Surat Al-Jatsiyah ayat 23, Surat Asy-syura ayat 24, Surat yasin ayat 65. Bahkan Bangsa Arab maupun non Ahmadi tidak mengenal Rasulullah SAW sebagai Cincin para Nabi karena Rasulullah SAW bukanlah sebuah Cincin/Materai/Stempel karena Cincin yang dipergunakan Rasulullah hanya sebagai alat untuk mengecap surat-suratnya.
    Menafsirkan satu ayat Qur’an dengan ayat Qur’an yang lain, adalah jenis penafsiran yang paling tinggi, karena Allah subhanahu wata’ala-lah yang menurunkannya, dan Dia-lah yang paling tahu dengan apa yang dimaksud di dalam Al Qur’an..
    Lucu kalau menafsirkan Al-qur’an karena berdasarkan kamus. Memangnya penulis kamus itu Tuhan. 😀

    5. Ajaran Ahmadiyah telah dipatahkan oleh tulisan Nabi dan khalifah Ahmadiyah di dalam buku Da’watul Amir

    diantaranya, yang pertama Adam dan terakhir Ahmad (Muhammad saw).

    Namun Ahmad (Muhammad saw) paling bersinar dari semua.

    Sumber: “Da’watul Amir”, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal.204

    Pada kalimat tersebut tidak tertulis sedikitpun ada kata syariat. Apabila dalam kata tersebut terdapat kata syariat berarti Nabi Ahmad yang akan datang akan membawa syariat dan ini akan bertentangan dengan pengakuan MGA bahwa dirinya adalah Nabi yang tidak membawa syariat. DOKTRIN MAKAN TUAN 😀

    Sebaiknya Anda pelajari link2 dibawah ini agar makin pintar 😀
    Semoga Anda bisa mendapat hidayah dari Allah SWT…..

    Tafsir Az Zukhruf 57-59


    http://www.irshad.org/exposed/eclipse.php

    Tafsir Ash-Shaff(61):6

    Tafsir An Nisaa'(4):69

    Tafsir Al-Jumu’ah (62) Ayat 3

    Hadits Dhaif dan Maudhu’

    Maksud hadits “Khaatamul Muhajirin”

    Perkataan Aisyah tentang “khâtam al-nabiyyîn”

    Berapa tahunkah ghulam ahmad sebagai nabi?

    Gelar Khaatam yang diberikan oleh Manusia

    Kenabian Terakhir dalam Pandangan Riwayat-Riwayat

    Kenabian Terakhir dalam Pandangan Para Ahli

    Penjelasan Berbagai macam Hadits ttg tidak adanya Nabi sesudah Rasulullah SAW

    Maksud Hadits “Masjidku adalah masjid yang terakhir”

    Arti “Apabila binasa Kisra maka tidak ada kisra sesudahnya….”

    Tafsir QS.Al A’raaf (7):35

    Muhammad bin Abdillah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Penutup Pintu Kenabian

    Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir

    Maksud hadits “Perumpamaan Batu Bata Terakhir”


    http://z8.invisionfree.com/islamic/index.php?showforum=7
    http://z8.invisionfree.com/islamic/index.php?showtopic=62
    http://z8.invisionfree.com/islamic/index.php?showtopic=59

  45. MGA adalah khalifah Allah….. sesat beneerrrrrrr
    Sejak kapan Allah memiliki seorang khalifah atau seorang wakil :mrgreen:

    Betul…betul…betul…Pak hari. Sudah mengaku nabi saja sudah sesat malah ngaku wakil Tuhan…. 1000% pasti sesat 😀
    Tidak pernah Rasul-rasul Allah mengaku bahwa dirinya adalah khalifatullah/wakil Tuhan. Ya itulah Pak hari karena mereka lebih percaya kepada hadits maudhu ttg hhalifatullah daripada perkataan Allah di Al-Qur’an. Itulah bentuk keingkaran mereka terhadap Allah.

    Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(QS.4:59

    Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegangan dengannya, yaitu Kitabullah (Al-qur’an) dan Sunnah Rasulullah SAW (HR. Muslim).

    Sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah Kitabullah…….(HR.Muslim)

    Begitulah pak hari….mereka percaya kepada pentolan-pentolan ahmadiyah daripada Al-qur’an. Mereka anggap hadits-hadits yang dikutip oleh pentolan2 ahmadiyah pasti benar tanpa mengujinya dengan Al-qur’an padahal ada hadits palsu yang dikutip pentolan ahmadiyah. Ya itu tadi.. Cinta Mati 3 😀

    Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.(QS.24:55)

    Tidak ada dalam ayat Allah yang Anda kutip menyebut khalifah Allah/wakil Tuhan. Anda menulis khalifah-khalifah berarti bukan Nabi yang akan akan datang tetapi banyak khalifah. Khalifah-khalifah itu kan jamak. :mrgreen:
    Urutan Khilafah Sepanjang Sejarah Islam
    Dengan wafatnya Rasulullah SAW pada tahun 623 M, umat Islam segera membaiat Abu Bakar ra sebagai pengganti beliau. Istilah pengganti ini dalam bahasa Arab adalah khalifah. Lengkapnya, khalifatu rasulillah atau pengganti Rasulullah. Maksudnya bukan menggantikan posisi kenabian Muhammad SAW, melainkan posisi beliau SAW sebagai pemimpin tertinggi umat Islam. Sebab nabi kita itu selain sebagi nabi, juga berperan sebagai pemimpin tertinggi umat Islam. Selain itu, ada juga sebutan lain buat posisi tertinggi umat Islam sedunia, yaitu istilah Amirul Mukminin. Artinya adalah pemimpin umat Islam.
    1. Khilafah Rasyidah
    Khilafah Rasidah berdiri tepat di hari wafatnya Rasululllah SAW. Terdiri dari 4 orang atau 5 orang shahabat nabi yang menjadi khalifah secara bergantian. Mereka adalah:
    * Abu Bakar ash-Shiddiq ra (tahun 11-13 H/632-634 M)
    * ‘Umar bin Khaththab ra (tahun 13-23 H/634-644 M)
    * ‘Utsman bin ‘Affan ra (tahun 23-35 H/644-656 M)
    * ‘Ali bin Abi Thalib ra (tahun 35-40 H/656-661 M) dan
    * Al-Hasan bin ‘Ali ra (tahun 40 H/661 M)
    Masa berlakunya selama kurang lebih 30 tahun. Disebut juga sebagai khilafah rasyidah karena posisi mereka sebagai shahabat nabi yang mendapat petunjuk. Dan memang ada pesan dari nabi untuk mentaati para khalifah rasyidah ini.

    2. Khilafah Bani Umayyah
    Khilafah ini berpusat di Syiria, tepatnya di kota Damaskus. Berdiri untuk masa waktu sekitar 90 tahun atau tepatnya 89 tahun, setelah era khulafa ar-rasyidin selesai. Khalifah pertama adalah Mu’awiyyah. Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam. Adapun masa kekuasaan mereka sebagai berikut:
    * Mu’awiyyah bin Abi Sufyan (tahun 40-64 H/661-680 M)
    * Yazid bin Mu’awiyah (tahun 61-64 H/680-683 M)
    * Mu’awiyah bin Yazid (tahun 64-65 H/683-684 M)
    * Marwan bin Hakam (tahun 65-66 H/684-685 M)
    * Abdul Malik bin Marwan (tahun 66-86 H/685-705 M)
    * Walid bin ‘Abdul Malik (tahun 86-97 H/705-715 M)
    * Sulaiman bin ‘Abdul Malik (tahun 97-99 H/715-717 M)
    * ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz (tahun 99-102 H/717-720 M)
    * Yazid bin ‘Abdul Malik (tahun 102-106 H/720-724M)
    * Hisyam bin Abdul Malik (tahun 106-126 H/724-743 M)
    * Walid bin Yazid (tahun 126 H/744 M)
    * Yazid bin Walid (tahun 127 H/744 M)
    * Ibrahim bin Walid (tahun 127 H/744 M)
    * Marwan bin Muhammad (tahun 127-133 H/744-750 M)

    Sebenarnya khilafah Bani Ummayah ini punya perpanjangan silsilah, sebab satu dari keturunan mereka ada yang menyeberang ke semenanjung Iberia dan masuk ke Spanyol. Di Spanyol mereka kemudian mendirikan khilafah tersendiri yang terlepas dari khilafah besar Bani Abbasiyah.

    3. Khilafah Bani Abbasiyah
    Kemudian kekhilafahan beralih ke tangan Bani ‘Abasiyah yang berpusat di Baghdad. Total masa berlaku khilafah ini sekitar 446 tahun. Khalifah pertama adalah Abu al-’Abbas al-Safaah. Sedangkan khalifah terakhirnya Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah. Secara rinci masa kekuasaan mereka sebagai berikut:
    * Abul ‘Abbas al-Safaah (tahun 133-137 H/750-754 M)
    * Abu Ja’far al-Manshur (tahun 137-159 H/754-775 M)
    * Al-Mahdi (tahun 159-169 H/775-785 M)
    * Al-Hadi (tahun 169-170 H/785-786 M)
    * Harun al-Rasyid (tahun 170-194 H/786-809 M)
    * Al-Amiin (tahun 194-198 H/809-813 M)
    * Al-Ma’mun (tahun 198-217 H/813-833 M)
    * Al-Mu’tashim Billah (tahun 618-228 H/833-842M)
    * Al-Watsiq Billah (tahun 228-232 H/842-847 M)
    * Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah (tahun 232-247 H/847-861 M)
    * Al-Muntashir Billah (tahun 247-248 H/861-862 M)
    * Al-Musta’in Billah (tahun 248-252 H/862-866 M)
    * Al-Mu’taz Billah (tahun 252-256 H/866-869 M)
    * Al-Muhtadi Billah (tahun 256-257 H/869-870 M)
    * Al-Mu’tamad ‘Ala al-Allah (tahun 257-279 H/870-892 M)
    * Al-Mu’tadla Billah (tahun 279-290 H/892-902 M)
    * Al-Muktafi Billah (tahun 290-296 H/902-908 M)
    * Al-Muqtadir Billah (tahun 296-320 H/908-932 M)
    * Al-Qahir Billah (tahun 320-323 H/932-934 M)
    * Al-Radli Billah (tahun 323-329 H/934-940 M)
    * Al-Muttaqi Lillah (tahun 329-333 H/940-944 M)
    * Al-Musaktafi al-Allah (tahun 333-335 H/944-946 M)
    * Al-Muthi’ Lillah (tahun 335-364 H/946-974 M)
    * Al-Tha`i’ Lillah (tahun 364-381 H/974-991 M)
    * Al-Qadir Billah (tahun 381-423 H/991-1031 M)
    * Al-Qa`im Bi Amrillah (tahun 423-468 H/1031-1075 M)
    * Al-Mu’tadi Bi Amrillah (tahun 468-487 H/1075-1094 M)
    * Al-Mustadhhir Billah (tahun 487-512 H/1094-1118 M)
    * Al-Mustarsyid Billah (tahun 512-530 H/1118-1135 M)
    * Al-Rasyid Billah (tahun 530-531 H/1135-1136 M)
    * Al-Muqtafi Liamrillah (tahun 531-555 H/1136-1160 M)
    * Al-Mustanjid Billah (tahun 555-566 H/1160-1170 M)
    * Al-Mustadli`u Biamrillah (tahun 566-576 H/1170-1180 M)
    * Al-Naashir Lidinillah (tahun 576-622 H/1180-1225 M)
    * Al-Dhahir Biamrillah (tahun 622-623 H/1225-1226 M)
    * Al-Mustanshir Billah (tahun 623-640 H/1226-1242 M)
    * Al-Musta’shim Billah (tahun 640-656 H/1242-1258 M)
    * Al-Mustanshir Billah II (tahun 660-661 H/1261-1262 M)
    * Al-Haakim Biamrillah I (tahun 661-701 H/1262-1302 M)
    * Al-Mustakfi Billah I (tahun 701-732 H/1302-1334 M)
    * Al-Watsiq Billah I (tahun 732-742 H/1334-1343 M)
    * Al-Haakim Biamrillah II (tahun 742-753 H/1343-1354 M)
    * Al-Mu’tadlid Billah I (753-763 H/1354-1364 M)
    * Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah I (th. 763-785 H/1364-1386 M)
    * Al-Watsir Billah II (tahun 785-788 H/1386-1389 M)
    * Al-Musta’shim (tahun 788-791 H/1389-1392 M)
    * Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah II (th. 791-808 H/1392-1409 M)
    * Al-Musta’in Billah (tahun 808-815 H/1409-1416 M)
    * Al-Mu’tadlid Billah II (tahun 815-845 H/1416- 1446 M)
    * Al-Mustakfi Billah II (tahun 845-854 H/1446-1455 M)
    * Al-Qa`im Biamrillah (tahun 754-859 H/1455-1460 M)
    * Al-Mustanjid Billah (tahun 859-884 H/1460-1485 M)
    * Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah III (th 884-893 H/1485-1494 M)
    * Al-Mutamasik Billah (tahun 893-914 H/1494-1515 M)
    * Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah IV (th 914-918 H/1515-1517 M)

    Khilafah Bani Abbasiyah dihancurkan oleh pasukan Tartar (Mongol), sehingga umat Islam sempat hidup selama 3,5 tahun tanpa adanya khalifah. Namun kurun waktnya hanya terpaut 3 tahun setengah saja dan segera berdiri khilafah Utsmaniyah.

    4. Khilafah Bani Utsmaniyyah
    Khilafah Bani Utsmaniyyah tercatat memiliki30 orang khalifah, yang berlangsung mulai dari abad 10 Hijriyah atau abad ke enam belas Masehi. Nama-nama mereka sebagai berikut:
    * Salim I (tahun 918-926 H/1517-1520 M)
    * Sulaiman al-Qanuni (tahun 926-974 H/1520-1566 M)
    * Salim II (tahun 974-982 H/1566-1574 M)
    * Murad III (tahun 982-1003 H/1574-1595 M)
    * Muhammad III (tahun 1003-1012 H/1595-1603 M)
    * Ahmad I (tahun 1012-1026 H/1603-1617 M)
    * Mushthafa I (tahun 1026-1027 H/1617-1618 M)
    * ‘Utsman II (tahun 1027-1031 H/1618-1622 M)
    * Mushthafa I (tahun 1031-1032 H/1622-1623 M)
    * Murad IV (tahun 1032-1049 H/1623-1640 M)
    * Ibrahim I (tahun 1049-1058 H/1640-1648 M)
    * Muhammad IV (tahun 1058-1099 H/1648-1687 M)
    * Sulaiman II (tahun 1099-1102 H/1687-1691 M)
    * Ahmad II (tahun 1102-1106 H/1691-1695 M)
    * Mushthafa II (tahun 1106-1115 H/1695-1703 M)
    * Ahmad III (tahun 1115-1143 H/1703-1730 M)
    * Mahmud I (tahun 1143-1168 H/1730-1754 M)
    * ‘Utsman III (tahun 1168-1171 H/1754-1757 M)
    * Musthafa III (tahun 1171-1187 H/1757-1774 M)
    * ‘Abdul Hamid I (tahun 1187-1203 H/1774-1789 M)
    * Salim III (tahun 1203-1222 H/1789-1807 M)
    * Musthafa IV (tahun 1222-1223 H/1807-1808 M)
    * Mahmud II (tahun 1223-1255 H/1808-1839 M)
    * ‘Abdul Majid I (tahun 1255 H-1277 H/1839-1861 M)
    * ‘Abdul ‘Aziz I (tahun 1277-1293 H/1861-1876 M)
    * Murad V (tahun 1293-1293 H/1876-1876 M)
    * ‘Abdul Hamid II (tahun 1293-1328 H/1876-1909 M)
    * Muhammad Risyad V (tahun 1328-1338 H/1909-1918 M)
    * Muhammad Wahiddin (II) (th. 1338-1340 H/1918-1922 M)
    * ‘Abdul Majid II (tahun 1340-1342 H/1922-1924 M).

    Khalifah terakhir umat Islam sedunia adalah ‘Abdul Majid II. Semenjak tumbangnya khilafah terakhir ini, berarti umat Islam telah hidup lebih dari selama (2006-1924= 82 tahun) tanpa keberadaan lembaga yang menyatukan.

    Ini salah satu dari sekian banyak dustanya Ahmadi dalam berdiskusi :mrgreen:
    Saya bilang juga apa, pengakuan MGA sebagai khalifah Allah itu pengakuan yang sesat. Saya yakin tidak ada satupun Ahmadi yang mampu membuktikannya karena memang pengakuan MGA tsb tdk ditemukan dlm Al-qur’an :mrgreen:

    Ya itulah ketidak tahuan ahmadi pak hari. Mengutip surat An-nur 55 agar membuktikan adanya nabi baru. Justru malah senjata makan tuan membuktikan dengan Surat An-nur 55 ini karena ayat ini membuktikan kedatangan khalifah-khalifah dan bukan nabi atau nabi-nabi 😀

  46. Sudah lebih satu abad ahmadiyah berdebad dg Islam, dan dia bersikukuh bahwa dia benar. Alqur’an (Utsmani) dg tegas mengatakan musuh manusia yang nyata adalah Iblis. Untuk berdebat dg Ahmadiyah harus disepakati dulu (kalau ia mengaku Islam) rujukan adalah Alqur’an Utsmani (dg alasan alqur’an ini yg dibakukan oleh khalifah Utsman juga berdasarkan mushaf yg dikumpulkan Abu Bakar dan disusun oleh panitia, jaraknya nabi meninggal sekitar 15 tahun, artinya dibakukan oleh pelaku sahabat yg belajar dan bergaul langsung dg Rasul (pelaku sejarah) kalau ada Qur’an lain yg sifatnya milik pribadi tentu tidak diketahui masyarakat waktu itu, tentu tidak dapat sebagai acuan keshohihan alqur’an, dan juga panitia telah mengumumkan dan mencari kepada masyarakat ayat alqur’an, serta khalifah membuat edaran bahwa alqur’an yg tidak sesuai dg mushaf susunan panitia harus dibakar, tersusun114 surat/ 6326 ayat) dalam mentejemahkan alqur’an mengacu ketata bahasa Arab Quraish, tentang menggunakan hadits shahih tentu harus menggunakan standar keshohihan hadits (harus disepakati dg ahmadiyah), kalau ahmadiyah tidak mau dg cara itu maka bearti dia tidak beriman kepada alqur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w rasull allah terakhir, silahkan dia memberi nama agamanya, jangan disangkutkan dg Islam, sebab patent Islam adalah Alqur’an utsmani dan Nabi Muhammad s.a.w. Kalau dia mengatakan Ghulam Ahmad, Mudjadid (pembaharu) bearti dia telah mengubah Islam, atau Islam belum sempurna atau telah rusak, padahal satu-satu kitab suci agama yang menegaskan bahwa ISLAM SUDAH SEMPURNA, DAN RASULL NYA YANG TERAKHIR, TIDAK PERLU DIUBAH LAGI. Kalau ada penyimpangan dalam pelaksanaan itulah yg dianalisa dan dirundingkan dg rujukan Alqur’an Utsmani dan Hadits shahih, bukan dg membuat ayat alqur’an dan hadits baru. JADI ISLAM TAK PERLU DIPERBAHARUI, KALAU DIPERBAHARUI BUKAN ISLAM NAMANYA LAGI.

Tinggalkan Balasan ke Sinar Galih Batalkan balasan